Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Potret Senja Masa Lalu

12 Juni 2019   18:15 Diperbarui: 12 Juni 2019   21:27 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Wawan Kurniawan

Senja menyapu indah percikan sinar mentari. Dia beranjak menuju ke tepian. Merah tua di langit sore perlahan menghilang. Jejak dalam bayang mulai luntur dan lenyap. 

Duniaku terlahir dalam senja. Saat panas mulai redup seonggok anak mengitari tanah. Berlari. Berteriak. Tertawa. Bergurau. Semua terukir begitu saja. Mungkin kebetulan. 

Senjaku seperti ibu tukang tenun. Duduk manis di ujung barat. Memanggil penjelajah cinta mengotori kaki dan tangan. Benang-benang galeri dipental dengan jemari cinta yang mulai keriput. Rapuh nan lemah namun bertahan hingga malam tiba. 

Perlahan rasa itu telah pergi. Tersimpan di benakku memori indah masa lalu. Masih terdengar jelas dentuman buah kelapa yang jatuh ke tanah. Suara ibu memanggil di kala malam menyelimuti diri. Galeri rasa terus bersuara dalam rindu dan kangen. 

Terlukis di mata polos bentangan cinta yang tercecer di tanah tempat aku bermain. Di sudut-sudut tua terpatok tiang tak bermulut yang menjadi saksi tentang masa indahku. Dalam diam galeri rasa ini terus berontak memaksa ke masa lalu. Dalam bisik kutenangkan. Diam dan bersabarlah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun