Mohon tunggu...
Astri Mirdanda
Astri Mirdanda Mohon Tunggu... Guru - Guru

Kertas yang ingin bernilai emas.

Selanjutnya

Tutup

Drama

Anakku Tak Pernah Salah

12 September 2017   20:20 Diperbarui: 12 September 2017   20:24 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh rajinnya anakku. Langkah kaki pertamanya menyentuh kelas saat bunyi lonceng sudah lewat sekitar tiga puluh menit yang lalu. Jangan tanya di mana dia tadi. Sudah berlembar-lembar kertas kecil persegi panjang menempati jari mungilnya yang tak terurus. Sudah berapa kali ku nyanyikan dia, namun tetap saja laguku tak menggema di sanubari.

Sungguh patuhnya anakku. Tulisan pertamanya bahkan tak terekam dalam buku. Berbatang-batang sudah menjadi debu pun tangannya sibuk menimang-nimang Nemo. Pikirnya mungkin Nemo akan hilang kalau tak ditimang. Sudah berapa kali ku migrasikan Nemo, namun tetap kembali. Nemo punya terlalu banyak saudara kembar.

Sungguh baiknya anakku. Karena tak ingin milik temannya hilang, barang itu disimpan ke dalam tasnya. Berhari-hari. Sampai berganti tahun pun tak kembali. Hebatnya lagi anakku mampu menyulap kertas dengan mainan baru.

Sungguh sopannya anakku. Perkataan pertamanya bahkan dapat membuat orang-orang berdatangan hanya karena ingin segera membuka kedai jokbal dan soondae.

Sungguh wanginya anakku. Mandi pagi setiap hari... Minggu.

(Terinspirasi dari kisah orang-orang yang selalu membanggakan anaknya yang salah)

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun