Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Tejo, Supir Bajaj yang Humoris

6 Desember 2018   10:03 Diperbarui: 6 Desember 2018   10:11 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siang ini cukup cerah sebelum hujan datang, mengingat memang sedang musim hujan. Setelah menjalani aktifitas dari panggi hingga siang di kampus, saya bersama dengan teman saya pergi ke daerah Tebet, Jakarta Selatan, dengan niat ingin menyantap makan siang karena saat itu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Melihat masih banyak transportasi umum yang menunggu penumpang dengan menawarkan diri secara langsung seperti ojek pangkalan maupun bajaj.

Seperti yang kita tahu, seiring berjalannya jaman, teknologi pun juga semakin canggih. Semakin banyak transportasi umum daring (online) yang hampir menghilangkan transportasi umum biasanya. Di daerah Tebet, Jakarta Selatan, masih banyak transportasi umum bajaj dan tidak sedikit pula yang menaikinya. Hal tersebut menjadi salah satu ancaman bagi para supir transportasi umum seperti bajaj.

Tejo, begitu biasa ia dipanggil oleh rekan-rekannya. Tejo adalah salah satu supir bajaj ibu kota. Ia menjalani pekerjaanya sebagai supir bajaj kurang lebih sudah 4 tahun lamanya. Pria asal Pati, Jawa Tengah ini, mencari nafkah di ibu kota jauh dari keluarganya yang ia tinggalkan. Setiap harinya, Tejo berangkat pukul 6 pagi dan pulang biasanya pukul 9 malam. Ia meniggalkan ibu dan ayahnya di kampung demi mencari nafkah di Jakarta. Oleh karena itu, ia menjalani pekerjaannya ini dengan penuh segenap hati.

"Umur saya masih 24 tahun, Mbak, masih muda, hehehe," ujarnya ketika saya tanya mengenai usianya dan saat menunggu gilirannya mendapat penumpang yang saat itu ia dan bajaj-nya berada di urutan ketiga.

Menjadi anak semata wayang kedua orang tuanya, pastinya menjadi tanggung jawab besar bagi Tejo untuk tetap menafkahi kedua orang tuanya. Dengan keterbatasan jarak dengan kedua orang tuanya, ia tidak patah semangat dalam menjalani aktifitasnya.

"Jujur, Mbak, selama ada ojek online saya jadi lumayan rugi. Pendapatan saya jadi berkurang. Kalau sudah berkurang kan pasti jadi kepikiranorang tua," curhatnya.

Tetapi, Tejo tidak mau beralih pekerjaan selain menjadi supir bajaj, "Saya menjalani ya seadanya aja, Mbak." Katanya. Berkurangnya pendapatan ia sebagai supir bajaj tidak mematahkan semangatnya sama sekali. Ia merasa banyak orang yang mendukungnya sampai saat ini. Ia mensyukuri apa pun yang terjadi di hidupnya.

Namun, ternyata Tejo memiliki hobi untuk mengusir kebosanannya menunggu penumpang yang menghampirinya. Tejo memiliki hobi membuat karya melalui anyaman kayu.

"Daripada bosan, mending saya buat kayak gini , Mbak, lumayan jadi koleksi. Kali aja ada yang mau beli, hahaha," ujarnya sambil tertawa.

Tejo adalah seseorang yang humoris dan senang membuat rekan-rekannya bahkan penumpangnya tertawa. Tejo bukanlah seseorang yang suka memaksa penumpang bahkan sampai penumpang tersebut dapat merasakan tidak nyaman. Ia lebih suka menawarkan jasanya dengan keadaan tidak memaksa, karena ia percaya bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun