A.Identitas Novel:
Judul : Oeroeg
Penulis : Hella S. Haasse
Tebal : 144 Hal.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit : Jakarta
Penerjemah : Indira Ismail
Tahun terbit : 2009
B.Biografi Pengarang:
Hella Sarafia Haasse, adalah penulis asal Belanda yang terkenal dengan julukan Sastrawati Tua Besar dari Belanda. Oeroeg adalah novel pertamanya yang terbit pertama pada tahun 1947 yang bersumber dari hasil dramatisasi pengalaman-pengalaman masa kecilnya. Sepenuhnya tokoh dalam ceritanya adalah fiktif karena ia mengaku ia tak pernah bertemu dengan sosok seperti ‘Aku’ atau Oeroeg yang menjadi tokoh utama dalam ceritanya, namun penggambarannya tentang kondisi pada masa Hindia Belanda menjelang keruntuhannya tak lepas dari pengalamannya yang pernah tinggal di Indonesia dan sejaman dengan dirinya. Sedangkan karya yang sampai pada kami, adalah hasil alih bahasanya oleh Indira Ismail dengan judul yang sama ‘Oeroeg’ terbit pertama kali pada 2009. Karya ini sekarang masuk ke dalam jajaran karya roman klassik.
C.Sinopsis Cerita ‘Oeroeg’
Oeroeg, merupakan novel yang menceritakan tentang proses pencarian jati diri si ‘Aku’ seorang Belanda yang pulang ke Hindia Belanda pada tahun 1947, dimana kondisi tanah kelahiran yang ditemuinya jauh berbeda setelah ia terpisah cukup lama saat ia menempuh studi di Delf dibanding masa kecilnya dulu.
Novel ini sepenuhnya hanya diambil dari sudut pandang ‘Aku’ yang menceritakan tiap detail kejadian flashback dari mulai ia dilahirkan sampai ia tumbuh dewasa. Dalam upaya pencarian kembali identitas masa lalunya tak lepas dari peran kawan masa kecilnya ‘Oeroeg’ seorang pribumi yang bukan hanya sekedar sahabatnya tapi juga sebagian dari hidupnya, karena hampir seluruh pengalamannya selama di Hindia adalah hidup berbagi suka dan duka bersama Oeroeg anak seorang Mandor yang bekerja pada ayahnya yang berprofesi sebagai Administateur di perkebunan teh Sukabumi, Jawa Barat.
Hal yang menarik dari novel ini, selain disampaikan dengan bahasa yang mengalir dan sederhana, juga latar sosial masa yang diangkat mengenai Hindia Belanda, atau Indonesia pada masa kolonial abad abad 20 menjelang peralihan dari kolonialisme Belanda ke tangan Jepang hingga masa agresi militer Belanda 1947, dimana pada saat itu diskriminasi sangat tegas terjadi yang membedakan martabat manusia dinilai dari ras-nya. Sejak kecil tokoh ‘Aku’ belum menyadari kesenjangan yang ada antara dirinya yang seorang Belanda dengan ‘Oeroeg’ yang hanya seorang pribumi. Hingga mereka tumbuh, dan lingkungan semakin menegaskan siapa Oeroeg sebenarnya, termasuk Oeroeg pun yang semakin menyadari posisinya dibanding sahabatnya ‘Aku’.
Hingga suatu peristiwa mengubah sejarah hidup mereka, suatu hari saat keluarga Administateur diajak untuk berlibur oleh guru privat ‘Aku’ sekaligus rekan kerja ayaknya Mijnheer Bollinger untuk berlibur sekeluarga ke Telaga Hideung, sebuah kawasan Telaga Eksotis dimana sinar rembulan akan terpantul indah di malam hari. Saat itu sebagai pemandu diajaklah pak Mandor ayah Oeroeg, singkat cerita kejadian penuh dengan suka cita itu berakhir tragis setelah rumah rakit yang mereka naiki terjatuh ke dalam telaga karena kelebihan beban, hal tersebut menyebabkan ‘Aku’ tenggelam, namun ia berhasil diselamatkan oleh pak Mandor. Namun takdir berkata lain, Pak Mandor ayah Oeroeg terlilit oleh tanaman air sehingga ia mati tenggelam.
Karena merasa bersalah Administateur membawa Oeroeg untuk tinggal bersamanya dan mendapatkan pendidikan, sedangkan keluarga Oeroeg harus jatuh miskin sebagai konsekuensi kematian Mandor. Singkat cerita mereka tumbuh dewasa, walau mereka memperoleh pendidikan yang berbeda, dimana ‘Aku’ sekolah di HBS sedangkan Oeroeg di Mulo. Secara kecerdasan Oroeg tak kalah dari ‘Aku’ bahkan ia berhasil menarik simpati Hilda teman ayahnya ‘Aku’ yang merawat mereka berdua setelah perceraian Ayahnya karena skandal anatara ibunya dengan Bolinger. Oerong dirawat layaknya anak Eropa, bahkan menjelang masuk usia puber, setelah mereka pindah ke Batawi dan Oeroeg melanjutkan sekolah di Mulo. Oeroeg seolah lupa daratan dan bertingkah keabrat-baratan. Namun ini tidak merubah persahabatan mereka walau ada rasa ‘lain’ dalam diri ‘Aku’ melihat perubahan sikap sahabatnya itu.
Sikap Oeroeg yang kebarat-baratan ditambah ketidak pahamannya akan etika membuat Hilda yang menjadi ibu angkatnya merasa was-was. Akhirnya dengan ‘uang belakang’ Oeroeg bisa bersekolah dan berasrama dengan orang-orang Belanda. Hal ini dilakukan Hilda agar uruk memahami mener-mener Belanda. Namun disinilah titik perubahan sikap Oeroeg yang semakin signifikan terutama sikap diskriminasi yang dilamatkan apdanya. Dia bukan dihina atau dikucilkan namun dainggap tidak ada oleh teman-teman sekiatrnya kecuali tokoh ‘Aku’. Ini mendorong urung untuk mencari teman lain, dan ia bertemu dengan Abdullah seorang aktivis nasionalis, disinilah ia memahami tentang perjuangan dan nasionalisme.
Cerita berakhir setelah kembalinya ‘Aku’ dari Delf ke Hindia Belanda bertepatan dengan agresi Belanda pada 1947. Dia menemukan kondisi yang sangat menyedihkan dengan suasana Hindia sebelum ditinggalkannya, jalan-jalan rusak, rumah-rumah tak terurus, hingga ia pergi ke telaga Hideung dan disanalah ia bertemu dengan Oeroeg yang sudah menjadi diri yang berbeda. Ia telah menaydari jika tanah airnya bukanlah tanah yang dulu, ‘Aku’ berada diambang batas sebuah keterpisahan antara dirinya dan masa lalunya.
“Tapi aku tak bisa menduga kedalamannya, apakah sudah terlambat? Apakah aku selamanya akan jadi orang asing di tanah kelahiranku, di bumi yang tak pernah ingin ku tinggalkan? Waktu yang akan menjawab.”
D.Unsur Intrinsik Novel
Unsur
Penjelasan
Tema
Persahabatan lintas Rasial (Belanda) dan (Pribumi) pada masa kolonial
Pembabakan
Masa Hindia Belanda akhir: Masa Kecil dan Remaja sampai tingkatHBS dan MULO
Masa Pendudukan Jepang: Tokoh ‘aku’ berada di Delf dan Eropa
Masa Revolusi: Saat tokoh ‘Aku’ kembali ke tanah kelahirannya Sukabumi.
Seting waktu
Indonesia Masa Kolonian
Plot/Alur
Maju-Mundur