Mohon tunggu...
Athaya Wiratri H.
Athaya Wiratri H. Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Mahasiswi

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seberapa Signifikannya Moral bagi Seorang Pemimpin

22 Juli 2021   22:09 Diperbarui: 22 Juli 2021   22:24 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin terutama pemimpin untuk dirinya sendiri. Namun, kepemimpinan bukanlah dilahirkan melainkan karena diasah. Setiap orang memiliki kapasitas untuk menjadi seorang pemimpin, yang membedakan adalah apakah seseorang tersebut layak atau tidak menjadi sebuah pemimpin.

Kepemimpinan juga bukan hanya sebuah jabatan atau pangkat yang diberikan, melainkan bagaimana caranya pemimpin mempengaruhi dan dapat mendelegasikan tugas anggotanya dengan efektif sehingga tercapainya tujuan perusahaan. Kepemimpinan dapat digunakan untuk kebaikan dan tidak jarang banyak pemimpin yang menyalahgunakan jabatan yang telah diberikan. Pemimpin dapat memilih apakah akan bertindak dari keegoisan dan keserakahan untuk mengurangi "lawannya" atau berperilaku baik dengan cara melayani anggotanya dan memotivasi anggota untuk menumbuhkan dan memaksimalkan potensi anggota sebagai karyawan dan juga sebagai manusia.

Untuk itu, modal yang diperlukan sebagai pemimpin selain skill dan pengetahuan yaitu adalah moral. Gunanya moral adalah untuk mengatur standar perilaku seseorang untuk hidup secara kooperatif dalam sebuah kelompok. Moral juga menjadi salah aspek penting untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama untuk selalu berbuat baik di setiap lingkungan terutama lingkungan kerja.

Kepemimpinan moral adalah kepemimpinan yang mengajarkan tentang bagaimana membedakan hal yang benar dari yang salah dan melakukan hal yang benar, melakukan perbuatan yang adil, jujur, dan benar dalam mencapai dan memenuhi tujuan. Pemimpin memiliki pengaruh yang besar atas orang yang dipimpinnya dan kepemimpinan moral mengangkat orang dan meningkatkan kehidupan orang lain. Kepemimpinan yang tidak bermoral memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri.

Para pemimpin tahu apa yang mereka anggap benar, tetapi jika mereka selalu bekerja dengan mengandalkan kekuatan internal mereka serta kebijakan dan proses eksternal untuk membuat mereka tetap melakukan hal yang benar. Salah satu karakteristik internal yang mempengaruhi kemampuan adalah seorang pemimpin untuk membuat pilihan moral adalah tingkat perkembangan moral individu. Secara khusus, ada model pengembangan moral pribadi yang dijelaskan Richard L. Daft dalam bukunya The Leadership Experience (2018).

Tingkat Pra-Konvensional

Pada tingkat ini, seseorang dapat peduli tentang hal yang benar dan salah dengan menjadi seseorang yang bersifat egosentris (melihat dunia dari sudut pandangnya sendiri), mengikuti aturan dan cenderung menghindari hukuman. Mereka mengikuti aturan untuk menghindari kemungkinan untuk merugikan diri sendiri. Mereka yang berada dalam posisi kepemimpinan ini cenderung bersifat diktator terhadap orang lain dan cenderung menggunakan posisi ini untuk kemajuan pribadi.

Tingkat Konvensional

Pada tingkatan ini, orang-orang mulai beradaptasi dan memiliki sifat konformis yaitu mulai belajar bagaimana cara menyesuaikan sikap dan perilaku agar sesuai dengan perilaku baik yang diidentifikasikan oleh rekan kerja, keluarga, teman, maupun budaya perusahaan. Orang-orang pada tingkat ini biasanya patuh terhadap aturan, norma, dan nilai-nilai dalam budaya perusahaan. Orang-orang di tingkat konvensional mematuhi norma-norma sistem sosial yang lebih luas. Pada tahap ini budaya masyarakat yang lebih luas yang mengagungkan kesuksesan dengan cara apapun asalkan sejalan dengan sistem.

Tingkat Pasca-Konvensional

Para pemimpin berpedoman pada prinsip yang diakui secara universal sebagai perilaku yang adil dan benar. Orang-orang pada tingkatan ini cenderung tidak mematuhi aturan atau hukum yang berpotensi dapat melanggar prinsip-prinsip tersebut. Pada tingkat ini terdapat usaha untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki kebenaran dan dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun