Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

PSSI Butuh "Pengurus" Bukan "Parasit"

19 Februari 2011   11:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:28 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12981149532024328932

Oleh Atep Afia Hidayat - Pada tanggal 19 April 2011 mendatang, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) akan merayakan ulang tahun yang ke 81. Kalau dibandingkan dengan umur manusia, memang sudah termasuk ujur. Ya, PSSI sudah memasuki usia sangat matang. Namun kalau dilihat dari segi prestasi belum ada yang benar-benar membanggakan. Upaya pembinaan persepak-bolaan nasional masih jalan ditempat. Kesebelasan Nasional Indonesia nyaris tak berkutik apabila dihadapkan dengan kesebelasan nasional negara-negara sepak bola terkemuka. Ada apa dengan PSSI ? Kongres Sepak bola Nasional akan digelar di Bali. Hasil kongres antara lain diharapakan bisa menetapkan pengurus pusat yang mumpuni, yang benar-benar memperjuangkan sepak bola Indonesia. Bukan sekedar upaya melanggengkan pengurus yang sudah tidak berprestasi dan mengalami kebuntuan visi. Posisi PSSI begitu strategis dalam kancah persepakbolaan nasional. Bagaimanapun sepak bola masih merupakan olah raga nomor 1 paling populer di Indonesia, bahkan di dunia. Lebih jauh lagi, selain sebagai olah raga, sepak bola sudah memperluas statusnya antara lain merambah sektor bisnis, politik, sosial-budaya, entertainment, dan sebagainya. Sepak bola begitu penuh dinamika, terus menggulir seiring dengan makin kencangnya arus globalisasi. Berkat perkembangan teknologi informasi, gaung sepak bola makin menguat. Sepak bola telah hadir di seluruh pelosok Planet Bumi. Dengan kemajuan teknologi informasi kita bisa menyaksikan siaran langsung sepak bola dari manca negara. Sepak bola dimainkan di tempat-tempat terpencil di Afrika, sepak bola pun mewarna kota-kota terbesar di dunia, mulai dari London, Manchester, Paris, Lyon, Berlin, Munich, Madrid, Roma, Milan dan sebagainya. Nyaris semua kota di dunia memiliki klub sepak bola yang berkompetisi di liga setempat. Sedangkan pemainnya sebagian didatangkan dari negara-negara yang dikenal memiliki talenta yang unggul, Brasil, Argentina, Uruguay, beberapa negara Afrika, bahkan negara Asia seperti Jepang dan Korea Selatan kini sudah mampu memasok pesepakbola untuk liga trekemuka di Eropa. Sesama negara Eropa pun saling bertukar pesepakbolanya, tergantung kebutuhan klub. Sepak bola telah mempererat pergaulan antar bangsa, nyaris tidak ada batas ras, budaya maupun agama. Di Kesebelasan Nasional Perancis misalnya, banyak pemain muslim berkiprah seperti Franck Ribéry, Nicolas Anelka, Thierry Daniel Henry, Lilian Thuram, Éric Abidal , Lassana Diarra, Karim Benzema, Samir Nasri dan Hatem Ben Arfa. Sedangkan di Swedia ada Zlatan Ibramovic, dan di Belanda ada Robin Van Persie. Sepak bola telah menjadi simbol persetuan bangsa-bangsa di dunia. Semangat sepak bola ini sudah tentu bisa diaplikasikan di Indonesia, terutama untuk mempererat nasionalisme dan kebangsaan. Animo masyarakat Indonesia terhadap persepakbolaan nasional begitu menggebu-gebu. Hal itu bisa dibuktikan dengan dukungan yang luar biasa terhadap kesebelasan nasional ketika berlangsung babak final Piala AFF Suzuki, akhir Desember 2010 yang lalu. Dukungan itu akan makin menggurita jika PSSI sebagai pengelola tertinggi sepak bola di negeri ini mampu berkinerja dengan baik, dengan ketua umum dan jajarannya yang profesional, kapabel dan akuntabel. Jangan sampai muncul lagi semboyan "Kesebelasan Nasional Yes, PSSI No". Bagaimanapun, maju mundurnya sepak bola nasional dipengaruhi oleh keberadaan PSSI. Semoga Kongres Nasional di Bali bisa menetapkan pengurus yang benar-benar bisa mengurusi sepak bola nasional, bukan menghasilkan pengurus yang menjadi "parasit" dalam sepak bola nasional. Jayalah Indonesia-ku ! (Atep Afia)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun