Mohon tunggu...
Atjih Kurniasih
Atjih Kurniasih Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Negeri 1 Cipanas

Guru SMPN 1 Cipanas lulusan D2 IKIP Jakarta Lulusan S1 Univ Suryakancana Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Batik Cianjur yang Sarat Makna

12 Maret 2017   15:52 Diperbarui: 22 April 2017   17:00 4406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DITULIS OLEH ATJIH KURNIASIH

ANGGOTA KOMUNITAS PEGIAT LITERASI JAWA BARAT (KPLJ)

MENCINTAI dan menghargai batik tidak berhenti pada sekedar mengenakan kain khas Indonesia itu. Diperlukan juga pemahaman, rasa memiliki, hingga penghargaan terhadap hak cipta kepada pembuat (Pikiran Rakyat.com , edisi 23 Desember 20160)

Sebuah berita yang sempat membuat kita tersentak dan tersadar  pernah kita dengar dan kita baca. Sebuah warisan budaya yang sangat tinggi nilainya hampir-hampir saja terlepas dari Indonesia.Berita itu adalah sebuah negara  hampir saja  mengakui bahwa Batik merupakan karya mereka.  Ini tentunya menjadikan sebuah pembelajaran berharga akan pentingnya menjaga dan melesteraikan hasil karya anak negeri. Satu di antaranya adalah  Batik

Batik menurut Wikipedia merupakan kain bergambar yang pembuatannnya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu. Kemudian pengolahannnya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia sebagai keseluruhan tehnik, tehnologi, serta pengembangan motif dan budaya yang  terkait oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces Of The Oral and Intanible Heritage Of Humanity) sejak 2 Oktober 2009

Dulu Kalau berbicara batik tentunya ingatan kita langsung Solo, Jogya, atau Pekalongan. Namun ternyata, ada bebarapa daerah di Indonesia yang  juga memiliki warisan budaya Batik. Satu di antara daerah itu adalah Cianjur. Sebuah kabupaten di Jawa Barat yang  gaunnnya terkenal dengan beras Cianjur an Tao chonya.

Cianjur dengan batiknya, sub tema ini merupakan pilihan saya dalam tindak lanjut pelatihan “Menulis Guru  Cianjur. Pelatihan yang diadakan di SMPN 1 Cipanas dan diikuti oleh kurang lebih empat belas peserta bersama penerbit Peniti Media. Pemilihan sub tema ini setelah berpikir agak lama  untuk menemukan ide tentang apa yang akan ditulis tentang kota Cianjur. Karena kami peserta diberikan tantangan menulis dengan tema “Dari Guru Untuk Cianjur”.

Jujur saja,  sebagai seorang pendatang yang besar bukan di kabupaten Cianjur, karena tugas saja yang mengharuskan tinggal dan menetap di sini, untuk menulis tentang kota ini memakan waktu yang lama untuk menemukan ide atau subtema apa yang bisa saya tuangkan dalam tulisan yang berkaitan dengan kota Cianjur. Untunglah seorang sahabat dan sekaligus rekan mengajar saya memberikan sebuah ide untuk tulisan, yaitu  tentang batik.

  Awalnya saya heran mengapa, dan apa yang bisa saya tulis tentang Batik Cianjur ?. sebagai seorang guru Seni Budaya secara singkat rekan saya itu memberikan wawasan tentang Batik Cianjur. Dari percakapan yang singkat itu di sela-sela makan siang saat istirahat,akhirnya  muncul  ketertarikan. Mengapa tidak,  Batik Cianjur menjadi bahan tulisan saya

Saya mulai berselancar di “mbah Google”. Saya cari sebanyak mungkin tentang Batik Cianjur. Hasilnya,  sebuah kesimpulan serta sebuah jawaban  mengapa rekan saya yang memiliki panggilan bu Tety itu,  menawarkan kepada saya sub tema “BATIK CIANJUR” untuk bahan tulisan. Maka untuk awal pembuka tulisan saya ini saya mulai dari batik itu sendiri sebagai hasil budaya bernilai seni tinggi.

Kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu “tik” yang berarti titik/matik yag kemudian berkembang menjadi istilah batik yang dalam tehniknya menurut G.P Rouffaer kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka  pada abad ke enam atau abad ke tujuh. Namun di sisi lain,  ada yang percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera dan Papua daerah-daerah yang nota benenya bukanlah daerah yang dipengaruhi Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang arkeolog Belanda J.L.A Brandes dan Sejarawan Indonesia F.A Sutjipto. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun