Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Industri Selaras Lingkungan ? Bisakah ?

21 Maret 2011   04:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:36 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13006813231428074364

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Pesatnya pertumbuhan ekonomi dengan industri sebagai tulang punggung, selalu menyisakan dampak lingkungan yang makin parah. Kenapa bisa terjadi ? Bukankah dalam pengembangan kawasan industri selalu disertai studi kelayakan (feasibility study) yang meliputi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Lantas sejauh mana validitas Amdal tersebut. Sudah benar-benar direalisasikan atau baru sekedar pelengkap persyaratan yang fiktif. Bagaimanapun langkah industrialisasi merupakan "jurus" paling ampuh untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini intensif ekonomi dan dampak eksternal sektor industri lebih besar disbanding sector pertanian. Selain itu, tingkat produktivitas dan efisiensi sektor industri lebih tinggi, serta menyerap tenaga kerja jauh lebih banyak. Dalam setipa proses produksi selalu dihasilkan produk sisa atau limbah, hal itu berlaku untuk semua jenis industri. Dengan demikian dituntut pengelolaan limbah yang terencana dan modern. Limbah industri tidak bisa ditangani ala kadarnya atau dibuang begitu saja. Jika berbuat demikian, maka sang industriawan terkesan tidak bertanggung jawab, bahkan bisa diseret ke meja hijau. Limbah industri berwujud gas, cair atau padat seringkali membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat di sekitarnya. Di sebuah kawasan industri tekstil, limbah yang berwarna-warni dengan bau tak sedap, dengan leluasa memasuki saluran air atau sungai. Padahal sungai tersebut memiliki beragam fungsi, mulai dari pengairan tanaman pangan, perikanan, atau keperluan sehari-hari. Jika kondisi perairan makin tercemar, maka masyarakat sekitar menjadi enggan untuk mendayagunakannya. Lebih jauh lagi perairan bisa menjadi sumber penyakit yang membahayakan, bisa menimbulkan gatal-gatal, diare dan sebagainya. Jika limbah industry memasuki area pesawahan, maka tanaman padi akan terkontaminasi beragam komponen limbah, seperti logam berat. Tak jarang hasil panen bisa mengandung residu limbah industri. Selain merusak perairan, buangan industri juga berpotensi mencemari atmosfer sekitar. Udara di sekitar kota-kota industri seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung, Cimahi, Surabaya, Gresik dan Sidoarjo, sudah terkontaminasi beragam polutan industri. Beberapa senyawa kimia buangan industri berpotensi menimbulkan gangguan pernafasan dan kerusakan kulit. Kalau asap terus dilepas tanpa kendali, tidak berlebihan jika suatu saat kota-kota tersebut akan diselimuti asbut (asap kabut). Bencana asbut pernah menimpa Tokyo dan beberapa kota lain. Suasana udara kota tak ubahnya seperti sebuah kota yang terkena semburan material letusan gunung berapi, sebagaimana terjadi di Jogjakarta, Magelang dan sekitarnya beberapa bulan yang lalu. Industrialisasi merupakan bagian dari pembangunan. Di manapun aktivitas membangun selalu menimbulkan risiko lingkungan. Dalam hal ini Prof Otto Soemarwoto (pakar lingkungan dari Unpad) berpendapat, bahwa masalahnya bukan membangun atau tidak membangun. Melainkan bagaimana membangun agar sekaligus mutu lingkungan dan mutu hidup dapat terus ditingkatkan. Pendapat yang idealis memang, faktanya sangat sulit untuk menjadikan industri dan lingkungan seiring dan sejalan. Dalam kondisi yang ideal, sector industri tidak hanya mengeksploitir lingkungan, tetapi turut merawat dan melestarikannya. Di sisi lainnya daya dukung lingkungan terhadap industry makin optimal. Alhasil keduanya selalu dalam posisi yang berimbang, sehingga kesan dikotomis dan dilematis bisa diredam sedemikian rupa. Memang agak terkesan klise atau bombastis. Namun jika tidak begitu maka misi pembangunan yang sesungguhnya tidak akan pernah tercapai. Apalah artinya pendapatan masyarakat cukup tinggi jika hidup bergelimpangan dalam sampah, limbah dan polutan. Tak ada pilihan lain, industri harus berwawasan lingkungan. (Atep Afia). Sumber Gambar: http://muhtadi71.wordpress.com/2009/02/14/revolusi-biru-itu-telah-dimulai/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun