Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hati-hati Kematangan Sejalur dengan Kebusukan

28 April 2015   11:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:36 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibarat buah kemasukan telur lalat buah, diperam, bukan segera masak ranum, namun busuk sia-sia saja. Begitu pula apapun harapan kita untuk sebuah kematangan waspadai saja jangan-jangan hanya memperoleh kebusukan oleh ulah unsur pembusuk yang sudah ada di dalamnya.

Padahal banyak kematangan yang kita harapkan yang lebih penting, berharga, mulia, seperti kematangan kedewasaan anak, kematangan prestasi usaha, bahkan kematangan kepribadian kita sendiri, sebagai sosok penulis, artis, seniman, atau profesi lainnya. Tentu boleh dibayangkan sebentuk sosok, pakar, tokoh, eksponen yang dewasa, mahir dan matang.

Kematangan adalah tahap optimal dari proses pertumbuhan alami. Mengapa demikian? Sebab didalam setiap kehidupan ada disana : energy dinamis atau dinamika energik. Dan itu merupakan keniscayaan dan dalam bingkai waktu dan tempat. Dan karena itu pula kita dapat melihat adanya Perubahan.

Perubahan yang membawa kepada kedewasaan seorang anak sudah sangat banyak dibahas, dikemukakan oleh Akhli Psikologi Perkembangan. Tetapi saya ada pengalaman sedikit bisa dibagikan ini : pada umur tiga puluhan, kami mengikuti palatihan kepemimpinan. Lima tahun sesudahnya ada lagi kesempatan mengikuti seminar pengembangan organisasi. Sangat kebetulan diforum itu ada tiga teman yang sama bertemu kembali dan seorang pelatih lima tahun yang lalu ada juga hadir. Senior kami ini mengajak berbincang banyak dengan kami para yunior. Pada akhir pergumulan kami dalam forum itu Senior itu berkata kepada kami bertiga yang tak pernah kulupakan : Kalian bertiga sudah semakin matang.

Apa arti dari pernyataan itu ? Senior mengamati yunior-yunior yang pernah di bina, dilepas beraktivitas, ditemui kembali, diwawancarai, diminta pendapat, diajak diskusi, akhirnya dinilai. Ada subyek pengamatan, ada proses, ada indicator-indikator yang di nilai, dipertimbangkan capaiannya, ada waktu sekitar 5 tahun, ada factor pendukung, upaya pelatihan dan uji coba, dan pasti ada penghambat. Akhirnya ada kesimpulan : “Kalian sudah semakin matang”.

Adalah suatu ilustrasi yang sangat jelas apabila kita mau membuang waktu menyaksikan acara Indosiar, Academia, dan RCTI, X Factor, dimana penyanyi dengan cara-cara itu memperoleh pelatihan, arahan, penilaian bertahap sampai diperoleh seorang yang dianggap paling berhasil, dan betul “diakui public” sebagai penyanyi yang mahir, mantab dan unik sebagai penyanyi dirinya sendiri. Itulah satu bentuk kematangan professional penyanyi. Menarik pula para yuri disana menuntut para penyanyi itu mahir tetapi memiliki keistimewaan dan cirri dirinya sendiri bukan “photocopy”, klise, atau tiruan penyanyi lain. Dituntut tidak kehilangan jati dirinya sendiri.

Demikianpun untuk para penulis, tentu ada criteria tertentu dimana layak penulis itu disebut matang. Saya belum sekaliber HB Yasin, tetapi setiap kita tentu bisa menjadi kritikus sastra buat dirinya sendiri. Kiranya tidak dilupakan kematangan itu bukan buah dari setahun dua tahun. Dan mungkin diperlukan “perumusan visi-misi” wawasan hidup sebagai penulis. Bahwa seorang penulis dengan semangat tinggi dari menjadi kolumnis meningkat menjadi penulis buku dalam waktu singkat, itu tidak mustahil. Tetapi langsung saya katakan bahwa ukuran kematangan bagi dia itu mestinya belum optimal dalam waktu singkat saja. Tentunya nanti dalam waktu sekian lama lagi baru penulis itu mencapai optimalisasi dengan pengalaman dan prestasi. Kematangan adalah tahap optimal dalam proses pertumbuhan dibuktikan oleh waktu.

Saya tidak ingin menulis dan membayangkan adanya penghambat dan factor x yang berpengaruh jelek sehingga orang mengarah kepada pembusukan.Saya hanya ingin mengatakan hati-hati terhadap kemalasan berupaya, kesombongan sia-sia dan narsis yang tidak sehat. Ini yang dibawa lalat buah kepribadian , padahal demikian banyaknya penyanyi, artis, penulis, novelis, kolumnis dan untuk sebanyak itu pula mana mungkin saya menulisnya tentang kematangan mereka itu. Jadi ………

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun