Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan Kasihanilah Kami.....

16 Mei 2012   06:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:13 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beberapa kali disamping isteri nonton sinetron, dapat adegan orang sakit, didampingi ayah, ibu, atau kekasih dari peran utama. Lalu apa berikutnya, si sakit kritis, peran utama berdoa, lalu yang sakit, mengatasi saat kritisnya dengan baik. Itu berulang kali, ada pendoa dan adegan serupa itu di RCTI, SCTV, Indosiar, dan siapa tahu yang lain. Doa menjadi adegan synetron. Doa seorang Muslimah, atau yang lain. Itu jelas karena busananya. Lalu nampak doa dengan mulut tak terucapkan, setelah itu baru doa yang diucapkan, mungkin untuk kepentingan kejelasan jalannya cerita. Demikian itu pendoa berdoa untuk suatu maksud / harapan / permohonan, apa dan siapa.

Penonton tentu tidak menutup mata seringkali ada adegan seorang olahragawan, bulutangkis, tinju, pelari, dll, yang sebelum memulai bertanding, atau setelah merebut kemenangan berdoa. Itu nampak entah dengan bersujut, entah dengan perilaku lain seperti memejamkan mata, atau menggerakkan tangan cara tertentu.

Banyak adegan berdoa dimuka umum di masyarakat kita. Yang jelas-jelas merupakan adegan berdoa, seperti Azan yang menyebut Nama Allah, takbiran, prosesi didepan candi Borobudur, Upacara dikuil-kuil di Bali. Adegan doa. “BERDOA”.

Siapa tidak merasakan suasana yang penuh harapan dan doa dilontarkan pada peristiwa pernikahan, dari petugas pernikahan, dan semua yang hadir mendoakan kebahagiaan dan kelestarian keluarga baru. Belum lama ini RCTI dan yang lain menayangkan berulang kali perstiwa pernikahan Anang Ashanti.

Doa dan berdoa adalah adegan yang mungkin dilakukan dimuka umum dan disaksikan oleh siapa saja dan beragama apa saja. Bahkan pada event event tertentu ada doa bersama antar umat berbeda agama. Itu terjadi: entah ada yang tidak setuju, entah sementara cuek saja, tetapi beberapa kali ada kejadian itu. Misalnya dibeberapa tempat di malam 17 Agustus, lalu di dusun saya saat hari ulang tahun Gereja ada doa dan kenduri dipimpin oleh 5 pimpinan umat beragama dan aliran kepercayaan.

Fenomena Kemanusiaan

Doa dan berdoa adalah fenomena kemanusiaan. Diantara mereka – para pendoa itu – ada pengertian bersama bahwa berdoa adalah “Komunikasi manusia dan Tuhannya, Dengan Nama Yang Mana pun, Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta.” Komunikasi itu dimaksudkan, disadari dan dikehendaki. Komunikasi itu antara manusia dengan bahasa atau pratanda-pratanda manusiawi ditujukan kepada Tuhan Dhat Yang Maha Rohani.

Doa itu dapat dilakukan secara verbal, atau dengan perilaku, atau secara batin. Doa dapat dilakukan oleh pribadi, dapat dilakukan oleh kelompok bersama. Komunitas Besar Pendoa dengan cara dan maksud masing masing, sebut saja Komunitas Agama, telah memiliki sejarah mungkin seumur manusia di bumi ini. Itu sungguh layak menjadi sasaran penelitian ilmiah, disamping untuk yang bersangkutan menjadi arah pedoman hidup. Sungguh itu fenomena kemanusiaan.

Mengapa berdoa?

Dengan adanya doa bersama, disamping doa itu komunikasi dengan Tuhan, maka ada dasar kuat bahwa doa itu harus dan memang masuk akal manakala didasarkan pada kesadaran adanya “kewajiban”. Dan banyak tanda-tanda bahwa pada umumnya para pendoa itu didorong oleh kesadaran adanya rasa kewajiban untuk berdoa misalnya dari perintah agama.

Akan tetapi ada pula fenomena-fenomena adanya pendoa karena kesadaran adanya “kebutuhan”. Apabila rasa kewajiban itu seperti atas dasar perintah dari luar pribadi seseorang, maka kebutuhan lebih menunjuk pada desakan dari dalam diri orang. Kendati desakan itu sebenarnya juga didasarkan pada suatu kebutuhan lahiriah.

Kiranya dari sedemikian banyak nama tokoh bersejarah dari semua agama yang dikenal disini sebagai tokoh pendoa, maka tidak dapat disangkal adanya pendoa-pendoa yang memang gemar, suka, sangat sering atau selalu terdorong untuk berdoa. Pengertian “takwa”, ketakwaan, kiranya kalau bukan synonym ya analog dengan rasa ketertarikan, keterpanggilan orang oleh Tuhan yang Maha Rahim dan Maha Mencintai. Manusia dibuat tertarik, terdorong untuk bertemu dialog, berdoa. Berdoa karena “Cinta”. Cinta kepada Tuhan sekaligua Takut kepada Tuhan Yang Maha Suci.

Pebelajaran :

a.Fenomena atau realita yang nyata ini sungguh suatu hal yang harus dapat disentuh oleh akal budi orang yang beriman maupun yang tidak beriman. Artinya kita layak beropini filosofis terhadap fenomena doa yang diperbuat oleh orang berimana apapun.

b.Pertanyaanya berikutnya lalu: apa ada manfaat dari doa seperti digambarkan diadegan synetron itu, atau itu (kesembuhan orang sakit karena didoakan) hanya sebuah fiksi saja.?

c.Apa bedanya Negara komunis dengan NegaraBer-ketuhanan / ber-agama, yang warganya pada berdoa kepada Tuhan mereka,dipandang secara factual ?

Akan dicoba kupas pada pembahasan berikutnya : Fenomena kemanusiaan : Tindak Kekerasan dan Doa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun