Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jadikan Panti Jompo Rumah Terakhir Kita (Valentine Day Reflection)

14 Februari 2019   00:29 Diperbarui: 14 Februari 2019   00:29 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa tua, seorang kakek harus merawat istrinya yang sedang menderita struck. Hal inilah yang menuntut dia untuk membagi waktu dalam merawat istri dan untuk mengerjakan segala pekerjaan seorang diri. Dalam keadaan seperti itu dia tetap setia pada hidup kesehariannya tanpa ada kata menyerah.

Pada suatu kesempatan, sang istrinya memanggilnya dan berbicara tentang kehidupan mereka. Sang istri menginginkan agar dia dimasukkan ke dalam rumah jompo. Dengan dimasukkan ke rumah jompo maka kehidupan suaminya akan semakin ringan. Uang pensiunan akan digunakan untuk keperluan hidup suami dan sedikit biaya rumah jompo.

Sang kakek merasa berat dengan keinginan istri tercintanya. Dia minta waktu kurang lebih sembilan hari. Lalu, apa yang dilakukan sang kakek? 

Dia mengisi sembilan hari tersebut untuk bernovena. Setiap sore dia sempatkan diri untuk pergi ke gereja dan bernovena. Hal itu dilakukan selama waktu yang ditentukan. Ketika hari kesembilan dia menghadap istrinya. Lalu, dengan berat hati dia harus memberi keputusan. Sang istri merasa berat dan harus menerima keputusan yang akan diambil suaminya demi kehidupan mereka berdua. 

Sang suami dengan berat hati memegang tangan sang istri lalu berkata, "Selama novena, Tuhan menunjukkan jalan yang baik untuk memutuskan hal ini. Aku diberi pencerahan dan Tuhan memberi jalan agar kamu, sayangku, boleh tinggal di panti jompo. Tuhan juga memberi jalan yang membuatku bisa menyetujuinya. Aku akan menemani kamu tuk tinggal bersama di panti jompo. Kita akan tinggal bersama satu rumah, satu tempat tidur, dan tetap satu dalam cinta. Itulah keputusanku. Dengan begitu aku tetap berada di sisimu selamanya saat suka maupun duka. 

Sejak pertama kali bertemu denganmu, Tuhan memberiku tugas mulia yakni tetap berada di sisimu saat engkau menderita seperti ini. Apa gunanya kita menjalani bahtera rumah tangga selama kurang lebih lima puluh tahun hingga akhirnya kita dipisahkan hanya karena penyakit ini. 

Kekuatan cinta yang kita ikat bersama pada saat engkau dan aku masih muda akan tetapi muda dan abadi meskipun kita telah rapuh termakan usia. Cantikmu saat pertama kujatuh hati dan jatuh cinta selalu menghiasi hatiku baik saat aku kita dalam masalah ataupun aku lalai menegurmu di saat engkau berbuat salah. 

Begitu pun sebaliknya, engkau meneguhkan cinta kita di saat aku terlalu sering berpikir ego tentang diriku sendiri tanpa tahu bahwa engkau adalah milikku selamanya. Aku bangga dengan semua kecemburuan cintamu padaku selama ini. Engkau begitu tabah ketika aku pulang larut malam dan sering tak tahu mengontrol diri. 

Tahukah kamu, sering dalam doa dan tidurku aku selalu merenungkan semua kata teguranmu yang begitu sakit. Namun, teguran itu mampu memberi keteguhan pada cinta kita. Sayang, kita akan selalu bersama. Aku akan ada di sisimu dalam untung dan malangmu. Aku tak mau mengkhianati cinta yang telah kita rajut sejak masa muda. 

Aku selalu ingin melihat senyum yang terpancar dari wajahmu ketika kita meneguhkan cinta abadi di hadapan Tuhan. Cahaya senyumanmu menyinari hidupku di setiap bangun dan tidurku. Semua itu karena engkau selalu berada di sampingku. Mulai besok kita akan menjalani hidup bersama di panti jompo. Jika rumah ini mengundang rindu kita akan datang dan membersihkannya. 

Satu kekuatan yang selalu kurenung selama novena sembilan hari, yakni bahtera rumah tinggal boleh berpindah namun bahtera hati kita tetap satu, utuh, dan abadi selamanya. Kita akan mengarungi samudera sukacita ini secara bersama. Kita mampu menembus badai, mengalahkan gelombang hidup dengan bersatu dalam janji dan kesetiaan cinta yang telah dipersatukan Tuhan. Istriku, aku mencintaimu selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun