Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Ruang Diklaim Partai Politik

27 Mei 2021   14:17 Diperbarui: 27 Mei 2021   14:31 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang publik dan ruang politik adalah sangat sulit dipisahkan dalam kehidupan kita manusia didunia. Dan publik ditanah air kini (tengah) sibuk mengurusi persiapan anak anaknya untuk masuk pendidikan formal (PPDB) sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Jika kita berbicara pendidikan, maka seketika teringat dengan masa masa disekolah.Ketika masih sekolah, kita dikenalkan sejumlah mata pelajaran, terutama pelajaran tentang empat dimensi (ruang dan waktu). Selanjutnya, kita pun mengenal yang namanya ruang ruang kehidupan, ruang mistis dan ruang materialis. Ruang ruang itu adalah ruang yang dibangun oleh pengalaman manusia, baik melalui struktur rasa maupun struktur pikiran.

Keberadaan ruang ruang itu, kian diamini dalam kehidupan dunia modern. Tidak dapat digusur dalam pelbagai aspek atau sudut pandang rasio (logika) dan rasa manusia itu sendiri. Dan nampaknya, kedua hal tersebut merupakan pemberian Illahi sebagai anugerah kepada kita manusia untuk bisa mengelolanya secara benar dan optimal sesuai fitrahnya. Karena manusia diciptakan-Nya (terdiri) dari dua unsur yang berbeda. Yakni unsur materi dan immateri, jiwa dan raga, serta jasmani dan ruhani. Dan Hegel, dengan (relatif) sangat bagus dan memuaskan hasrat manusia yang serba kepengen tahu itu dengan hidangan (teori) dialektikanya.

RUANG POLITIK DAN KEKUASAAN

Melalui perjalanan hidupnya didunia, manusia pun berusaha memahami ruang ruang tempat tinggalnya (dunia) melalui fenomena fenomena yang terjadi dan lahir dari pengalamannya. 

Ketika manusia belum mengenal potensi dan kemampuan rasio (akal-pikirannya), maka manusia pun berusaha menjelaskan fenomena alam dan kehidupan manusia itu dengan rasa. Exampleir : Ketika hujan turun dan diringi dengan suara guntur (petir-kilatan cahaya dilangit) yang nyaring dan keras terdengar, maka manusia pun membuat pencitraan tentang adanya kekuatan maha dasyat yang berada diluar kekuatan manusia, yakni citra roh dan dewa. Manusia pun segera membuat sesembahan (ibadah ritual) kepada kekuatan maha dasyat itu, roh roh halus atau dewa dewa.

Setiap fenomena fenomena alam yang lahir dalam ruang kehidupan manusia,  maka disitu pulalah lahirnya roh roh atau dewa dewa : dewa langit, dewa laut, dewa api, dan seterusnya). Dengan beribadah kepadanya (roh roh dan dewa dewa) diyakini dapat memberikan ketenteraman dan kedamaian dalam kehidupan manusia di bumi. Hanya dengan melekatkan dirinya dengan dewa, maka manusia akan dapat hidup dengan tenang, tenteram dan damai jiwanya.

Namun seiring berjalannya waktu, perubahan hidup manusia pun ikut menyesuaikannya, terutama saat manusia mengenal potensi akalnya, dan berusaha mengelola potensinya itu untuk mengatur kehidupannya di bumi tanpa melibatkan ruang mistis, roh roh halus dan dewa dewa. Dan meyakini bahwa dirinya adalah pusat dan bukan tuhan. Manusia adalah pusat ukuran segala sesuatu, pusat ukuran kebenaran dan juga pusat ukuran kesalahan dalam kehidupannya di bumi ini.

Melalui kemampuannya dalam mengelola akal pikirannya, manusia pun berhasil mengungkap hukum hukum alam. Manusia berhasil menemukan hukum gravitasi (ruang) dan serpihan serpihannya, seperti hukum fisika, kimia dan seterusnya. 

Bahkan hukum sosial, hukum ekonomi, hukum politik dan seterusnya. Ilmu dan teknologi yang dihasilkan oleh manusia itu telah mendaulat dirinya sebagai penguasa  kehidupan dialam, dan bukannya roh roh, dewa dewa, atau tuhan. Nyanyian nyanyian pun disenandungkan kedalam ruang publik : " Tuhan telah mati ",  "Agama adalah candu masyarakat", " " dan Tuhan adalah tempat hiburan bagi kaum dhuafa, melarat, miskin, dan bodoh". " Surga dan Neraka adalah ilusi kaum papa yang lemah, " demikian mereka menyaringkan kembali nyanyiannya.

KOKOHNYA RUANG MATERIALIS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun