Mohon tunggu...
Attar Musharih
Attar Musharih Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Attar Musharih

Seorang pengamat bola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSG,Barca dan Madrid "inspirator" bagi Sepakbola Indonesia

19 November 2017   19:37 Diperbarui: 19 November 2017   20:40 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam membangun tim yang sangat dibutuhkan adalah regenerasi selanjutnya dan penting bagi para manajer agar tidak berfoya-foya dalam kejayaan dan berpikir kedepan. Pengalaman dalam ekstrakulikuler sekolah khususnya futsal, pelatih saya mengajarkan bahwa jika memasuki bidang olahraga tidak ada lagi namanya senioritas itu adalah hal yang tidak dipentingkan lagi. Menjaga attitude memang nomor penting dalam membangun karir, hormat kepada orang lebih tua juga diwajibkan tetapi bila masuk waktu bermain dan jam latihan semua sama dan tidak ada yang berbeda.

2 Hal yang mencakupi awal kejayaan suatu klub antara uang atau akademi. Tanpa dua hal ini kesempatan untuk membuat tim lebih tancap dan kencang hanya tergantung taktik dan pemain yang kita miliki bagaimanapun juga sebuah tim wajib memiliki pemain muda yang loyal serta bermain dengan niat kuat serta cinta dengan tim yang dibelanya. Terinspirasi dari generasi Manchester United era Fergie atau Sir Alex Ferguson dimana pemain seperti, Giggs, Scholes, Beckham,Rooney,Ronaldo,Cantona, yang memang harus dibangun melalui sebuah kesabaran.

Bukan hanya dalam sebuah klub. Dalam pentas piala dunia 2018 kita diramaikan oleh negara-negara pendatang seperti Mesir dan Islandia. Dua negara ini selalu absen dalam ajang sepakbola, ini seharusnya dijadikan inspirasi bagai lembaga sepakbola Indonesia PSSI. Padahal harus diakui Mesir memang memiliki skill sepakbola diatas rata-rata dibangun dari struktur penyerang kuat Muhammad Salah,tetapi Mesir wajib menjadi panduan bagi kita,bagaimana tidak?,negara ini selalu digempur dengan peluru setiap hari namun sepakbolanya tetap dapat dipandang.

Mereka dapat merajai klasemen, untuk lolos ke Piala Dunia sektor Afrika memang sulit dan cukup terbatas alasannya karena status dan memang kuota yang belum pantas untuk ditambah, mereka wajib untuk menduduki peringkat pertama. Kita di Asia masih terseok-seok untuk lolos ke putaran terakhir saja tidak pernah. Membangun sebuah timnas itu memang tidak mudah harus diakui. Liga Indonesia sudah bukan tempat membina pemain lagi, timnas lama-lama diisi oleh pemain naturalisasi nama seperti Spaso (Bhayangkara),Pluim (PSM) dan Comvalius lama-lama menyusul.

Liga Indonesia jauh kualitasnya dalam soal memuaskan fans karena penuh dengan kejutan, bahkan jauh lebih dinanti daripada liga Inggris khusus bagi orang Indonesia saja ya. Paling fanatik dari semuanya adalah PSM Makassar, mereka melakukan konvoi setiap pasukan ramang berlaga,meskipun memiliki stadion yang lumutan dan tidak mendukung,suporter mereka selalu ramai dan mattoanging tidak pernah kosong. Selalu penuh dengan warna Macz man,Laj,Hooligans dan anak-anak ultras. 

Fanatik istilah yang cocok untuk Indonesia. Sepakbola kita bagaikan layangan tanpa benang. Yang terus terbang tanpa arahan karena semangat sebetulnya sudah ada tetapi kualitas kita memang masih kalah bahkan melawan Suriah yang negara perang saja kita dipermalukan oleh tim U-23 mereka. Sungguh mengecewakan, kita adalah negara yang kerap memantau perkembangan liga lain namun selalu gagal berkembang, jarang-jarang negara seperti Jerman ataupun Spanyol memperhatikan Liga Inggris begitupun sebaliknya. 

Negara-negara besar seperti Belanda,Chile,Italia dan Argentina yang merupakan nama-nama besar dunia Sepakbola, sudah mulai bocor bagaikan motor tanpa mesin,mereka sudah mulai kehilangan taring terutama Italia yang sudah kurang dalam hal regenerasi,Chile mungkin masih berkategori unlucky dalam kualifikasi, serta Belanda yang generasinya masih perlu diperbaiki sejak dari perhelatan dunia 2014, sepakbola Belanda sempat diprediksi bakal bangkit di Piala Dunia 2018 dari Euro 2016 namun prediksi itu gagal maning. Argentina masih terselamatkan karena aksi Lionel Messi di ajang kualifikasi yang dapat menetralisir paradigma taktik tim.

Artinya kejayaan itu tidak selamanya berada di tangan. Contohnya seperti Real Madrid yang dijuluki Papa of UCL malah terkeok-keok di La-Liga dirumorkan juga pelatih mereka Zidane akan meninggalkan Los Blancos musim depan atau bahkan dipecat bulan Januari karena kinerjanya untuk membalikkan keseimbangan tim setelah tertimpa tangga di La-Liga. Maestro taktik ini hanya dapat membuat El-Real gila dalam ajang Eropa saja tetapi masuk dalam ajang domestik mereka tertinggal 10 poin dari El-Barca. 

Barcelona mungkin boleh berbangga diri di puncak klasemen,namun permainan mereka seperti kehilangan jati diri dan pesan dari nenek moyang leluhur mereka untuk memainkan bola dari hati ke hati. Ditinggalkan Xavi dan pos itu diisi oleh Racitic,gelandang tipe pemalas bukan secara kasar tapi memang Raki gagal dalam menyeran bola dan membantu serangan Barca yang ditinggalkan Neymar, bahkan Lionel Messi harus turun sebagai playmaker karena kinerja Raki yang memaksa Iniesta sendiri membagi bola karena kerjanya hanya penyeimbang sisi tengah dan operan monoton tidak segarang musim lalu. 

Ac Milan yang digadang-gadang akan bangkit musim ini setelah membeli bergudang-gudang pemain berbakat justru belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Manchester City menjadi contoh nyata inspirator musim ini, Pep Guardiola membalas seluruh kritik musim lalu, kalau boleh dilambangkan atau disebutkan alasan City bangkit karena faktor sebuah taktik dan kuatnya tingkat kekompakan tim. Sedangkan tim seperti PSG boleh disebut sebagai money club alasan kenapa klub ini dapat berjaya di liga domestik karena tidak adanya saingan dan mereka juga memiliki sumber daya uang dimana-mana. Uang adalah faktor dan bisa dijadikan alasan kejayaan sebuah klub. 

Indonesia bisa mengambil pelajaran berharga, dirumorkan mereka akan menghadapi Islandia dalam ajang uji coba, yang menurut saya amazing, selain mengambil pelajaran taktik dari hasil uji coba, tetapi dunia sepakbola luar bisa dipelajari. Misalnya PSG, meskipun banyak yang berpendapat bahwa PSG hanya menghancurkan dunia sepakbola dengan taktik boros uang dan hanya mengajari semua klub membuang-buang uang tanpa menunjukkan kecintaan serta passion dalam inti sepakbola. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun