Mohon tunggu...
Muhammad HafidzAtalah
Muhammad HafidzAtalah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sangat menyukai basket

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gaya Pendidikan yang Tepat untuk Gen Z

9 Desember 2022   13:35 Diperbarui: 9 Desember 2022   13:43 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Negara Indonesia saat ini diisi oleh penduduk yang terkelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok generasi, yakni yang pertama adalah generasi Baby Boomer yaitu mereka yang lahir pasca berakhirnya perang dunia kedua atau setelah kemerdekaan Negara Republik Indonesia tepatnya mereka yang lahir antara tahun 1946 sampai dengan tahun1964. Kedua generasi X atau disingkat Gen X yakni mereka yang lahir antara tahun 1965 sampai dengan tahun 1980. Ketiga generasi Millennial yakni mereka yang lahir antara tahun 1981 sampai dengan tahun 2000, sedangkan yang terakhir adalah generasi Z atau disingkat dengan Gen Z yakni mereka yang lahir antara tahun 2001 sampai dengan sekarang.

(Ali dan Purwandi , 2016).

Masing-masing generasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda karena dibentuk oleh sejarah yang berbeda-beda pula. Generasi yang pertama ialah Generasi Baby Boomer. Generasi ini lahir setelah berakhirnya perang dunia kedua. Setelah itu disusul oleh (Gen X) yang saat ini sedang memimpin atau mendominasi pengaruh arah pembangunan di Indonesia. Sedangkan generasi millennial saat ini di Indonesia berjumlah paling dominan yakni sekitar 34 persen. Mereka saat ini sedang berposisi sebagai mahasiswa atau karyawan baru di instansi pemerintah maupun pada perusahaan-perusahaan swasta. Sedangkan pada saat ini, Gen Z Indonesia berjumlah 33 persen. 

Generasi Z, saat ini rata-rata berstatus pelajar di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas atau sebagian kecil sudah menjadi mahasiswa. Sejak lahir Gen Z sudah akrab dengan teknologi , oleh karena itu mereka sangat menguasai pemanfaatan internet melalui gadget, juga media sosial. Gen Z nampaknya sudah tidak cocok untuk dididik dengan sistem pendidikan yang lama yang sudah ketinggalan zaman. Mereka mempunyai masa depan yang sangat berbeda dengan masa depan generasi sebelumnya. Generasi Z ialah generasi yang hidup pada zaman globalisasi yang sangat erat dengan ilmu pengetahuan maupun teknologi yang semakin maju yang kemajuannya hampir tidak dapat diikuti oleh generasi-generasi sebelumnya. Oleh karena itu kepada mereka harus ditanamkan nilai-nilai dasar kehidupan universal.

Pada akhir abad 20 seorang futurolog sekaligus ilmuwan terkenal dari Amerika Serikat yang bernama Robert B. Tucker dalam bukunya Managing The Future (1991), menulis sepuluh tantangan yang akan dihadapi pada abad 21 antara lain: kecepatan (speed), kenyamanan (convinience), gelombang generasi (wafe age), banyak pilihan (multiple choice), gaya hidup (life stile), kompetisi harga (discounting), pertambahan nilai (value added), pelayanan pelanggan (costumer service) teknologi sebagai andalan (tecnology), jaminan mutu (quality controll). Apa yang diprediksi oleh Robert B. Tucker 30 tahun yang lalu sekarang telah nampak menjadi kenyataan. Tidak hanya orang-orang muda pemuda milenial namun juga orang-orang dewasa dan orang tua, hidup dengan berpacu kepada 10 hal tadi. Dari sepuluh tantangan yang dikemukakan oleh Robert B. Tucker tersebut terasa betapa beratnya tantangan abad 21 yang harus dipikul oleh generasi Z ke depan, karena depuluh tahun ke depan tantangannya akan lebih berat lagi. Abad 21 sebagai abad modern, segala serba canggih serba serba berbasiskan teknologi yang saat ini disebut juga sebagai Era 4.0. hampir semua aktifitas dilakukan oleh teknologi. Persoalan ini sangat berat yang harus dijawab oleh sistem pendidikan bagi generasi Z. Selain itu tugas pendidikan sebenarnya bukan hanya untuk mempersiapkan generasi muda termasuk generasi Z untuk siap bekerja di era modern yang serba teknologi canggih, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana sebuah sistem pendidikan bisa membentuk manusia menjadi manusia seutuhnya yang memiliki kearifan pribadi dan kearifan berbangsa dan bernegara. (Shindunata, 2000). Pertanyaannya adalah sistem pendidikan yang bagaimanakah yang tepat bagi generasi Z. (Gen Z)

Jauh-jauh hari di awal abad 21, seorang tokoh sekaligus pakar pendidikan Profesor DR. Mochtar Buchori dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Antisipatoris (2000), menyatakan bahwa setiap sistem pendidikan yang sehat selalu berusaha memahami zamannya dan berusaha pula memenuhi pula tuntutan-tuntutannya. Setiap sistem pendidikan yang dewasa selalu berusaha mempersiapkan masyarakat yang dilayaninya mengembangkan wawasan-wawasan baru untuk mengakomodasikan perubahan-perubahan yang tampak akan datang. Shindunata yang memberikan kata pengantar dalam buku tersebut, menyatakan bahwa manusia tidak hanya terdiri dari intelektualitas saja. Maka sistem pendidikan yang baik tak boleh tergoda untuk menekankankan kehebatan dan perkembangan intelektualitas semata-mata. 

Di samping pengembangan intektualitas, pendidikan perlu memberikan diri untuk pembinaan hati nurani, jati diri, rasa tanggung jawab, sikap egaliter dan kepekaan normatif yang menyangkut makna nilai dan tata nilai. (Mochtar Buchori 2000). 

Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21, menyatakan bahwa memasuki abad 21 era globalisasi, masyarakat Indonesia menghadapi tantangan yang meminta manusia Indonesia yang berkualitas tinggi. Dengan adanya krisis moneter yang berkepanjangan lebih mempertegas perlunya pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang yang tangguh, berwawasan keunggulan dan terampil. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut, yang diminta dalam era reformasi masyarakat dan bangsa Indonesia serta masyarakat kompettitf abad 21, merupakan produk dari sistem pembangunan pendidikan nasional yang mantap dan tangguh. (Profesor DR. H. A. R. Tilaar, M. Sc. Ed 1999). 

Dari ketiga tokoh pendidikan tersebut tersirat dan tersurat bahwa sistem pendidikan bagi generasi Z (Gen Z) harus sesuai dengan tuntutan abad 21, abadnya atau zamannya generasi Z. Mengacu pada sepuluh tantangan abad 21 yang dikemukakan oleh Robert B. Tucker, maka sistem pendidikan bagi generasi Z, adalah sistem pendidikan yang dapat membentuk manusia cerdas secara intektualitas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta yang memiliki pandangan jauh ke depan atau visioner (visions). Cukupkah dengan hal itu saja. Bagaimana dengan aspek kemanusiaan dan kepribadian. Apakah sistem pendidikan yang berbasis Information Tecnology (IT) atau berbasis aplikasisaja. Pada saat pandemi Covids 19 sekarang ini hampir semua kegiatan dilakukan dari rumah berupa Work From Home (WFH) dan Learning From Home (LFH) semuanya berbasis aplikasi teknologi informasi, antara lain dengan menggunakan fitur Google Classroom, Zoom, Teleconference, WAG, SMS, Video Call dan lain-lain.

Bagi generasi Z yang sangat fasih dengan teknologi kegiatan bekerja dan belajar berbasis aplikasi teknologi tidak menjadi kendala, bahkan sebagian merasakan sebagai suatu kemudahan dan membuat hidupnya lebih asyik. Dengan belajar berbasis aplikasi dan internet generasi Z memiliki keleluasaan yang tak terbatas. Mereka bisa menjelajah berselancar di dunia maya kapanpun waktunya, dengan siapun melakukan chatting atau googling, tentang apapun yang dijelajahi dan dipelajari dan di manapun mereka berada. Mereka bisa dengan leluasa memilih kontens yang dibutuhkan dan yang diinginkan, oleh karena itu model pembelajaran dengan sistem tatap muka dan berbasis kelas terasa sangat ketinggalan. Apalagi jika model pembelajarannya masih menggunakan model pembelajaran lama yang masih mengandalkan metode ceramah, ini jelas akan sangat ketinggalan. Oleh karena itu wacana dan rencana Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim tentang "Merdeka Belajar" sangatlah logis, wajar dan sulit untuk dihindari, karena saat inipun sebenarnya para peserta didik sudah banyak yang melakukan merdeka belajar.

Abad ke-21 yang dimulai pada tahun 2000 sebagai abad globalisasi menghadapi sejumlah tantangan yang sulit seperti kecepatan, kemudahan, pilihan yang luas, pembaruan generasi, perubahan gaya hidup, persaingan harga, nilai tambah, layanan pelanggan, teknologi sebagai pilar, dan kualitas. jaminan Menghadapi tantangan abad ke-21, Generasi Z harus siap dengan sistem pendidikan yang kuat dan berkelanjutan yang fleksibel, adaptif, dan membangun karakter. Sedangkan untuk saran, guru sudah harus mampu berperan sebagai teladan karakter yang baik dalam hal menginspirasi, sehingga dapat menjadi teladan juga layak untuk ditiru, ditiru, dan ditiru oleh siswa Generasi Z (Gen Z). Sistem pendidikan dan kurikulum yang fleksibel, adaptif dan pembentukan karakter serta didukung oleh tenaga pendidik aa yang berkualitas, diharapkan Generasi Z (Gen Z) menjadi generasi yang berkarakter kuat, tangguh dan berwawasan kebangsaan. mampu melakukan tugas-tugas yang menuntut masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun