Mohon tunggu...
Daniel Yonathan Missa
Daniel Yonathan Missa Mohon Tunggu... Administrasi - Anak kampung

Saya anak kampung yang kampungan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Potensi Peserta Didik

31 Agustus 2014   01:22 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 23727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Tidak ada peserta didik yang tidak memiliki potensi!” Ungkapan ini tidaklah berlebihan, saya kira. Sebab pada hakekatnya setiap peserta didik memiliki potensi. Karena peserta didik itu berbeda-beda, maka potensi yang mereka miliki pun berbeda-beda. Tak terkecuali peserta didik yang memiliki saudara kembar. Banyak pendidik yang menyadari kenyataan ini, tetapi mungkin ada juga oknum pendidik yang tidak menyadarinya sehingga mengeneralisasi anak didiknya dengan potensi yang sama. Jelas, sikap tersebut hanya akan menutup atau bahkan mematikan potensi anak didik. Kalau hal itu benar-benar terjadi, maka tujuan pendidikan yakni memberdayakan setiap anak didik menurut potensi mereka tak kan tercapai.

Kita tahu, potensi merupakan bagian tak terpisahkan dari kemampuan besar manusia. Sejatinya, kemampuan besar manusia terdiri dari kemampuan aktual, yaitu kemampuan yang ada saat ini, kemampuan yang sudah teraktualisasikan. Contohnya skor IQ, dan skor TOEFL. Kemampuan besar manusia yang lain adalah kemampuan potensial. Disebut potensial karena merupakan kemampuan yang belum tergali, belum teraktualisasikan, kemampuan yang berwujud kemungkinan-kemungkinan. Contohnya adalah bakat.

Potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang. Potensi peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan karakteristik/sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri peserta didik. Berbagai pengertian ini menegaskan bahwa setiap peserta didik memiliki kesanggupan, daya, dan mampu berkembang. Artinya, tidak boleh vonis kepada peserta didik tertentu bahwa ia tidak sanggup, berdaya, dan tidak mampu berkembang.

Pada dasarnya setiap peserta didik mempunyai potensi, baik fisik, intelektual, kepribadian, minat, moral, maupun religi. Potensi fisik tidak hanya mengacu pada kondisi kesehatan fisik dan keberfungsian anggota tubuh tetapi juga berhubungan dengan proporsi pertumbuhan dan perkembangan fisik, perkembangan dan keterampilan psikomotorik. Potensi kepribadian mengacu pada kemampuan mengelola emosi, mengembangkan dan menjaga motivasi belajar, memimpin, beradaptasi, berinteraksi, berkomunikasi, responsibilitas, orientasi nilai, moral dan religi, sikap, dan kebiasaan. Sementara potensi intelektual sudah pasti berhubungan dengan kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan umum, kemampuan khusus (bakat), dan kreativitas.

Jenis-jenis Kecerdasan

Adapun jenis-jenis kecerdasan, sesuai dengan gagasan penemu Multiple Intelegence, Howard Gardner, antara lain:

1.Kecerdasan Bahasa (linguistic), yaitu kemampuan menggunakan kata secara efektif baik lisan (pendongeng, orator, penerjemah, dsb), maupun tertulis/tulisan (sastrawan, penulis skenario drama/film, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan praktis bahasa).

2.Kecerdasan Logika Matematika (logic-mathematical), yaitu kemampuan menggunakan angka dengan baik (ahli matematika, akuntan, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar (ilmuwan, pemograman komputer, ahli logika).

3.Kecerdasan Ruang (spatial), merupakan kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual atau relasi pandang ruang secara akurat (pemburu, pramuka, pemandu/tour guide) dan mentrasformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (dekorator, interior, arsitek, seniman) meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsur tersebut.

4.Kecerdasan Gerak Tubuh atau dikenal juga sebagai kecerdasan kinestetik-jasmani (bodily-kinesthetic); tidak lain daripada kecerdasan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan (aktor, pemain pantomim, altet, penari) dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (perajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah).

5.Kecerdasan Musik (musical). Kecerdasan ini ada kaitannya dengancara mempersepsi (penikmat musik), membedakan (kritikus musik), menggubah (komposer), dan mengekspresikan (penyanyi).

6.Kecerdasan Antarpribadi (interpersonal), yaitu kemampuan membangun, mempertahankan, dan memulihkan hubungan interpersonal. Mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain juga terkategori sebagai kecerdasan antar pribadi.

7.Kecerdasan Intrapersonal. Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasar pemahaman tersebut (meliputi kemampuan memahami diri secara akurat (kekuatan/kelebihan dan kelemahan/kekurangan/keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, keinginan, kemampuan berdisiplin diri, dan memahami dan menghargai diri sendiri.

8.Kecerdasan tentang Alam (naturalistic intelligence). Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar.

9.Kecerdasan Spiritual, kemampuan yang berkaitan dengan kesadaran aspek-aspek spiritual seperti kesadaran beragama dan melaksanakan ajaran agama.

Semua kecerdasan ini hendaknya diasah sejak usia dini agar potensi anak dapat berkembang optimal. Dan cara yang efektiv untuk mengembangkan potensi anak ialah dengan menerapkan model pembelajaran, seperti: guru menyajikan pelajaran dengan menghubungkan satu topik dengan topik lain, satu konsep dengan konsep, satu keterampilan dengan keterampilan lain, dalam satu mata pelajaran. Ini yang dikenal dengan model terkait (connected model). Bisa juga dengan cara pendekatan tematik sebagai pusat pembelajaran dalam beberapa kegiatan dan bidang pengembangan (model jaring laba-laba/webbed model). Selain itu, pendidik juga dapat menggunakan cara keterpaduan (integrated model) yaitu keterpaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Tentu masih banyak cara yang dapat digunakan untuk memberdayakan potensi peserta didik.

Oleh karena potensi peserta didik yang demikian berragam, saya kira, diperlukan strategi manajemen pendidikan yang khusus memperhatikan pengembangan peserta didik yaitu dengan penyelenggaraan program pembelajaran yang mampu mengembangkan keunggulan/potensi tiap peserta didik, baik potensi intelektual maupun bakat khusus yang bersifat keterampilan (gifted and talented).

Tanda-Tanda Potensi Peserta Didik

Secara praktis kita bisa tahu potensi peserta didik yang memang tanda-tandanya sudah terlihat sejak dini, yaitu:

1.Memiliki ingatan yang kuat. Kalau seorang peserta didik sanggup mengingat letak benda-benda, tempat-tempat penyimpanan, lokasi-lokasi, waktu suatu peristiwa, dsb. ini menunjukkan bahwa peserta didik tersebut memiliki ingatan yang kuat.

2.Mempunyai logika dan keterampilan analisis yang kuat. Ditandai dengan kesanggupan membuat kesimpulan, menghubung-hubungkan, dsb.

3.Berpikir abstrak. Membayangkan sesuatu yang tidak tampak, mampu berimajinasi. Contohnya membayangkan keadaan di bulan atau tempat yang belum pernah dikunjunginya.

4.Mampu membaca tata letak (ruang), yaitu menguasai rutejalan, ke mana harus berbelok, menyebutkan bentuk ruang.

5.Mempunyai keterampilan mekanis. Terlihat pada kebiasaan membongkar pasang benda yang rumit.

6.Menyukai musik dan seni.

7.Luwes dalam gerak tubuh.

8.Senang bersosialisasi, yaitu mudah bergaul, mudah beradaptasi

9.Mampu memahami perasaan orang lain. Tentu saja mengacu pada empati, kepedulian.

10.Berpenampilan menarik dan mampu mempengaruhi orang lain.

Peran Pendidik (Orang Tua dan Guru)

Pendidik (orang tua dan guru) berperan penting dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik. Bagaimana caranya? Sederhana saja, menciptakan suasana pembelajaran yang dapat dinikmati oleh peserta didik. Pembelajaran semacam ini merupakan pembelajaran yang menerapkan pendekatan kompetensi, yaitu pembelajaran yang:

-Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain dan beraktivitas

-Memberi suasana aman dan bebas secara psikologis

-Penerapan disiplinnya tidak kaku

-Memberikan keluasan kepada peserta didik untuk boleh mempunyai gagasan, ide, atau pendapat sendiri

-Mampu memotivasi peserta didik berpartisipasi secara aktif

-Memberi kebebasan berpikir kreatif

Apabila hal-hal ini diterapkan dalam proses pembelajaran, baik di sekolah maupun di rumah, peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Kita tahu, suasana kegiatan belajar mengajar yangdinikmati oleh peserta didik berpengaruh terhadap otak kanan dan otak kiri peserta didik. Inilah pembelajaran yang memperhatikan dan memberikan porsi kepada keunikan tiap individu.

Untuk Diperhatikan

Hal-hal berikut ini tak boleh dilupakan:

1.Cobalah untuk tidak memvonis potensi peserta didik. Kadang-kadang, karena terbawa emosi, oknum pendidik mengatakan kepada peserta didik bahwa ia tidak sanggup, tidak memiliki daya, atau tidak mampu sehingga ia tidak mungkin berkembang. Vonis ini sama sekali tidak membantu menyelesaikan persoalan dalam pembelajaran.

2.Berupaya keras memfasilitasi potensi peserta didik. Ini merupakan tugas utama setiap pendidik. Potensi anak didikakan berkembang dengan baik selepas difasilitasi. Sebaliknya potensi peserta didik sama sekali tidak memiliki pengaruh apa pun bagi peserta didik itu sendiri apabila tidak difasilitasi.

Pada Akhirnya,

Setiap peserta didik adalah individu yang unik. Unik karena mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sepatutnyalah potensi peserta didik diberdayakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun