Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Marah, Benci dan Stress

16 April 2011   07:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:45 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang ini situasi dan kondisi luas membuat mudahnya orang, kelompok, masa bahkan bangsa menjadi marah, benci dan stress. Tidak suka ya ? Mulai saja dengan melihat diri sendiri dan mempelajarinya. Mempelajari diri sendiri., tidak perlu menunggu menjadi sarjana psikologi. Apalagi perlu belajar berargumentasi gaya PARA ANGGOTA DPRRI Yth., tidak perlu.

Marah itu perasaan aktip, dinamik tetapi negatip terhadap orang lain. Kemarahan dapat agresip kearah perbaikan atau usaha kearah penyesuaian tentang apa yang belum sesuai yang membuat marah. Tetapi bisa jadi marah itu pasip, tidak komunikatip, dan menjadi pembiaran saja terhadap sebab sumber kemarahan. Itu berarti pemeliharaan rasa marah. Marah yang menetap menghasilkan rasa benci.

Benci itu sikap tidak suka dan menolak apa atau siapa yang dibenci. Benci biasanya mengurangi bahkan mungkin manghentikan komunikasi dirinya dengan yang dibenci. Penolakan dan pengurangan komunikasi tidak terlalu merugikan diri sendiri bisa ada pengganti yang mengisi kekosongan komunikasi. Kurangnya komunikasi dengan pihak luar, cenderung membuat orang berdialog dengan dirinya sendiri. Itupun kalau tidak tersesat salah langkah. Orang ini bisa kemudian menyalahkan diri sendiri. Sebab itu Benci yang mengendap dan berbalik kepada diri sendiri menjadikan Stress.

Stress adalah rasa tertekan, dan kekacauan managemen mental mengarah kepada kekacauan badani. Rasa tertekan, campur aduk dengan rasa marah, rasa takut, lalu menyalahkan diri sendiri, menutup diri, menyendiri dan menutup komunikasi. Semua itu dapat membuat pusing kepala, sesak dada, mual perut, lemas kaki dan tangan, berdiri bulu roma badan, keringat dingin, gatal-gatal dsb..

Mengapa semua itu bisa terjadi ????????????
1. Orang marah sebabnya, mendengar, melihat, menerima pesan dari tentang orang lain, yang tidak sesuai dengan mau kita. Karena hasil komunikasi berupa: salah tangkap, salah lihat, salah paham. Atau karena kurang komunikasi.

2. Orang benci, lalu tidak mau berkomunikasi. Jadi semakin benci. Atau putusnya silaturahmi.

3. Orang stress memang ada masalah dengan komunikasi diri dan atau korban hilangnya komunikasi.

4. Pengaruh pada badan itu disebut gajala psikosomatis, yaitu dikarenakan memang manusia terjadi dari jiwa dan badan yang tentu memiliki hubungan alami. Hal itu dapat dipahami bila jiwa, semangat dan pikiran kita dibina melaui latihan-latihan yang menyertakan kegiatan badani.

Komunikasi menjadi sebab, pemicu, pemelihara, pendamping kemarahan kebencian dan rasa stress. Maka sebenarnya perbaikan komunikasi harus menjadi obat, penyembuh dan pendamping baik untuk seterusnya untuk perasaan-perasaan tersebut dimuka.

Bagi yang marah, periksa dulu, informasi atau kesan pesan yang diterima itu beres atau tidak. Ada kan check recheck. Lanjutkan adanya dialog untuk mencari kesesuaian pendapat, pemahaman, dan tawar menawar bila ada selisih "harga" dan "beda pendapat". Musyawarah untuk mufakat bila tidak berhasil mungkin memerlukan orang ketiga yang bisa membantu. Atau "baca" kembali "peraturan atau pedoman bersama" yang sudah disepakati. Tentu harus dengan kepala dingin.

Bagi yang benci. Sadari dulu kebencian itu induknya dosa, yang dibenci Tuhan. Dari kebencian kita akan mudah kepada dosa: penganiayaan, pembunuhan, perusakan atas milik orang lain, dst. Maka membuka hati dengan komunikasi akan membantu pendekatan. Bila belum bisa dari hati kehati mulailah dengan dialog kerja, yaitu bersama lebih banyak orang membuka peluang kerja bersama dengan orang yang dibenci. Melalui kebersamaan ada saling pemahaman dan mendekatkan jarak hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun