Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Catatan Seorang Pembelajar: Fenomena Dalam (Bulan) Ramadhan.

30 Juni 2015   07:04 Diperbarui: 30 Juni 2015   07:04 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tidak mudah mempelajari fenomena kemasyarakatan apabila masyarakat itu semakin beragam, dan potensial semakin terbuka oleh komunikasi global. Disana terjadi dinamika yang semakin banyak variable maka sukar ditebak kemana angin akan membawa. Dari sisi lain setiap peristiwa justru menjadi menarik untuk disimak, diikuti, tetapi jangan gegabah menilai. Mengharap dari sana bisa muncul sesuatu, itu sah sah saja.
Salah satu fenomena menarik bagi saya adalah munculnya di Kompasiana demikian banyak artikel-artikel perihal apa saja sekitar Ramadhan. Lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Mengingat sejak tahun 2010 saya mulai aktif di Kompasiana dan setiap bulan Ramadhan saya suka menulis artikel sesuai iklimnya, maka saya memang amati betapa banyak artikel di thema “Ramadhan”. Sekarang sudah bukan main lagi. Justru sekarang saya agak rajin berburu membaca saja thema itu bukan menulisnya.
Dari beberapa yang saya baca di Kompasiana saja, saya mencatat beberapa butir gagasan tentang bermacam hal (ajaran, kebiasaan, nilai-2, perilaku dll) yang dapat diberi komentar karena merupakan fenomena terbuka atau dipublisir. Diantaranya :
1. Seputar shaum ini sangatlah penting untuk dilihat aspek privat dan (dampak) publiknya.
2. Sebagai Fenomena Kemasyarakatan, sesuatu yang “memasyarakat”, banyak hal yang indifferent sebenarnya terhadap hukum agama maupun moral.
3. Fenomena semuanya seperti :
a. Bulan di mana umat diwajibkan berpuasa sebulan penuh. Sebuah kewajiban dan rutinitas yang selalu menimbulkan efek positif, tidak hanya bagi kehidupan pribadi, tetapi juga bagi kehidupan sosial.
b. Di bulan ini pula terjadi moment-moment berkumpul bersama keluarga sebagai hal yang sangat 'pas'. Dan suatu kebahagiaan, bisa berkesempatan untuk melakukan aktivitas dalam kebersamaan keluarga, teman dekat, komunitas dlsb.
c. Karena itu, walaupun mudik lebaran banyak menghadapi tantangan, tetapi hasrat mudik tidak terbendung karena telah menjadi budaya. Pemerintah dan siapa pun tidak mampu menghalangi para pemudik untuk pulang kampung menjelang lebaran Idul Fitri.
d. Dalam perilaku masyarakat ada banyak perubahan yang terjadi pada saat bulan Ramadan tiba. A.l. mengurangi durasi waktu produksinya atau waktu pelayanannya. Seperti itu juga di lembaga pendidikan, dan bagi petani pun juga seperti itu.
e. Ada banyak aktivitas ruhiyah yang umat Muslim lakukan pada saat Ramadan. Dari iktikaf di masjid, salat tarawih, tadarus Alquran, dan aktivitas lain yang bermanfaat dan mendatangkan pahala, bahkan kebiasaan menghabiskan waktu dengan berramai-ramai berjalan (dahulu dengan membakar petasan)

4. Dari aspek keagamaan jelas “puasa adalah kewajiban sejak dahulu bagi orang-orang yang beriman kepda Allah. Dan, bahwa tujuannya yang pertama adalah memperiapkan hati umat untuk bertakwa, menjadi lebih sensitive, dan takut kepada Allah”.
5. Bicara “Takwa” : Takwa “melekat pada (dampak) sosial sekaligus sebenarnya adalah peribadatan. Sebagaimana qishas dan ber wasiat, shaum (arti sempitnya adalah puasa) pun diwajibkan dan dikaitkan dengan ketakwaan”.
(Jadi puasa itu ibadat, wajib, untuk ketakwaan)
6. Sifat wajib itu “Terbatas”, waktu bukan selamanya. Ada pula Pengecualian/ pembebasan dari sifat wajib.
7. Sangat jelas dan banyak ditegaskan bahwa Puasa pada Bulan Ramadhan berbuah dengan “Pengabulan doa” dan “Pengampunan dosa”.
8. Saya catat “Hikmah” Puasa :
1. Puasa merupakan media untuk mensyukuri nikmat,
2. puasa mengantar kaum muslimin menuju takwa.
3. puasa mengendalikan syahwat.
4. puasa akan melahirkan rasa cinta, kasih sayang dan kelembutan kepada orang miskin atau kurang mampu.
5. puasa memiliki kekuatan untuk mengusir setan http://www.kompasiana.com/emhaaljabar/puasa-aspek-privat-dan-dampak-publiknya_558b4f96b29273740bc2e952
9. Dari pelaksanaan perilaku keagamaan itu, banyak praksis latah, ikut-ikutan.
10. Bahkan ada perilaku yang bisa disebut atau berbau Pencitraan, dari segi ekonomis, politis, dendam, pamer, wah.
11. Mengikuti pemikiran penulis yang saya baca mengarah kepada pemikiran tentang “Kemunafikan….”. Meskipun dikatakan terlebih dahulu :
12. “Memang sih, mereka yang benar-benar menjalankan dan menjaga puasa mereka, jumlahnya jauh lebih banyak, mereka benar-benar menjaga ibadah puasa mereka sehingga terkadang amalan mereka yang tidak “dzihar” tidak terlihat oleh orang lain, dan memang untuk mereka yang masuk kelompok ini, mereka beribadah hanya semata-mata karena Allah SWT, bukan untuk mendapatkan pujian dari sesama, karena bagi mereka, urusan ibadah adalah urusan privasi yang nggak butuh publikasi.” Demikian Fathan Muhammad Thaufik di Kompasiana ini :http://www.kompasiana.com/ www.outlook.com/ramadhan-dan-kemunafikan-kita_558a59226823bdab078b45dc
13. Seorang Kompasianer Penulis Sholeh dan bersemangat mengupas tentang Kepuasan menulis dalam berpuasa, seakan-akan semangat menulis sesuatu yang problematic bersamaan dengan semangat puasa. Penulis ini sebenarnya hendak mempertahan semangat “menulis”. Hal itu menjadi salah satu ilustrasi tindak lanjut dari semangat pertobatan Ramadhan.
Catatan : Komentar saya disana : inspiratif, membuat saya berlanjut berfikir-fikir tentang "kepuasan" yang perlu dikelola dalam kerangka "berpuasa". Kepuasan menulis adalah bagian dari hasrat berproduksi (immateral/material) dan berpuasa adalah "pengendalian diri pribadi" Dibenak saya hasrat menulis demi hasrat/ nafsu ber-produksi perlu disublimasikan menjadi hasrat meningkatkan kebaikan dan amal demi sesama sebagai nilai amal sosial imaterial. Maaf sekedar berbagi , maka saya menilai tulisan ini sungguh inspiratif untuk pengembangan pemikiran saya. http://www.kompasiana.com/www. muhammadchoirur-rokhim.com/bulan-puasa-dilarang-puas-a-menulis_ 558a713f0d97730a078b47a9
14. Dampak “Mudik”, tercatat positif seperti : silaturahmi, persatuan, dan syiar Sementara ada dampak dibidang lain yaitu pemerataan gerak ekonomis dengan segala buah/dampaknya yang luas cakupannya. Perlu dijaga disyukuri : hubungan dengan Tuhan, Hubungan dengan manusia, dan dampak social ekonomisnya yg positip. http://www.kompasiana.com/musniumar/mudik-lebaran-dan-dampak-sosial-ekonominya_558f64e6329773520c32ce11
15. Saya ingin mengutip langsung ini sebagai suatu ilustrasi opini penulis di Kompasiana.: "Maaf bila saya lalu berprasangka justru jangan-jangan itu ada kaitannya dengan ‘budaya’ (bukan agama), yaitu budaya lebaran, budaya beli baju-kue-parcel-oleh oleh-mudik dlsb. dan dalam budaya demikianlah saitan lalu bisa ikut bermain, menggoda sebagian orang yang asalnya memang memiliki karakter suka pamer, seorang yang datang ke kampung halaman tergoda untuk memamerkan apa yang dimilikinya selama ia mengembara di kota, lalu tergoda untuk pamer pakaian-mobil-perhiasan intinya pamer identitas sosial yang baru-bahwa identitas mereka telah berubah dari yang ketika di kampung dulu tidak memiliki apa-apa lalu setelah hidup di kota menjadi memiliki apa-apa…….Budaya lebaran seperti membeli kue-memakai baju baru-mudik bukan budaya yang buruk, bahkan dapat menjadi amal baik apabila disertai niat yang baik, tetapi dapat menjadi amal yang buruk apabila disertai niatan yang buruk seperti keinginan untuk pamer diri. Dan lebih buruk lagi apabila dianggap sebagai sebuah ‘kewajiban’ sehingga apabila tidak memiliki sarana untuk memperolehnya, maka lalu memaksakan diri mencarinya dengan cara cara yang salah yang merugikan orang lain. (http://www.kompasiana.com/ujangbandeung/ kejahatan-meningkat-imbas-budaya-lebaran_558f8b07957a618c0e42e8c3)

Pembelajaran sebagai catatan pribadi :
Sekali lagi memang ‘Tidak mudah’ mempelajari fenomena kemasyarakatan apabila masyarakat itu semakin beragam, dan potensial semakin terbuka oleh komunikasi global. Kecenderungan dari yang berragam itupun lebih luas semakin berragam. Namun sifat dan kecenderungan yang manusiawi dan mendasar masih terlacak dan terrunut dengan hati-hati. Misalnya:
1. Pada semua aspek tentu ada sisi positifnya ada sisi negatifnya.
2. Dalam suasana gembira, penuh respon positif orang mudah cenderung terbuka bersikap inklusif, ramah tamah tidak marah marah. Jujur, ikhlas, berkat Puasa.
3. Dalam suasana normal,banyak sikap tertutup, eksklusif, marah-marah tidak ramah tamah, semakin eksklusif, tidak tahan kritik.
4. Dalam kolektivitas komunitas eksponen yang memiliki integritas tinggi dapat menjadi menara mercusuar petunjuk arah warga sekitarnya.. (Integritas juga berarti punya sikap bertanggung jawab, sikap mengikuti keyakinan moral, berani menghadapi kebenaran dan melakukan hal yang kita anggap benar. Sholeh/a sejujurnya setulusnya seutuhnya.)
5. Sebenarnya sisi-sisi kebiasaan spontan yang semakin membudaya tidak perlu dituntun oleh perintah agama, seperti kebiasaan makan sehat, timbul tumbuhnya perilaku pasar, kebiasan mudik, yang merubah banyak kebiasaan ekonomis, kiranya dapat memperpanjang dampak Ramadhan.
6. Semua yang sudah menjadi kebiasaan membudaya, cenderung berkambang melebar, meluas, belum tentu mendalam. Cenderung semakin meriah, glamur dan bisa kearah kehilangan makna aslinya.
7. Maka Mekanisme dakwah internal seperti kegiatan internalisasi iman dan bimbingan generasi muda selama Ramadhan sangat indah untuk dilanjutkan secara rutin/periodic.
Artikel ini catatan pembelajaran bukan power-point untuk ceramah. Siswa atau murid itu masih jauh dari sifat menjadi asisten dosen. Kompasiana menjadi taman bacaan yang lengkap sehat dan mudah diakses.

Salamku hormatku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun