Mohon tunggu...
Atik Dina
Atik Dina Mohon Tunggu... Mahasiswa - i know

belajar terus menerus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penurunan Semangat dan Motivasi Siswa akibat Sistem Pembelajaran Daring

18 April 2021   08:50 Diperbarui: 18 April 2021   08:55 2109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENURUNAN SEMANGAT DAN MOTIVASI SISWA AKIBAT SISTEM PEMBELAJARAN  DARING

 oleh : Atik Dina Sabila Anjani ( 1903016102 )/ PAI 4C / FITK UIN WALISONGO

Pendahuluan 

       Pada awal tahun 2020 sekitar bulan maret seluruh sekolah di indonesia diliburkan oleh pemerintah di karenakan virus covid-19. Banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran dengan social distancing, salah satunya dengan adanya surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( kemendikbud ) diRektorat  Pendidikan Tinggi No. 1 tahun  2020 mengenai pecegahan covid-19 di dunia pendidikan. Selama sekolah menutup segala kegiatan di sekolah, maka seluruh kegiatan di sekolah di ganti dengan kegiatan belajar di rumah masing-masing. maka banyak sekolah-sekolah yang melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan sebuah jaringan atau daring. Selama pembelajaran itupun banyak kendala yang dialami, salah satunya adalah ketersediaan jaringan internet, beberapa mengaku kesulitan untuk mengikuti pembelajaran online karena tidak semua wilayah mendapatkan jaringan dengan akses lancer ( Hassanah dkk, 2020).

       Menurut temuan Save the Children Indonesia, menunjukkan sejumlah 646.000 sekolah di Indonesia tutup selama pandemic dan kurang lebih  60 juta anak Indonesia banyak yang terdampak, dan selama pandemic ini 40 persen orang tua mengatakan motivasi belajar anak semakin berkurang.  "Penyebab utama anak kehilangan motivasi belajar 70 persen di sebabkan karena bosan, terlalu banyak tugas, metode pembelajaran yang kurang menyenangkan, tidak ada interaksi tersebut fasilitas," kata Deputy Chief Program Impact and policy save the children, Tata sudrajat. (https://amp.suara.com/health/2020/12/16/141248/akibat-pandemi-40-persen-pelajar-indonesia-kehilangan-motivasi-belajar diakses pada hari kamis,  15 april 2021, pukul 23:26 ).

       Begitu juga ada beberapa hal  yang terjadi karena penurunan motivasi terhadap siswa yaitu di antaranya  telat mengumpulkan tugas, banyak siswa yang telat dalam mengikuti pembelajaran online, kemudian kurangnya semangat saat pembelajaran dan mengerjakan tugas, dan bahkan ada juga siswa yang susah untuk bangun tidur.  Menurut " perbedaan motivasi berprestasi pada santri pondok pesantren dan peserta didik di sekolah umum di martapura "  motivasi belajar itu di pengaruhi oleh orang tua dan lingkungan sosial  sebagai  penentu, motivasi belajar tidak kita dapatkan dengan baik, karena keadaan mengahruskan semua untuk sosial distancing, kemudian pada aspek ini tidak bisa terpenuhi disinilah kendala yang juga penyebab menurunnya motivasi.

        Pada kenyataannya selama pembelajaran daring orang tua tentu menggantikan peran guru di rumah, kesulitan saat mengendalikan emosi saat mengajari anak belajar, merupkan masalah yang di hadapi orang tua. Kekerasan saat mendampingi anak belajar baik itu secara verbal maupun fisik, tidak hanya membuat anak kehilangan semangat untuk belajar. Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan, kekerasan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dapat mempengaruhi perkembagan regulasi emosi dan perilaku buruk anak di kemudian hari. Seperti anak kehilangan kemampuan untuk menenangkan diriya. sikap kasar dan ketidakmampuan mengendalikan emosi yang di tunjukkan oleh orangtua, ini akan berpindah kepada anak melalui interaksi. (https://amp.kompas.com/edukasi/read/2020/09/16/091854471/anak-sulit-belajar-online-ini-dampak-bila-orangtua-gunakan-kekerasan, dikases pada hari sabtu, tanggal 15 april 2021 , pukul 11:16)

         Menurut jurnal "dampak pembelajaran jarak jauh terhadap kecemasan orang tua murid di masa pademi covid-19" Carissa V. Tirajoh,Herdy Munayang,Bernabas H. R. Kairupan,  hal 54 Jurnal Biomedik (JBM), pISSN 2085-9481 eISSN 2597-999X,  vol,  13, No 1, Januari - April 2021, dalam penelitian Parczewska tahun 2020 menggambarkan  ( 14,02 %) tidak mempunyai akses, hanya 40% orang tua mengawasi anak saat membuat tugas, dan (  35,6%) orang tua mengakui bahwa saat membantu anak-anak mereka mengerjakan pekerjaan rumah, mereka merasa frustasi dan  menggunakan kekerasa verbal ( nada suara tinggi, larangan dan hukuman).  Maka dari itu, dalam permasalah ini sangat di butuhkan edukasi dan kerjasama antara guru, orang tua, serta lingkungan agar siswa tetap semangat dan termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran pada saat pandemic.

isi / pembahasan dan solusi

            Erik Erikson mengembangkan teori perkembangan yang disebut dengan teori perkembangan psikososial,  di mana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan. Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap "Epigenetic Principle" yang sudah dewasa/matang. Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson :

  • Trust versus Mistrust (0-1 tahun) 

Kepercayaan vs kecurigaan. Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil keuntungan dari dirinya.

  • Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun