Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pa? Ma?

7 Mei 2016   23:16 Diperbarui: 7 Mei 2016   23:29 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mulut mungil itu memang terbuka. Tetapi suara Pa ?  Ma ? . itu hanya kudengar dihatiku saja. Mulut siapa ? Mulut anak-anak yatim piatu. Atau mereka yang diserahkan di Panti Asuan oleh ortu mereka lantaran banyak masalah.

Jumat kemarin kami sekeluarga berkunjung ke Panti Asuhan Abhimata, Jl.Mertilang IV Blok KA 2 no.31-37 Bintaro Jaya Sektor 9 Tangerang. Ternyata disusul satu dua keluarga pemerhati juga.

Ibu Dra Nanik Purwoko, pendiri dan ketua Yayasan menulis puisi menyentuh hati menjadi penyambung lidah tangis hati ibu-ibu yang anak mereka diserahkan disana:

“Anakku, Tiada satupun lelaki – mengaku ayahmu. -  Anakku, Sembilan bulan, engkau dalam rahimku. – Namun, Aku tak mampu -  menyusuimu.  -  Bahkan, kemiskinan dan ketidak berdayaanku  -  terpaksa menelantarkanmu. -  Anakku, Bukan maksudku membuang kamu, -  kepapaanku yang memisahkan kamu dariku. – Anakku, dengan selembar kain kumal, - kuserahkan kamu – kepada ibu-ibu -  yang mengasihi kamu – pengganti ibumu. -  Anakku, - kamu lahir ke dunia tanpa dosa, -  tapi justru dosaku yang kamu sangga, -  Anakku, - Aku tahu kamu merana, -  hatimu luka. – Maafkan aku anakku ! ………..(C.Nanik Purwoko) tertulis di leaflet Panti Asuhan ..

Dengan tiga frase diatas saya ingin mengedepankan :  anak – keluarga – panti. Itu semua dalam fokus permasalahan secara utuh :  relasi, komunikasi sambung rasa, dan  keterbatasan.

Dari rumah kami sudah dipenuhi dengan keprihatinan melihat anak-anak kost yang sebagian disingkirkan oleh ortu yang sibuk. Sebagian dari meraka juga dari keluarga pecah, dan sebagian pula anak bengal yang membanggakan uang dari ortunya hidup tidak teratur, menyia-nyiakan perjuangan ortu yang kurang mampu.

Dari pengalaman itu kami ajak anak kecil keluarga kami untuk menyambangi dan bertemu dengan anak-anak panti asuhan yang bagus berdasarkan info teman-teman dekat. Kami berspekulasi bahwa dengan kunjungan itu anak kami memahami ada begitu banyak teman sebaya yang tidak bernasib sebaik anak kami.

Panti asuhan Abhimata Mitrasamaya, yang dirikan 12 Maret 1998, memberi tempat berlindung saat ini bagi 98 orang anak tanpa membedakan sara dengan fasilitas dan penanganan sesuai umur dan kebutuhan mereka. Banyak tamu berkunjung menjadi saksi kesungguhan tanggung jawab itu. Panti tidak menyerahkan kepada pihak lain karena tanggung jawab diterima dari Penyelenggaraan Illahi yang membawa anak2 itu kepangkuan panti.

Ada sekurang-kurangnya lima kategori dan contoh kasus anak-anak disana :

  • Ada yang ditemukan dipinggir jalan dalam kondisi lemah, bersama ibunya yang kelaparan. Setelah dirawat sehat kembali, si ibu dapat pekerjaan sebagai pelayan toko, sedangkan anaknya tetap diserahkan kepada Panti.
  • Ada bayi yang diserahkan dari hasil pertolongan seorang dukun, dan dalam kondisi yang jauh dari sehat, terluka dan terinfeksi. Panti menerimanya dan merawatnya hingga tumbuh sehat dan normal, serta tetap ditinggalkan di panti.
  • Ada bayi hasil hubungan cinta yang tidak direstui oleh ortu pasangan muda. Hubungan cinta terputus tetapi terlanjur terlahir bayi tanpa dosa. Panti diserahi dan menerima demi kemanusiaan.
  • Ada bayi yang ditinggal ibu dan ayah sepasang buruh kecil, dan Panti hanya diberi kabar untuk mengambil bayi itu dari rumah bersalin dan harus membayar beaya persalinan. Demikian model titip paksa yang membuat Panti tak bisa menyerahkan kepada pihak lain yang ingin adopsi anak.
  • Masih banyak lagi kasus keterbatasan kondisi para pelahir bayi dan ayah yang melepas tanggung jawab dengan sadar dan beberapa jenis keterpaksaan.
  • Dari banyak kasus yang paling menyedihkan adalah bayi hasil gagalnya niat tindak pengguguran. Kebanyakan dari mereka menyandang cacat fisik atau mental.

Penulis menjadi salah satu saksi dari adanya kebutuhan solusi atas demikian banyak  jenis keterbatasan dan keterpaksaan dari anak bangsa, dari keluarga dan ayah bunda, dari situasi dan kondisi nyata. Dan Panti Asuhan dibanyak tempat serta lembaga sosial yang peduli dan terbuka, seperti Panti Asuhan Abhimata tersebut diatas.

Keterbatasan banyak keluarga di negeri ini menjadi sasaran karya sosial keluarga yang mampu, pemerintah maupun lembaga sosial swasta serta perorangan. Sangat diharapkan perhatian, bantuan, dan bahkan kunjungan keluarga ke Panti dimanapun juga.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun