Mohon tunggu...
Athoilah Aly Najamudin
Athoilah Aly Najamudin Mohon Tunggu... Lainnya - Tentang Aku

Atho’ilah sapaan akrabnya, beliau sosok yang humanis, humble dengan berbagai macam orang, dan aktif menulis permasalahan sosial dan keagamaan. Kang Atho’ merupakan latar belakang pendidikan keagamaan pesantren. Kang Atho’ilah Najamudin merupakan putra dari pasangan Kholid dan Sulastri. Abahnya adalah seorang PNS desa yang berketurunan Jawa. Sedangkan ibunya merupakan Bidan desa yang berketurunan Jogja. Kang Atho’ilah besar di lingkungan agamis, Walaupun abahnya bekerja di Puskesmas, kang Atho’ilah ditempa dengan pendidikan agama yang baik dan benar. Namanya terispirasi dari ulama sufi pengarang kitab Al-Hikam yakni Ibnu Atho’ilah Asyakandari menitipkan harapan menjadi orang yang bermanfat bagi agama, nusa dan bangsa. Pendidikan Kang Atho’ilah menjalani proses pendidikan dasar hingga SLTA menghabiskan di Banyuwangi. Mula-mula menyelesaikan pendidikan SD Islam Al-Khairiyah Banyuwangi. Kemudian melanjutkan di pesantren Bustanul Makmur II asuhan Kh. Saifudin Zuhri Djunaidi, dengan mengeyam pendidikan SMP Bustanul Makmur. Pasca pondok, Kang Atho’ilah melanjutkan SMA Negeri 1 Giri, di dunia SMA, Kang Atho’ilah aktif merintis berbagai kegiatan organisasi mulai Osis hingga Rohis. Sedangkan di luar aktif di kegiatan IPNU di Banyuwangi. Pasca Pendidikan di Banyuwangi, Kang Atho’ilah hijrah menuju kota pelajar Yogykarta mengenyam pendidikan di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Program Studi Sosiologi Agama hingga meraih gelar Sarjana Sosial. TABIK, Atho’ilah Aly Najamudin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Khidhmah PMII untuk Indonesia

18 April 2020   23:36 Diperbarui: 18 April 2020   23:29 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

                                                                                                                                                                                                         

Promblematika di negara Indonesia begitu kompleks. Seraya mengatakan setiap tahun terus dilanda masalah. Masalah satu belum selasai, tumbuh lagi masalah. Begitu terus berputar, tampa ada yang tahu kapan masalah itu akan selesai. Masalah itu seperti, kemiskinan yang terus meningkat, hukum masih tebang pilih, pendidikan belum merata, hingga radikalisme dan intoleransi masih menjadi bayang-bayang ancaman negara kita.

Jika kita merenungkan permasalahan ini, jika dibebankan kepada pemerintah saja tentu tidak fair dalam mengatasi semua masalah ini. Pemerintah membutuhkan masukan sebagai mitra dalam melaksanakan roda pemerintah.

PMII sebagai organisasi keislamaan yang rahim pergerakan rakyat telah berkhidmah terhadap republik Indonesia selama 60 tahun. Sebagai organisasi yang lahir pada tahun 1960. Kiprah organisasi ini mengalami pasang surut dalam mengawal republik ini. Mulai dari melawan rezim orde baru hingga pasca reformasi, PMII sudah asam garam melewati fase itu semua.

Jangan diragukan perjuangan sahabat-sahabat PMII yang telah mewakafkan waktu,tenaga dan pikiran terhadap organisasi ini. Ide dasar pendirian PMII bermula dari kuatnya mahasiswa Nahdliyin untuk suatu wadah mahasiswa yang berideologi Ahlussunah Wal Jamaa’ah (Aswaja).

 Sebelumnya berdiri organisasi ini, sudah ada berdiri organisasi tetapi masih bersifat lokal, seperti ikatan mahasiswa Nahdtlatul Ulama (Imanu) berdiri pada 1955 Jakarta. Kemudian berdiri Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama di Bandung. Ada pula mahasiswa Nahdliyin tergabung dalam barisan ikatan pelajar Nahdlatul Ulama yang berdiri di perguraan tinggi.

Konferansi Besar IPNU pada tanggal 14-17 Maret 1960 yang dilaksanakan di Kaliurang Yogyakarta menjadi saksi bisu disepakati untuk berdirinya organisasi kemahasiswaan Nahdliyin.

Kemudian dibentuk panitia sponsor, Said, bersama Khalid, Ubaid, Syukri, Hilman, Ismail, Nakhrowi, Suaidi, Mansyur, Jaelani, Huda, Kholid, dan Husein,  salah satu dari 13 orang bernama “Panitia Sponsor” yang dibentuk di Kaliurang. Disebut sponsor karena kelak ke-13 orang itu merumuskan pendirian organisasi mahasiswa NU yang selama ini diidam-idamkan.

Hasil musyawarah tersebut diumumkan di Balai Pemuda pada tanggal 21 Syawal 1379 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 17 April 1960. Maka mulai saat itulah PMII berdiri dan tanggal 17 April 1960 dinyatakan sebagai hari jadi PMII yang diperingati dengan istilah Hari lahir (Harlah).

PMII pasca dibentuk banyak mahasiswa-masiswa nahdiliyin yang bergabung. PMII menjadi wadah baru untuk berdikusi, belajar, hingga advokasi kepada masyarakat kecil. Geliat politik kampus-kampus di Indonesia, sahabat-sahabat PMII mampu menyuarakan melalui kader-kadernya di senat.

Dalam perjalanan PMII dari awal hingga saat ini memang tak mudah, Sikap represif di dalam pemerintah orde baru membuat PMII sebagai organisasi yang masih baru menghadapi tantangan. PMII tetap ada tampa terkotak-kotak. Itu berarti kader-kader PMII mampu berjuang melewati fase kritis dengan semangat yang loyal dan kader mempunyai jiwa dedikasi dalam diri anggota terhadap PMII.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun