Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hilangnya Seni dalam Proposal Kebangsaan

6 Desember 2021   08:40 Diperbarui: 6 Desember 2021   08:44 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: prima.go.id)

Jakarta. Bukan Jakarta namanya, jika tak menghadirkan daya tarik bagi insan insan yang mendiami ruang didalamnya. Jakarta terletak di pesisir bagian laut pulau Jawa. Dan dahulu dikenal dengan beberapa nama : Sunda kelapa, Jayakarta dan Batavia. Didalam dunia internasional pun Jakarta mendapatkan julukan J-Town.

Ruang Jakarta-tidak seluas provinsi lainnya di Indonesia. Luas ruangnya hanya sekitar 7.659, 02 km persegi. Namun dengan luas ruangnya yang terbatas itu, Jakarta memiliki ruang ruang sejarah-kebudayaan yang mampu menarik kedalam lorong lorong waktu dan pemikran kebangsaan. Sebut saja di jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, tanggal 23 Agustus 1963, Gunawan Mohammad dan Bokor Hutasahut, mendiskusikan naskah manifesto kebudayaan yang disusun oleh seniman HB Yassin dan Wiratmo Soekito. Isi naskah manifesto kebudayaan itu menolak jargon Lekra yang berbunyi : "Politik sebagai panglima", Manifesto kebudayaan lebih menyuarakan  Humanisme universal, dan mengutamakan bentuk kesenian yang mengabdi pada kepentingan rakyat. "Kami para seniman dan cendikiawan Indonesia dengan ini mengumumkan sebuah manifesto kebudayaan yang menyatakan pendirian, cita cita politik kebudayaan nasional kami. Bagi kami kebudayaan adalah perjuangan untuk menyempurnakan kehidupan manusia. Kami tidak mengutamakan salah sektor kebudayaan diatas sektor kebudayan lain" (sebagian bunyi naskah Manifesto kebudayaan).

MENGGESER KESENIAN

Dan sejarah itu pun kembali terulang dalam kontek yang berbeda. Didalam Hotel Bintang Wisata Mandiri, Jalan Raden Salah, Cikini, Jakarta Pusat. Partai Prima menyelenggaran kegiatan rapat pimpinan nasional (RAPIMNAS) pertamanya. Rapat Pimpinan Nasional yang digelar 3-5 Desember 2021 itu, dikuti oleh seluruh Dewan Pengurus Wilayah di Indonesia. Partai dengan logo Arah Bintang itu, berusaha menghadirkan keakrabannya kepada publik dengan slogan "Partainya Rakyat Biasa".

Menarik ketika menyaksikan pada latar gambar kegiatan acara rapimnas itu. Dengan mengambil latar gambar rakyat yang tersingkirkan oleh kebijakan politik kekuasaan yang berkuasa. "Lolos KPU-Menang Pemilu" adalah Tema yang diangkat dalam Rapimnas Partai Prima pertama di Jakarta. Sejumlah komisi pun dibentuk untuk membahas dan mendalami masing masing kepentingannya, Komisi A, berkutat pada ruang politik, Komisi B, bergulat pada ruang organisasi, dan Komisi C, membahas ruang logistik.

Ketika pemaparan pemandangan umum di rapat pleno, terjadi pertanyaan pertanyaan membuka celah dan berusaha menutupi dan menyempurnakan. Dan paling tajam ialah persoalan struktural organisasi dan logistik keuangan organisasi Partai Prima. Kedua persoalan itu tajam mengemuka, lantaran untuk menghantarkan partai Prima lolos KPU dan memenangkan pemilu 2024, adalah bukan perkerjaan mudah. Apalagi sistem politik dan kekuasaan yang kental dengan kepentingan oligarkis dan bersifat liberalistik.

Dalam rapat Pimpinan Nasional Partai Prima itu, terungkap hanya untuk menguatkan dan melagalisasikan sembilan program yang sudah terlanjur diluncurkan kepada publik luas. Adapun sembilan 9 program yang ditawarkan sebagai jalan keluar mengatasi persoalan bangsa antara lain : Pajak yang Berkeadilan; Industrialisasi Nasional dengan menjamin Kesejahteraan Pekerja; Pertanian modern; Memajukan UMKM sebagai sokoguru perekonomian Nasional; Memajukan manusia Indonesia; Demokrasi partisipatif; Pemerintahan bersih; Kesetaraan bagi seluruh warganegara, termasuk Kesetaraan Gender; dan Mengedepan Keadilane Ekologis.

Dalam program Proposal Kebangsaan itu, terungkap persolan seni tidak masuk didalamnya. Padahal sektor seni adalah salah satu sektor dari sektor sektor kebudayaan manusia, yang mampu menghadirkan (rasa) kemanusiaan. 

Sebagimana dipahami bersama, bahwa hak hak asasi manusia dinegera ini (Indonesia) kian tergerus dan kian mengkhawatirkan. Karena politik semakin menjadi panglima dinegeri ini. Sementara itu, politik dinegeri ini mencerminkan politik oligarki, semua ruang ruang yang ada didalamnya dikonversi menjadi rupiah dan dollars, mesin jackpot. Sehingga tidak mengherankan, jika telah melahirkan jurang si miskin dan si kaya yang semakin menganga dan terbuka lebar dinegeri ini, yang dikenal "Tongkat kayu ditanam menjadi tanaman" kaya raya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun