Terus terang, pandemi Covid-19 benar-benar berdampak besar terhadap pedagang makanan, saya merasakan sendiri.
Bukan operasional usaha saja yang terhambat, tapi pelanggan seolah enggan jajan di luar. Menurut saya ada dua kemungkinan kenapa penjualan saya menurun drastis.
Kemungkinan pertama karena orang pada hemat lantaran banyak yang kena PHK, juga karena kebutuhan hidup semakin tinggi terutama dalam menjaga kesehatan (beli masker, hand sanitaiser, vitamin, dll).
Kemungkinan kedua bukan karena penghasilan pelanggan berkurang, tapi karena takut tertular virus Corona yang penyebarannya memang masih masif di Indonesia.
Makanya banyak diantaranya masyarakat memilih masak sendiri ketimbang jajan di luar.
Hari-hari berat sudah terasa sejak bulan Maret dan puncaknya bulan puasa Mei kemarin. Di tahun-tahun sebelumnya bulan puasa waktunya panen bagi warung makanan.
Eh tahun ini jangankan panen, mau tidak mau saya harus tutup warung karena benar-benar minus buat operasional.
Disisi lain saya masih punya hutang di salah satu bank lewat program KUR. Sebelum adanya wabah sih angsuran bulanan bisa terbayar dari hasil usaha.Â
Tapi buat saya yang mengandalkan perputaran uang harian dan harus tutup usaha, cicilan sekecil apapun tetap terasa berat.
Nah kemarin sempat baca berita katanya ada tambahan subsidi bunga KUR dengan skema pemberian subsidi 6% dan 3% selama 3 bulan.
Saat ini usaha saya memang sudah mulai buka kembali, tapi pelanggan dan omset penjualan juga belum bisa pulih seperti sedia kala. Ini saja masih mengandalkan gofood dan grabfood yang sulit diprediksi.