Mohon tunggu...
Daniel Yonathan Missa
Daniel Yonathan Missa Mohon Tunggu... Administrasi - Anak kampung

Saya anak kampung yang kampungan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bandit Komunikasi

11 Juni 2018   21:06 Diperbarui: 11 Juni 2018   21:24 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa sajakah yang berpeluang menjadi bandit komunikasi? Saya, Anda yang membaca opini ini, orang lain, pemilik dan staff koran ini, wartawan, anggota TNI/Polri, ulama, pemerintah, politisi (kandidat), dan sebagainya berpotensi disebut sebagai bandit komunikasi. Individu dan kelompok masyarakat yang telah disebutkan dapat menghindarkan diri mereka dari stigma bandit komunikasi apabila mereka tidak mungkin berbohong atau menipu, atau tidak ingkar janji. Jadi, saja setiap orang, baik secara individu maupun kelompok, bisa bertindak sebagai bandit komunikasi.

Kandidat = Bandit Komunikasi?

Kelihatannya kelompok masyarakat yang paling menarik untuk didalami aktivitas komunikasinya lebih lanjut ialah kandidat. Mereka menerapkan banyak strategi, baik langsung maupun tidak langsung, seperti mendatangi konstituen dan bertatap muka dengan mereka. Dalam kesempatan komunikasi tanpa media ini, para kandidat memanfaatkan segala potensi komunikasi agar calon pemilih dapat diyakinkan.

Tidak hanya itu. Para kandidat juga memanfaatkan media, baik cetak maupun elektronik, sebagai penyambung lidah mereka. Apalagi menjelang pesta demokrasi seperti pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilihan umum (pemilu), dan pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres). Pada berbagai momentum penting ini, para kandidat begitu eksis.

Seolah-olah media milik kepunyaan mereka. Dengan strategi komunikasi face to face dan melalui media kandidat berusaha meyakinkan masyarakat umum. Biasanya komunikasi mereka sarat janji. Mulai dari janji yang dirasa bisa diwujudnyatakan hingga yang melebihi kemampuan mereka pribadi. Harapannya, rakyat mempercayai omongan mereka dan menyatakan dukungan kepadanya.

Bukan rahasia lagi, kandidat merupakan kelompok masyarakat yang sangat sering mengucapkan janji. Pada musim kampanye, janji kandidat seperti jagung yang di tanaman pada musimnya. Tumbuh di mana-mana dan dikemas secara apik dari segi tampilan dan redaksinya. Namun telah menjadi rahasia umum pula bahwa, mungkin, janji yang paling diragukan ketepatannya ialah janji kandidat. Entah mengapa. Dugaan saya kenyataan ini erat kaitannya dengan tindakan yang menyertai janji itu. kandidat lebih pandai berjanji ketimbang menepatinya.

Banyak kandidat memiliki kemampuan menaburkan janji, tetapi sangat sedikit kandidat yang memiliki kemampuan menaburkan dan menumbuhkan janji mereka menjadi kenyataan. Mungkin karena fenomena ini, tidak sedikit orang yang menyebut kandidat sebagai pengumbar/pengobral janji. Istilah umbar/obral digunakan untuk menggambarkan begitu mudahnya kandidat mengucapkan janji. Tetapi paling sulit ditepati.

Kita sering mendengar ungkapan “janji gombal”. Pada prakteknya, ungkapan ini ditujukan kepada insan yang sedang dilanda asmara alias jatuh cinta. Akhir-akhir ini ungkapan tersebut juga disematkan kepada janji para kandidat. Kita tahu, gombal artinya bohong; omong kosong. Kata ini sering dihubungkan dengan aktivitas muda-mudi yang sedang jatuh cinta karena aktivitas komunikasi mereka bersifat rayuan.

Berarti, kalau janji kandidat disebut janji gombal, artinya dalam pandangan masyarakat janji kandidat sama dengan janji bohong; janji omong kosong. Gombal juga memiliki arti ucapan yang tidak benar, tidak sesuai dengan kenyataan.

Dengan demikian, janji kandidat merupakan janji yang memiliki kesetaraan dengan ucapan yang tidak benar, tidak sesuai dengan kenyataan. Pada saat berkampanye, mereka berjanji akan melakukan ini dan itu. Tetapi setelah terpilih dan menjabat sebagai legislator atau eksekutif, janji-janji itu dilupakan begitu saja, seolah-olah tidak pernah diucapkan.

Bagaimana mungkin publik dapat diyakinkan kalau menerapkan gaya berkomunikasi yang mirip dengan bandit komunikasi?? Sikap publik terhadap mereka tak akan berubah. Sebab pada dasarnya, perubahan sikap hanya bisa terjadi manakala ada kepercayaan (trust) pada pihak/orang yang menggagas komunikasi, pesan yang disampaikan, dan situasi yang dihadapi. Apabila publik tidak mempercayai gagasan, informasi, pesan sang kandidat, maka gagasan, informasi, pesan tersebut tidak akan mampu mengubah sikap mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kunci untuk memperoleh dukungan secara politis adalah komunikator itu sendiri. Semakin besar prestige seorang komunikator, makin besar perubahan sikap yang dihasilkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun