Mohon tunggu...
Atika Sari
Atika Sari Mohon Tunggu... Lainnya - ~Atika~

خير الناس أنفعهم للناس

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peranan Ilmu Tasawuf terhadap Problematika di Era Globalisasi

7 Juli 2020   01:51 Diperbarui: 7 Juli 2020   02:05 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era globalisasi adalah masa yang rumit dimana terjadi proses tranformasi yang cepat dan tanpa batas di seluruh penjuru dunia dalam waktu yang singkat sehingga meruntuhkan semua batas-batas di segala bidang. Selain memberikan keuntungan bagi manusia, muncul pula praktek-praktek kehidupan materialisme dan hedonisme. Manusia cenderung menghalalkan segala cara. Dampak dari itu semua adalah terjadinya kekeringan spiritual yang menyerang manusia, dari perkotaan sampai ke pedesaan. Pada titik inilah ilmu-ilmu Islam memiliki peluang yang besar untuk dijadikan rujukan dan solusi dalam menangani persoalan tersebut. Dan salah satu ilmu Islam yang berpeluang besar menjadi rujukan dan solusi adalah ilmu tasawuf.


Globalisasi berasal dari kata "the globe" (Inggris) atau "la monde" (Prancis) yang berarti bumi, dunia ini. Maka globalisasi atau mondialisation secara sederhana dapat diartikan sebagai proses menjadikan semuanya satu bumi atau satu dunia.


Globalisasi membawa dampak baik dan buruk, baik ketika kita siap dan buruk ketika kita gagap. Realitas globalisasi telah menyebabkan terjadinya pergeseran orientasi yang kemudian menjelma menjadi sifat individualistis serta mengakibatkan pola hidup masyarakat semakin dilandasi oleh persoalan persoalan ekonomi. Kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf adalah salah satu cara menghadapi problematika di era globalisasi.


Tasawuf menurut Sayid Husain Nasr adalah dimensi yang dalam dan merupakan unsur esoteris dari ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan Hadits. Karena di dalam al-Qur'an dijumpai beberapa rentetan ayat yang membicarakan pokok ajaran tasawuf diantaranya: khauf, raja', tawakkal, taubat, zuhud, sabar dan sebagainya. Misalnya tentang Allah memberikan cahaya kepada hamba yang dikehendaki surat (An-Nur ayat 35):

ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكَوٰةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ ٱلْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ ۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَٰلَ لِلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.


Berkenaan dengan hal tersebut juga ditemukan Hadits yang berbicara tentang dimensi spiritual diantaranya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: "Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, apabila engkau tak mampu melihat-Nya maka yakinlah bahwa Dia melihatmu". Dari ayat dan hadist tersebut menjadi landasan yang kuat untuk meyakini bahwa tasawuf bersumber dari ajaran Islam.

Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah, salah satu cara yang hampir disepakati para ahli adalah dengan cara mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf. Mengapa sufisme perlu dimasyarakatkan pada mereka? Jawabnya terdapat tiga tujuan.

Pertama, turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangya nilai-nilai spiritual. Kedua, memperkenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek esoteris (batin) Islam, baik terhadap masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun non Islam, khususnya terhadap masyarakat Barat. Ketiga, untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek estoteris Islam, yakni sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, maka keringlah aspek-aspek lain. Dalam hal ini Nashr menegaskan tarikat "atau jalan rohani" yang biasanya dikenal sebagai tasawuf atau sufisme adalah merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan dalam Islam, sebagaimana syari'at berakar pada Al-Qur'an dan Al-Sunnah.


Jika ajaran tasawuf diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan tercipta lingkungan yang kondusif dan berakhlak. Konsep tahalli yakni membersihkan diri dari perilaku dan sifat yang tercela, ini berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan jiwa dari penyakit batin. Konsep lain yang ditawarkan dalam tasawuf adalah zuhud yang bermakna membebaskan diri dari keterikatan materi.


Dalam konteks kekinian penerapan konsep zuhud sangat relevan dengan kondisi manusia modern yang cenderung materialistis. Namun, perlu ditekankan bahwa konsep zuhud bukan berarti benar-benar memisahkan diri dari dunia, tapi lebih kepada menghilangkan kecintaan yang berlebihan kepada dunia. Sebab, dalam dunia modern saat ini tak bisa dipungkiri bahwa kita tidak mampu menghindar dari kebutuhan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun