Mohon tunggu...
KOMUNITAS ATMA JAYA MOVEMENT
KOMUNITAS ATMA JAYA MOVEMENT Mohon Tunggu... Jurnalis - Media Informasi Kegiatan Komunitas AJM UAJY

Dikelola Oleh Divisi Multimedia Komunitas AJM UAJY Instagram @ajmuajy Official e-mail: komunitas-ajm@uajy.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Degradasi Moral Gen-Z: Produk Kegagalan Generasi Sebelumnya?

29 Maret 2023   14:34 Diperbarui: 29 Maret 2023   14:36 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dewasa ini, dunia mulai menuju era digitalisasi dan modernisasi. Perkembangan rasionalitas dan perkembangan penciptaan teknologi semakin gencar dilakukan. Semua hal menjadi lebih instan dan canggih. Perkembangan ini digadang-gadang menjadi tonggak kemajuan kehidupan manusia. Namun, muncul peristiwa-peristiwa yang malah menunjukkan adanya kemunduran moral dan perilaku manusia itu sendiri. Sebut saja tindakan kriminal yang semakin marak, konten tidak pantas di berbagai platform, kata-kata kasar yang mulai  dinormalisasi hingga hal-hal negatif yang dengan mudahnya menjadi viral.

Kemerosotan atau degradasi moral tak jarang dikaitkan dengan Generasi Z. Generasi Z atau Gen-Z adalah mereka yang lahir di tahun 1995-2012. Gen-Z secara notabene lahir di era perkembangan teknologi yang sudah maju dan tumbuh di tengah perkembangan tersebut. Para ahli menyebut Generasi Z ini sebagai generasi net atau digital native. Kondisi tersebut membuat mereka menggunakan teknologi secara masif. Penggunaan teknologi membuat mereka dapat mengakses segala hal dari berbagai referensi yang tak jarang menimbulkan perilaku di luar norma sosial sehingga disebut sebagai kemerosotan moral.

Generasi Z dianggap lebih memiliki privilege dalam kehidupan mereka. Kemudahan yang mereka miliki dalam mengakses banyak hal dan ingin segalanya dengan instan menyebabkan mereka kerap dicap generasi manja, loyo, dan problematik. Mereka yang merupakan bagian dari Generasi Z pasti sering mendengar "Alaah, zaman kamu mah gampang, sekolah bisa online, dulu tante harus mendaki gunung turuni lembah buat ke sekolah" atau "Anak sekarang pemalas ya, hobinya cuma main hp aja" Itulah contoh anggapan jika Gen-Z seolah hidup di situasi yang mudah.

Jika kita amati lebih lanjut, kemerosotan moral yang terjadi bukan hanya pengaruh dari Generasi Z yang tidak dapat menyaring informasi dan menyampingkan nilai moral saja tapi merupakan bentuk dari kurangnya integrasi antar generasi dalam mengontrol pengaruh dari perkembangan teknologi ini. Adanya perkembangan teknologi, tentu mengubah cara pandang, orientasi hingga perbedaan kebutuhan dari masa lampau dan sekarang. Namun, masih banyak orang yang tidak mengerti perbedaan ini dan melakukan perbandingan antar generasi lampau dengan generasi sekarang sehingga satu sama lainnya tidak dapat saling relate karena pendidikan dan kebiasaan yang mereka terapkan sendiri sudah berbeda.

Gen-Z sendiri terbiasa akan penggunaan teknologi sehingga mereka memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan mengembangkan teknologi sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena adaptasi yang baik tersebut, mereka dapat memperoleh informasi tak terhingga dan pengetahuan dari platform-platform digital yang dapat mereka akses. Namun kemampuan dari Generasi Z ini tidak diimbangi dengan kontrol dan pendampingan yang memadai. Sehingga mereka mencerna informasi yang mereka terima secara mentah-mentah tanpa tahu maksud atau makna dari tindakan tersebut. Hal ini yang menyebabkan timbul tindakan-tindakan yang tidak bermoral.

Selain faktor internal, faktor eksternal seperti orang tua dari Generasi Z yang mana merupakan generasi sebelumnya, tak jarang banyak yang menolak perubahan digitalisasi ini dan tidak melakukan adaptasi sehingga mereka sendiri tidak dapat mengontrol dan mendampingi anak mereka yang merupakan Generasi Z. Padahal kita sendiri tidak bisa menyampingkan kenyataan bahwa teknologi yang dinikmati oleh Generasi Z sekarang merupakan ciptaan atau hasil dari apa yang generasi sebelumnya kembangkan.

Cara pandang ini yang kemudian membuat kontrol atau pendampingan terhadap Gen-Z tidak maksimal. Padahal pendampingan dan kontrol itu berperan penting untuk mencegah kemerosotan moral. Kita harus memanfaatkan kemajuan teknologi ini untuk membangun awareness karena kemajuan teknologi ini memungkinkan kita untuk lebih mengetahui apa yang awalnya tidak ketahui dan melakukan evaluasi.

Solusinya adalah dengan adanya integrasi atau kesepakatan untuk menghadapi perkembangan teknologi bersama. Dengan demikian Generasi Z dapat bertindak modern tanpa mengesampingkan moral dan generasi sebelumnya menyokong mereka dengan pendampingan berlanjut. Sehingga istilah produk generasi gagal dipatahkan dan seluruh generasi menyadari tanggung jawab yang sama dalam membangun peradaban yang lebih baik.

    Daftar Pustaka

Narasi. (2022, 4 April). Gen Z dan Boomer, Saling Cap Antar Generasi : In My Sotoy Opinion. [video].  https://youtu.be/ogeKAsXFOkQ

Prihatina, Ratih. Generasi Strawberry, Generasi Kreatif Nan Rapuh dan Peran Mereka Di Dunia Kerja Saat Ini. Kementerian Keuangan Republik Indonesia, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-pekalongan/baca-artikel/14811/Generasi-Strawberry-Generasi-Kreatif-Nan-Rapuh-dan-Peran-Mereka-Di-Dunia-Kerja-Saat-Ini.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun