Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bahaya Mendewakan Ijazah

1 Oktober 2020   13:58 Diperbarui: 1 Oktober 2020   14:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minat membaca dan menulis di masa pandemi ini melonjak drastis. Semua orang berlomba-lomba membekali diri dengan melahap berbagai informasi, entah di media cetak atau media online. 

Grup-grup pegiat literasi di akun media sosial kebanjiran pendatang baru. Mereka datang dengan satu misi, "Ingin mengabadikan momen kalau saya adalah saksi sejarah korona.

Matahari pengetahuan menyinari serta memanasi jagad maya dan nyata. Penyebaran arus informasi menjaring di udara. Tertangkap semua orang melek pengetahuan dalam jenjang usia yang berbeda mulai dari tingkat sekolah dasar hingga lanjut usia. 

Mereka bisa mengakses berbagai genre tulisan, entah sastra atau ilmiah, entah metode belajar atau tutorial memasak, entah cara cepat menurunkan berat badan atau tips mencari jodoh yang tepat.

Cita-cita mengabadikan momen itu terekam jelas di dinding-dinding linimasa media sosial, di dalam folder-folder komputer dan dalam catatan di buku-buku harian. 

Mbak "google" penyokong dan penyaji informasi tercepat dan tercanggih di dunia, dibanjiri peminat informasi. Google, sang filsuf amatiran di dunia para digital. Dia semakin dipuja-puji.

Gerakan mengabadikan sejarah serta niat melawan lupa di masa pandemi ini menjadi aksi tandingan bagi mereka yang terlalu mendewakan ijazah tanpa memperkaya diri dengan "on going education by reading and writing."

Dalam catatan dunia, bangsa Indonesia menjadi negara dengan tingkat kesadaran membaca sangat minim. Presentasi orang yang membaca setiap hari sangatlah sedikit. Hanya instansi pendidikan seperti sekolah dan kampus-lah yang menjadi penyumbang minat membaca bagi bangsa ini. 

Ya, memang harus seperti itu karena sekolah dan kampus mewajibkan orang membaca dan menulis. Namun, perlu ditinjau lebih jauh apakah minat dan motivasi membaca dan menulis di sekolah dan kampus juga sangat besar?

Lantas bagaimana dengan masyarakat di luar instansi pendidikan itu? Seperti mereka yang bekerja di pabrik-pabrik, di perkantoran, nelayan, petani, pedagang, dan lain sebagainya? Apakah ada minat membaca di sela-sela kesibukan harian?

Ada tren bahwa kegiatan membaca dan menulis itu berhenti ketika telah menerima ijazah. Memang benar bahwa ijazah adalah bukti bahwa kita pernah mengenyam pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun