Mohon tunggu...
Daniel Yonathan Missa
Daniel Yonathan Missa Mohon Tunggu... Administrasi - Anak kampung

Saya anak kampung yang kampungan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Diberi Uang oleh SBY, Anas Jujur?

8 September 2014   02:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:21 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua sudah tahu, beberapa waktu terakhir ini publik mengulas pernyataan hukum mantan Ketum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, bahwa SBY memberikan uang senilai 200-an juta sebagai down payment mobil Harrier yang dibelinya. Tentu kesaksian di pengadilan Tipikor ini menarik. Sebab hanya ada dua kemungkinan: Anas jujur atau bohong!

Sekedar me-refresh ingatan kita, pernyataan mengejutkan itu diucapkan Anas di pengadilan pada saat sidang kasus korupsi yang membelitnya berlangsung. Bila ternyata Anas bohong, konsekuensi hukum atas tindakannya itu telah menanti. Dan itu berarti Anas ‘bunuh diri’. Secara hukum, bohong masuk dalam kategori kesaksian palsu. Deliknya pidana.

Tak tanggung-tanggung, orang yang disebut Anas bukanlah sembarang orang. Anas menyebut nama orang nomor satu di Indonesia selama 10 tahun terakhir ini, Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih dikenal dengan SBY. Diperlukan keberanian yang cukup untuk menyebut nama orang yang sementara berkuasa. Sampai di sini, saya teringat dengan kata-kata motivasi klasik: “berani karena benar”. Apakah Anas terinspirasi dari kata-kata ini sehingga tak takut menyebut nama SBY? Jika demikian, berarti Anas yakin dirinya benar. Dan keyakinan akan kebenaran dirinyalah yang membuat dia menyatakan yang sebenarnya. Kalau ternyata Anas benar, apakah SBY bisa diperiksa dalam kasus yang sementara menjerat Anas? Lagi-lagi hanya untuk mengembalikan ingatan kita, pada awal kasusnya bergulir, Anas pernah berupaya menghadirkan Edie Baskoro alias Ibas, putera SBY, sebagai saksi (kalau tak salah ingat, saksi meringankan) namun gagal. Ibas menolak. Entah mengapa Anas berupaya menghubungkan kasus hukumnya dengan Cikeas?

Mengukur kejujuran Anas tak bisa hanya dari omongannya saja, tentu saja. Perlu ada penelusuran lebih jauh. Disamping itu, track record perkataan Anas pun perlu dipertimbangkan. Bila Anas berbohong, seberapa sering ia berbohong? Apakah Anas berbohong dalam segala hal atau hanya hal-hal tertentu? Bila hanya hal-hal tertentu, hal-hal apasajakah itu? Apakah Anas bohong dalam segala situasi atau hanya dalam situasi tertentu? Situasi-situasi apa saja yang membuat Anas bohong? Sebaliknya, apabila Anas jujur, seberapa sering ia jujur? Apakah Anas juur dalam segala hal atau hanya hal-hal tertentu? Kalau hanya hal-hal tertnetu, hal-hal apasajakah yang membuat Anas jujur? Apakah Anas jujur dalam segala situasi atau hanya dalam situasi tertentu? Situasi-situasi apa saja yang membuat Anas jujur? Seseorang tak mungkin mengaitkan orang lain dalam kasusnya apabila tak memiliki dasar sebab hukum menanti. Dasar yang saya maksudkan dalam hal ini tidak saja tentang apa yang diketahuinya tetapi juga menyangkut bukti authentic. Apakah dengan menyebut nama SBY, Anas hendak menyatakan sesuatu sebagaimana yang diketahuinya? Apakah Anas memiliki cukup bukti otentik? Apakah dengan menyebut nama SBY, Anas berupaya mengalihkan beban hukum kepada SBY? Ataukah tindakan tersebut tidak lebih dari pada reaksi membabi buta seseorang yang tersangkut kasus hukum? Apakah Anas tak tahu bahwareaksi negatif hanya akan menyeretnya ke pusaran hukum semakin dalam? Hanya Anas yang tahu kebenaran ucapannya itu.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun