Mohon tunggu...
Atika annisa
Atika annisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Life is not theory but life is action

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Relevankah Pan-Islamisme di Indonesia?

14 Juli 2020   07:53 Diperbarui: 3 Juni 2021   15:47 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami apakah pan islamisme masih relevan diterapkan (unsplash/sigmund)

Apa sih pan-Islamisme itu?

Pan islamisme dalam arti yang luas adalah rasa solidaritas yang berupa penyatuan persaudaraan umat islam sedunia secara historis, solidaritas atau penyatuan persaudaraan ini telah dilakukan oleh Rasulullah saw. 

Yaitu melalui khutbah Arafah tiap musim haji yang dilakukan sebagai Mukhtamar tingkat dunia. jadi, dengan cara ini, Nabi Muhammad Saw mudah mengubah masyarakat jahiliyah di Makkah menjadi masyarakat yang beriman hanya dalam waktu kurang lebih 13 tahun saja, karena ada kesatuan antar umat Islam di bawah komando beliau.

Menurut ahli sejarah, ide Pan Islamisasi pada awalnya di lontarkan oleh At-Tahtawi (1801-1973) dari Mesir, tetapi ide ini kandas. Kemudian diaktualisasi oleh Jamaludin Al-Afgani ( 1839-1897) dari Afghanistan dalam bentuk ide dan gerakan. 

Sekalipun oleh Sultan Turki, Abdul Hamid II (1876-1909) merasa pesimis karena umat Islam masih dilanda sikap jumud atau anti perubahan.

Baca juga : Tan Malaka, Komunisme, Pan-Islamisme, dan Pancasila

Menurut L. Stoddard, Jamaluddin lah yang berperan besar dalam gagasan dan gerakan Pan Islamisasi ini. Karena waktu itu Jamaluddin sedang berada di Mesir. Ia melihat betapa miskinnya negeri itu. 

Dan ia mulai merasa aneh dengan kondisi Mesir saat itu karena disana sangat panas dan gersang padahal tanahnya subur dan kaya.

Mesir yang waktu itu sedang ada penurunan dalam ekonominya, membuat bangsa asing ( kebanyakan bangsa Arab ) masuk dan ikut campur tentang permasalahan ini, namun dengan campur tangan orang asing ini malah membuat Mesir semakin memburuk. 

Mesir terus di eksploitasi. Dengan melihat hal ini Jamaluddin mulai giat berusaha membangun kesadaran Mesir bahwa bangsa asing telah mengekploitasi bangsa mereka.

Dia punya dua agenda besar yang jelas dalam penyatuan umat Islam seluruh dunia, yaitu penyatuan dalam konteks ukhuwah Islamiyyah atau persaudaraan yang diikat oleh agama, dan ukhuwah wataniyah atau persaudaraan yang diikat oleh rasa kebangsaan, yaitu kesamaan bahasa, bahasa Arab. 

Baca juga : PAN-Islamisme, Nasionalisme Sekuler dan Kemerdekaan Palestina

Jadi, sekurang-kurangnya ide dan gerakan ini akan menginspirasi dan memotivasi bagi terwujudnya penyatuan Islam seluruh dunia untuk waktu-waktu yang akan datang.

Teori pembaharuan Sayyid Jamaluddin Al - Afghani
a. Islam adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa maupun zaman.
b. Kemunculan yang di alami umat Islam tak lain karena telah meninggalkan ajaran agama Islam yang sesungguhnya.
c. Pemahaman terhadap qadha dan qadar di rusak oleh ulama.
d. Kemunculan umat Islam di akhir zaman akibat pemahaman yang keliru terhadap hadist Nabi.
e. Jalan keluarnya adalah melenyapkan pengertian yang salah dan kembali kepada ajaran Islam yang seharusnya.

Eksistensi dan perkembangan islamisme di Indonesia.

perlu ada penegasan bahwa apa yang dipahami oleh barat Islam adalah agama politik alasannya bahwa Islam memantapkan eksistensinya melalui penaklukan militer pernyataan barat yang demikian ini adalah wujud salah paham terhadap makna Islam yang sebenarnya karena tidak memahami apa itu Islam dan apa itu islamisme. 

Islam adalah agama tauhid yang mengajak pada keimanan sedangkan islamisme adalah pemahaman agama Islam dalam bentuk tatanan sebuah negara yaitu negara Islam mereka telah memanfaatkan agama untuk kepentingan politik.

Ledakan islamisme di area politik Indonesia pasca-Soeharto mendapat perhatian banyak pengamat dalam maupun luar negeri. Alasannya, hal itu terjadi di Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia yang secara umum diasosiasikan dengan varian Islam yang damai dan toleran. 

Baca juga : Gagasan Pan-Islamisasi Jamaludin Alafghani

Di mana Islam di Indonesia bisa berdialog dengan budaya lokal yang juga plural. Islam tidak menolak budaya yang ada bahkan bisa tetap beradaptasi dengan budaya yang ada itulah yang dinamakan dengan istilah Islam ke Indonesiaan atau Islam nusantara.

Pasti kalian akan timbul sebuah pertanyaan "kenapa sih ih agama dibawa ke politik?"
Tidak sedikit orang yang berpikir seperti itu. Itu tandanya orang-orang masih banyak yang belum paham soal agama dan politik. 

Sebenarnya, agama dan politik itu dua hal yang saling berkaitan dan sangat erat, setiap agama pasti memiliki sebuah tujuan dan agar bisa mencapai tujuan tersebut agama harus berpolitik seperti yang dikatakan oleh Mahtama Gandhi seorang pemimpin spiritual dan politikus India "orang yang berkata bahwa agama tidak ada kaitannya sama sekali dengan politik tidak tahu sebenarnya arti agama."

Kita ambil contoh dari gambaran kemenangan Anies - Sandi atas dukungan islamisme se-indonesia menunjukkan suatu bukti bahwa umat muslim kalangan islamisme di Indonesia sudah terdoktrin bahwa Islam memiliki teori politik dan negara segalanya ada dalam syariah yang bersumber dari Alquran.

Selain itu islamisme memiliki paham bahwa seorang pemimpin adalah pemimpin politik sekaligus pemimpin keagamaan umat Islam. dasar paham islamisme adalah bahwa agama mayoritas bangsa Indonesia adalah Islam yang mesti dipimpin oleh pemimpin yang beragama Islam.

Gus Dur pernah memberikan kritik untuk masalah ini menurut Gusdur realitas penganut agama Islam di Indonesia masih berada pada tahap Islam identitas dan penganut Islam yang benar-benar taat menjalankan rutinitas ibadahnya belum sebanding dengan yang masih abangan hal ini yang tidak sepandan dengan ambisi islamisme untuk menegakkan Negara Islam yang berdasarkan syariat Islam secara total di Indonesia

Kesimpulannya adalah, gerakan islam itu tidak membeda-bedakan ras suku, bangsa dan kelas gerakan islam itu hangat, tetapi juga kuat dalam membebaskan sesama umatnya dari kesengsaraan seperti kemiskinan penindasan, dan juga eksploitasi manusia. 

Islam itu sama sekali tidak mengajarkan permusuhan tidak juga menyebar kebencian. Kalian juga harus bisa benar-benar membedakan mana gerakan Islam yang memang memiliki tujuan untuk membebaskan umat dari kesengsaraan dan mana yang hanya mementingkan kepentingan segelintir golongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun