Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Senja Itu Melahirkan Ummat

30 April 2021   10:57 Diperbarui: 30 April 2021   11:16 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Produktifitas tak melulu identik dengan usia muda. Namun ia juga identik dengan usia tua dan senja. Karena produktifitas itu, terkait dengan kerja keras manusia dalam menyikapi kehidupan di alam dunia ini. Yakni, bagaimana ia (seorang manusia) mampu menghadirkan jiwa dan gagasan gagasan segar dan universalnya yang fitri dalam menjalani kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum, dan seterusnya. Misalnya, menghadirkan kebenaran dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dunia sains abad modern telah membuktikan, bahwa otak manusia masih bisa digunakan hingga ratusan tahun, bahkan ribuan tahun. Manusia hanya menggunakan 10 persen dari otaknya. Dan hal ini, membuktikan kapasitas dan daya tampung otak manusia tak pernah penuh. Ia bisa digunakan (untuk belajar) oleh orang yang sudah tua renta berusia ratusan tahun. Suatu hari imam Hasan Al Bashri, pernah ditanya seseorang yang usianya 80 tahun. "Apakah orangtua itu masih pantas menuntut ilmu? Imam Hasan pun menjawabnya singkat : " Jika ia masih pantas hidup".

Siapa yang menganggap dirinya masih pantas untuk hidup, maka dirinya mesti belajar dan menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu tak mengenal usia-lintas usia, anak anak, remaja, dewasa, dan tua. Ada banyak kisah yang dapat diungkap media. Diantaranya, nenek shalih, yang hafal al Qur'an diusianya yang sudah 82 tahun. Ada pula kisah Dra Jauharah Bawazir SPsi MPd, yang hafal al Qur'an pada usia 70 tahun. Uniknya, nenek Jauharah, berhasil menghafal Al Qur'an dalam waktu yang singkat, yaitu 39 hari.

AMIN BINTANG UMMAT

Dalam salah satu riwayat (Hadit's) diterangkan, " Bahwa Allah tidak memandang harta dan struktur fisik kalian. Tetapi Allah hanya memandang hati dan perbuatan kalian". Dan pesan Kanjeng Rasulullah SAW ini, telah memberikan inspirasi bagi seorang ulama, ahli hukum, dan juga sufi, Fariduddin Aththar, saat menjelaskan tentang perjalanan dan hakekat para sufi, kekasih Allah. Mengelola hati, jiwa dan pikiran, bukanlah perkerjaan mudah, melainkan suatu kerja keras yang harus dilakukan terus menerus. Sehingga kerja kerasnya itu dapat menghasilkan (produktif). Dalam Tuturan Agung-Nya (Qur'an), Allah, mengajak ummat manusia didunia untuk berpikir mengenai tanda tanda Kekuasaan-Nya dialam semesta ini, termasuk didalamnya pada diri kita sendiri.

Hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alam, merupakan suatu hal yang harus dilakukan ummat manusia yang sadar agar kehidupan didalamnya terjaga dan terpelihara dengan baik dan seimbang. Namun demikian, kehidupan didunia ini adalah bukan kehidupan ruang hampa. Tetapi didalam kehidupan didunia ini adalah ruang dialektika : Ruang-isi kebaikan dan ruang-isi keburukan selalu bersentuhan dan bertubrukan, untuk mendapatkan hasil sesuatu. Dan ruang ruang itu, sangat terasa dan terlihat pada ruang politik dan kekuasaan.

Amin Rais, seorang warga kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, yang berhasil menglobal kehidupan sosialnya, berhasil menggondol gelar Doktor (politik) dari Universitas Chicago, Amerika serikat. Sebagaimana telah dipahami bersama, bahwa amal tanpa ilmu seperti memasuki separuh kehidupan (hewan). Demikian pula sebaliknya. Dan Amin Rais, berusah menjabarkan ilmu yang diperolehnya itu dalam kontek politik. Kita dapat membaca tulisan tulisannya yang terkenal dan fenomenal mengenai ' Politik Adiluhung'.

Diusianya yang sudah memasuki senja, Amin Rais, tetap menggeliat mba anak muda berusaha menjabarkan teori Politik Adiluhungnya itu dalam kontek politik ditanah air-nasional. Setelah gagal mendapatkan dukungan politiknya dari teman temannya di Partai Amanat Nasional. Ia pun tetap berusaha optimis dan bangkit membangun kembali kekuatan gagasan politiknya itu, bersama kawan kawan dekat seperjuangannya. Dan berhasil membangun dan mendirikan institusi politik (partai). Partai politik itu, diberi nama PARTAI UMMAT. Partai Ummat diyakini akan dapat memantik simpatik publik ditanah air, yang sudah terlanjur kecewa dengan Partai partai politik yang telah mapan, dan lebih suka berselingkuh dengan kekuasaan (uang dan jabatan) daripada berselingkuh dengan kepentingan rakyat dan negara.

Resmi. Partai Ummat telah secara resmi di deklarasikan keruang publik tanah air, pada Kamis, 29 April 2021 Masehi, atau bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1442 Hijriyah Kegiatan deklarasi yang dilaksanakan secara virtual-digital online itu, dihadiri oleh pengurus daerah diseluruh Indonesia. Dan tayangan deklarasi Partai Ummat itu, berhasil tayang dan diikuti oleh puluhan ribu orang (viewers). Suatu prestasi yang luar biasa. Achievement, karena dalam waktu yang tidak lama Partai Ummat mampu membangun jaringan, membentuk pengurus dan menarik simpatik publik berskala nasional.

LAWAN KEZHALIMAN DAN TEGAKKAN KEADILAN. Begitu bunyi spirit yang dibangun Partai Ummat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun