Mohon tunggu...
astri diani
astri diani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Biokimia IPB University

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tantangan Keluarga dalam Menghadapi Transformasi Digital di Bidang Jasa Keuangan

24 Mei 2022   08:29 Diperbarui: 24 Mei 2022   08:38 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Digitalisasi Keuangan. Sumber: medcom.id

Kemunculan layanan internet banking dan dompet digital (e-wallet) merupakan bukti adanya transformasi digital. Transformasi digital yang diiringi pandemi berimplikasi pada ketersediaan dan pengelolaan sumber daya keluarga sehingga menimbulkan ketidakstabilan pada sebagian besar keluarga. 

Menurut Apriyanti dan Ramli (2020), tanpa pengetahuan perencanaan keuangan yang baik, maka ekonomi keluarga menjadi tidak teratur sehingga kesejahteraan dalam kehidupan keluarga tidak dapat tercapai. Oleh karena itu, diperlukan solusi dalam menangani masalah perencanaan keuangan keluarga di masa seperti ini. 

Era digital atau digitalisasi membawa banyak perubahan di kehidupan sosial. Pada era digital seperti ini, manusia lebih dimudahkan dalam hal transaksi. 

Internet banking dan dompet digital (e-wallet) dapat memberikan keuntungan  bagi nasabah maupun perusahaan, internet banking memudahkan pelayanan  perbankan  yang cepat, aman, nyaman, murah,  dan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan seperti perluasan usaha dan kesetiaan pelanggan. Melalui internet banking nasabah dapat mengakses bank yang mereka gunakan kapan saja dan dimanapun selama terhubung dengan internet. 

Namun, internet banking dan dompet digital (e-wallet) yang memberikan kemudahan bertransaksi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap setiap individu. 

Hal ini juga dapat memiliki imbas terhadap ketersediaan dan kesejahteraan ekonomi keluarga. Salah satunya adalah perilaku compulsive buying. Perilaku compulsive buying ini merupakan perilaku berbelanja yang tak terkendali bahkan membuat individu mengalami kesusahan untuk menolak membeli barang yang tidak diperlukan. 

Perilaku ini dapat menyebabkan masalah bagi keluarga seperti perencanaan ekonomi yang tidak baik, maupun pengeluaran uang yang tidak terkontrol. Compulsive buying sendiri dapat diatasi dengan berbagai cara seperti mencatat pengeluaran, berbelanja menggunakan uang tunai daripada kartu kredit/kartu debit. 

Hal ini menyebabkan penggunaan kartu tunai dapat menghentikan kita dari pengeluaran ekstra karena uang tunai berbentuk nyata dan akan membuat kita berpikir dua kali dibanding kartu debit dan kredit, membatasi hasrat keinginan berbelanja karena sering kali kita membeli sesuatu dengan dikuasai oleh emosi.

Transformasi digital menyebabkan perubahan model bisnis keuangan, seperti munculnya layanan transaksi non-tunai. Layanan ini dapat menyebabkan pengeluaran konsumsi keluarga juga semakin meningkat, terutama di kondisi pandemi seperti sekarang ini. 

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah perilaku konsumtif, yaitu membatasi pengeluaran keluarga dengan melakukan pengelolaan keuangan secara rutin dan meningkatkan kualitas komunikasi keluarga.

Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun