Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gaya Hidup, Polamakan, Polagerak, Pola Pikir

16 Oktober 2015   08:36 Diperbarui: 16 Oktober 2015   08:38 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini saya ikut menyebut : “Hari Pangan Sedunia”. Dirayakan setiap tg 16 Oktober.
Tempoh hari Pemerintahpun memperingati, merayakan Hari Pangan Sedunia (HPS) dengan pelbagai acara baik upacara maupun kegiatan, seperti peresmian sarana prasarana pertanian. Sekarang inipun didesa saya menjadi ajang pertemuan nasional (Pernas) petani nelayan dan lembaga swasta peminat pegiat bidang pangan dan atau social ekonomi atas prakarsa Gereja dalam rangka merayakan HPS. Kemarin penulis sudah ikut datang diundang sebagai salah satu pembicara. Sebab 25 th yang lalu penulis sebagai ketua panitia HPS th.1990, yang melahirkan Deklarasi Ganjuran yang menjadi dasar dari Gerakan Petani Nelayan Lestari Hari Pangan Sedunia. (lihat: https://manueldatu.wordpress.com/2015/10/14/impian-25-tahun-yl/)

Hari ini, sementara HPS di rayakan, saya dirumah bersama isteri berdiskusi sendiri tentang kesehatan dan pola hidup kami.
Isteri bertanya atau “mengeluh”: “Tadi malam saya gak bisa tidur, setiap jam mau kencing, gak beres dengan kandung kemin saya…..”
Saya memberi komentar : “Kau capai sehingga metabolism tubuhmu terganggu. Coba cari perempuan mahir pijat yang bisa membuat kau rileks.

Jangan tergesa-gesa selalu mau cari obat”. Anda perlu tahu isteri saya adalah seorang tenaga paramedis (bidan) yang tentu orientasinya kearah “obat/dokter” dan semacam itu. Saya sangat maklum bila melihat demikian banyaknya kegiatan yang diikuti. Dan apabila kebetulan kelompok/komunitas itu ada kegiatan bisa saja dia sangat sibuk. Maunya semua ditaati diikuti dengan tertib. Ada kegiatan kelompok dusun (RT, Dasawisma lama), lalu Senam Lansia, Koor Lansia, kelompok tabungan bernama Tacita, kegiatan sebagai relawan paramedis paroki, kegiatan komunitas gereja dusun, belum lagi dia sangat peduli kepada kebutuhan rumah dengan beberapa anak titipan. Kegiatan yang aneka itu telah diimbangi dengan istirahat yang saya kira cukup. Bahkan sering saya berpikir dia terlalu banyak tidur.

Pada hari ini, Hari Pangan Sedunia, sayapun telah mengingatkan kepada semua penghuni rumah untuk punya rasa setia kawan kepada para penderita kurang pangan, kurang gizi, ada delapan ratus juta di dunia kurang makan, ada empat ratus juta itu anak-anak kuran gizi, banyak orang menderita kurang pangan/gizi karena peperangan dan harus menempuh perjalanan jauh untuk mengungsi, pasti mereka tidak cukup makan.

Karenanya kita disini harus bersyukur. Kita masih bisa makan cukup, cukup gizi, pada waktunya, tanpa banyak kesulitan sudah tersedia. Kita harus merasa solider dengan mereka yang menderita, dengan menahan diri, bila sekali waktu tidak selera dengan makanan yang terhidangkan, dan hargai serta doakan semua orang yang telah membantu tersedianya makanan kita. Mereka itu: petani padi, sayuran, mereka itu yang mengangkut, membawa, mengolah, dan menyediakan apa yang kita makan.

Ada pesan nenek moyang: Jangan sisakan dan tinggalkan sebutir nasi pun tidak sampai kemulutmu, menghargai tenaga ayah ibumu yang mencangkul sawah menebar bibit memanen dan menanak nasi itu.  Dengan merenungkan nasehat itu berarti kita harus berfikir, merenung dan membuahkan pemikiran serta cara berfikir yang mengarah kepada kegiatan dan kehidupan.

Gaya hidup kita sehat bila kita cukup makan, dan “What You Eat. What You Are”. Apa yang kita makan membuahkan macam apa kita.
Gaya hidup kita sehat bila kita cukup istirahat. Perlu ada keseimbangan antara gerak dan istirahat. Maka orang perlu olah raga, istirahat, dan melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi tubuh kita. Yang anak-anak, perlu cukup berlatih melaui permainan, yang remaja, sampai yang lansia harus ada takaran gerak yang sepadan.
Gaya hidup kita sehat bila kita juga berfikir sehat.

Otak kita jangan dimanjakan dan tidak diasah terus, sebab bisa orang menjadi semakin bodoh dan malas. Sebaliknya otak dan daya piker harus digunakan terus dan itu mengarahkan kehidupan yang wajar, penuh kedamaian, bukan kemarahan dan kehebohan. Penggunaan daya piker sehat, yang selaras sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang tertata, menghidarkan kita dari nafsu yang bisa melanggar kepatutan hidup. Hidup akan semakin cerdas dan sehat.

Pola Gerak, Pola Makan, harus didukung oleh Pola Pikir yang selaras seimbang untuk menuju Gaya hidup yang sehat seimbang mampu menyongsong segala tantangan kehidupan.
Catatan :
Sementara saya masih mengajak berfikir tentang Gaya hidup Sehat, dengan Pola Makan sehat, Pola Gerak Sehat, dan Pola Pikir Sehat, seputar isteri keluarga sendiri…
Sementara Kompasiana masih berkutat kutik diseputar GT dan PK……
HPS berserukan Pola Pikir :
1. Barang siapa menguasai bibit menguasai kehidupan……
2. Sebab itu : Jangan berhenti pada “Ketahanan Pangan” tetapi majulah berfikir tentang “Kedaulatan Pangan”.
3. Peliharalah Lingkungan Hidup dan Bumi dimana kita hidup dan dari mana kita mendapat hidup.
4. Marilah kita berfikir dini dengan Green Youth Education, bahkan memperhatikan Youth partnership and ownership dalam keluarga dan lembaga pendidikan.
5. Kita yang masih sempat bersyukur atas kenikmatan Yang diberikan Tuhan, bersyukurlah dengan upaya memelihara dan mengembangkannya untuk generasi kedepan.
Demikianlah ! Sic !
Tolong terima: Salamku hormatku.
Em.Astokodatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun