Mohon tunggu...
akhmad taufiq hariyadi
akhmad taufiq hariyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Majulah Indonesiaku

Aku adalah manusia biasa seperti yang lain. Tetapi aku terus berpikir, merasa & bertindak sehingga sampailah aku pada kata-kata "Inilah aku". Aku punya kesalahan, kelemahan, kekurangan bahkan keburukan, begitupun yang lain. Tetapi aku punya sesuatu yang menjadi kelebihan & ciri khasku, begitupun yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

May Day, Hari Majikan Memperingati Buruhnya. Sebuah Sudut Pandang Lain

2 Mei 2018   05:09 Diperbarui: 2 Mei 2018   06:55 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (kompas.com)

Setiap kali berbicara may day, maka buruh seolah menjadi objek pembahasannya. Memang benar dan tidak ada yang salah dengan hal itu.

Tapi bagaimana jika sudut pandang pembahasannya diubah? May day yang biasanya kita sebut dengan hari untuk memperingati buruh, kita ubah menjadi hari majikan untuk memperingati buruhnya.

Jika kita ubah sudut pandangnya, maka penekanan siapa yang menjadi fokus dari subjek atau pelaku peringatan hari buruh pun berubah. Dari yang awalnya may day diperingati oleh buruh menjadi may day diperingati oleh majikan.

Memang akan terlihat aneh dan tidak mungkin hal itu terjadi, karena pada umumnya, yang kuat dan yang berkuasa adalah yang menang.

Karena majikanlah yang kuat dan yang berkuasa sehingga tidak mungkin dia mau repot-repot memperingati hari buruh. Malah ketika para buruh bersusah-susah dan berpanas-panas turun ke jalan, sang majikan dengan santainya menikmati liburan di rumah atau bahkan menikmati liburan di tempat wisata.

Kalau kita renungkan, sebenarnya para buruh memiliki peran yang besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Ketika seluruh karyawan mogok total, maka perusahaan akan langsung kelimpungan.

Tapi masalahnya tidak sesederhana itu. Ada tarik menarik antara kebutuhan hidup sehari-hari para buruh dan tuntutan para buruh kepada perusahaan. Ketika buruh melakukan mogok total, otomatis suplay kebutuhan sehari-harinya pun terkendala. Sehingga bagi para buruh yang tidak memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, maka mereka akan berpikir seribu kali untuk melakukan mogok kerja hanya karena menuntut hak-haknya kepada perusahaan.

Sedangkan dari sisi majikan, karena memiliki uang yang banyak, mogok kerja beberapa hari yang dilakukan buruhnya, tidak sampai menimbulkan masalah yang berarti atau sampai membuat si majikan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, meskipun akan menimbulkan kerugian yang besar.

Kita tidak membahas pertikaian atau perlawanan siapa melawan siapa dalam hal buruh dan majikan ini. Karena apapun jenis pertikaiannya, pada akhirnya hanya akan menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak.

Yang kita bahas di sini adalah bagaimana mengkompromikan kedua belah pihak ini agar dapat selaras dengan mimpi besar untuk memajukan Indonesia.

Buruh dan majikan adalah dua hal yang berbeda tetapi memiliki hubungan erat dan keterkaitan satu sama lain. Masing-masing memiliki hubungan saling membutuhkan dan bahkan saling ketergantungan satu sama lain. Majikan tidak bisa menjalankan perusahaannya tanpa buruh, dan buruh tidak bisa mendapatkan lapangan pekerjaannya tanpa majikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun