Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pertanyaan

27 Februari 2016   10:52 Diperbarui: 27 Februari 2016   11:32 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengenai Tuhan Sumber segalanya dikatakan : In principium erat Verbum, Pada awalnya terjadilah Sabda.Tuhan beraktivitas dengan bersabda. Dan semua men-jadi ada, Penciptaan, Perwahyuan, Penyelenggaraan, Kasih dst.

Bagi manusia, belajar dari dunia ilmu, awalnya ilmu filsafat, dengan bertanya : Apa, Mengapa ? Ilmu berkembang sampai pada pertanyaan bagaimana, kapan, berapa banyak, caranya, buahnya, dampaknya. Dari pemikiran hingga perilaku bertanya dan bertanya, dan dibutuhkan Term Of Reference(TOR) atau Kerangka Acuan Kerja.(KAK). Yaitu : Pedoman tertulis untuk melaksanakan kerja dari awal hingga akhir agar sampai tujuan terhindar dari pelbagai singgungan yang tidak perlu atau bahkan hambatan2 kerja. Pengguna pada dasarnya semua orang lebih-2 lembaga dan kelompok kerja, yang punya struktur atau hirarki kerja. (Bandingkan : Pengguna / Membuat Tor, https://www.torproject.org/about/torusers. html.en ) Itulah budaya kita, secara individualpun hidup mulai dengan bertanya.

Bicara tentang “Pertanyaan,dan Jawaban,” sungguh banyak pertanyaan, dan banyak jawaban sebanyak orangnya yang menjawab. Mengapa ? Sebab banyaknya kepentingan untuk apa bertanya.. Pertanyaan sepertinya sudah mengandung jawaban.
Marilah kita melihat saja pelbagai ‘Pertanyan’, dan nanti pelbagai ‘Jawaban’.
Jenis pertanyaan menurut kata depannya :
a. What, Apa Hakekatnya, Apanya, seperti apa, cirinya ?
b. Why, Apa Sebabnya , Mengapa terjadi ?
c. Where, Tempat, Dimana, kemana, sampai mana posisinya ?
d. When, Waktu , kapan bilamana ada, terjadi?.
e. How, Bagaimana cara / modus , prosesnya?
f. How (…many times….long, … frekwensi/ berapa kali / berapa lama)

Lebih terrasa apabila pertanyaan itu diajukan secara lisan, dan lebih lagi dengan bahasa ibunya, akan tertangkap oleh lawan bicaranya suatu Warna nada gaya pertanyaan. Dalam pertayaan tertulis perlu pemahaman tentang konteks pertanyaan itu. Dari sana kita bisa paham pelbagai makna pertanyaan agar jita dapat memberl respon yang sesuai harapan penanya. Sebut saja beberapa gaya ini :

a. Informatoris, pertayaan yang minta keterangan, keterangan tambahan kejelasan. Dalam saresehan seringkali moderator memberi kesempatan terlebih dahulu pertanyaan informatoris sebelum suatu sanggahan.
b. Rhetoris, (rhetorica = pidato) adalan pertanyaan untuk gaya pidato, tidak minta dijawab, atau pertanyaan yang bertujuan menggugah ingatan, menggugah semangat berkenaan, terkait dengan konteks pidato.
c. Reflektif, pertanyaan refektif hampir serupa dengan b. pertanyaan rhetoric, tidak minta dijawab, tetapi minta direnungkan. Maka kendati tidak harus tetapi biasanya ada pada akhir uraian.
d. Konfirmatif, pertanyaan yang minta penegasan, entah tentang keterangan lebih jauh, entah mengenai kesimpulan dan/atau reaksi/tanggapan responden/audien
e. Apriori, pertanyaan apriori mengandung dugaan yang belum terbukti, justru memancing bukti/pengakuan. Pertanyaan interogatip diajukan oleh penyelidik..
f. Humoristis, pertanyaan yang bertujuan memberi kesan lucu, humor, untuk mencairkan suasana. Bisa dan bisa tidak dijawab.
g. Sinisme, Pertanyaan ejekan.
h. Perintah, undangan, ajakan. Bisa pula perintah himbauan ajakan diberikan dalam bentuk pertanyaan.
i. Kadang kala memang kalimat berita di ubah menjadi kalimat bertanya, dengan pertanyaan itu ada pemberitaan.

Selanjutnya Jawaban diharapkan oleh pengaju Pertanyaan. Tetapi respon bisa berupa Jawaban, atau bukan jawaban, alias tidak menjawab. Dengan kata lain, ada jawaban tegas, jawaban berbelit belit, samar, atau bisa kembali berupa pertanyaan. Dalam dialog terbuka dapat ada basa basi, pujian terhadap nilai atau ketepatan pertanyaan atau barangkali justru penolakan halus, atau penundaan jawaban dengan koreksi terhadap pertanyaan yang diajukan secara kurang tepat, salah alamat, kurang jelas maksudnya. Demikian kita telah menyebutkan korelasi atara pertanyaan dan jawaban yang menyiratkan kepentingan atau “kehormatan” masing masing pihak.
Di Kompasiana pernah ada pembahasan tentang Pertanyaan sebagai Judul artikel. Atau Judul artikel berupa Pertanyaan. Tentu tidak akan diulang disisi. Tetapi sekedar menunjukkan sebagai contoh, seperti ini “
a. Apa sih itu speaker? 
b. Bisakah membeli sianida di pasar bebas?
c. LGBT Gaya Hidup?
d. Susah Menolong orang lain?
e. Ambang Kematian Manusia? 

Dari judul artikel tersebut diatas, kebanyakan adalah pertanyaan retoris yang jawabannya memang adalah isi dari artikelnya : a. dan e berupa paparan data dan fenomena. Sementara b,c,d serupa saja pertanyaan retorika yang jawabannya berupa opini dalam artikel.

Pembelajaran : Dalam kehidupan manusia pertanyaan awal yang sangat penting adalah kemana tujuan hidup ini ? Didalam kurun-kurun waktu dekat : Apa target target kita ? Pada saat-saat berproses kita gunakan “KAK”/”TOR” yang pada hakekatnya adalah pertanyaan dan jawaban. Pada saat kita membuat evaluasi pertanyaan berupa data dan fakta capaian target, hambatan atau geeskan dan singgungan dalam berproses.
Pertanyaan itu timbul karena keterbatasan manusia.
Pertanyaan itu upaya mengatasi keterbatasan, usaha untuk menunjukkan kehadiran, ‘keberadaan’ (eksistensi), kemegahan, ‘menutup’ mengisi keterbatasan itu. Dengan mendapatkan jawaban.
Tetapi keterbatasan tetap saja keterbatasan, yang tidak selalu dipuasi dengan jawaban. Harus terjadi penantian penuh harapan, bukan kekecewaan semata.
Akal budi perlu bantuan dari Iman. Itu saja.

Salamku hormatku,
Ganjuran, 26 Februari 2016
Emmanuel Astokodatu

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun