Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biarkan Mereka Bicara Dengan Gayanya...

21 Oktober 2012   16:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:33 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Biarkan Burung Berkicau…

Kepodang, Ketilang, Kenari, kicauan yang berani dan menarik hati

Beda dari si Beo, Derkuku, Perkutut, tenang kritis tapi mendamaikan

Beda lagi Merak dan Cindrawasih si burung tenang-tenang narsis.

Beda pula Jalak dan Cocak berteriak bikin pekak telinga

Meraka juga Belajar mencari makna, Berfilsafat, Berfikir Positip, Berfikir kreatip, Berkaryanyata, Berbagi empati, Berbagi cerita, Bercinta, Berbahagia……Kata mereka: “Kita kita kan bicara sekedar menirukan kicauan manusia…. “

--------------------------------------------------------

Beo membuka pembicaraan :“Saya ketemu seorang manusia.. Tokoh ini memang memiliki kepekaan dan kemampuan pemolaan terhadap situasi lingkungan. Dia sangat observatip. Terhadap teman berbicara sikapnya moderat, tidak fanatic (pinjam istilah NU: tawasuth), toleran kepada orang berbeda agama((tasammuh). Ada pada dirinya semangat berbuat baik dan mengajak berteman apapun latar belakangnya. Mungkin demi bisnisnya. Bagiku itupun bagus: hubungan baik dalam bisnis pada dasarnya adalah saling percaya. Itu pasti. Kalau tidak percaya lagi berhentilah hubungan bisnis itu.”

Derkuku pun tidak mau kalah angkat dagu lalu omong beranggug angguk :Kehidupan manusia semakin dituntut untuk kerja keras. Harga kebutuhan hidup semakin mahal, peluang pendapatan semakin berkurang karena persaingan keras. Peluang pendapatan dengan usaha (jasa, budidaya, kerajinan maupun niaga) harus bermuara pada upaya PROFIT. Dan setiap usaha besar atau kecil harus dengan modal. Sebab modal itu untuk peroleh profit. Hukum ekonomi: Dengan modal sekecil kecilnya mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Setiap usaha ada resiko. Resiko harus sekecil-kecilnya.”

Perkutut menimpali pembicaraan teman-temannya :“Dunia kehidupan seperti ini layak dihadapi dengan Sikappilihan orang temanmu itu : Hemat modal, investasi sebentar segera mendapat barang produk dan memperoleh fee dan profit kerja. Perjuangannya : kerja menjual produk dan membangun relasi. Pilihan atas dasar pemikiran hasil observasi, yang jeli serta sikap pemikiran pragmatis. Pemikirannya juga harus menembus pada target-target alternatip. Setiap langkahnya akan menunjukkan cara berfikir yang analitis, logikanya tajam. Maka secara keseluruhan temanmu itu punya cara berfikir yang holistic, serta berganda, mampu merangkai dan mempertimbangkan pola-pola kerja yang berbeda. Secara keseluruhan kreatip, mampu menggunakan hypothesa-hipothesa dalam menentukan alternatip pilihan.

Maka Si Kenaripun berkicau :Katanya Orang jenius mampu berfikir dengan cara : Observatip, pragmatis, volume, analitis, original, kreatip, ganda, holistik, visual, mantab. Model pemikiran itu meliputi aspek : cara/metoda, cara pendekatan, target/obyek, penggunaan/ pemanfaatan hasil pemikiran, cara penyampaian / formulasi pemikiran, nilai intensitas. Secara tertentu ada pengaruh aliran seperti, Behaviorist, Cognitivist, Humanist, Sosial/situasional. Dan tentu ada aliran-aliran filsafat ekonomi mondial (neolib dsb) atau dari perguruan tinggi tertentu yang memberi warna khas pada masing-masing orang. (Diangkat kembali dari tulisan saya sendiri, lama : http://umum.kompasiana.com/2010/04/17/membaca-filsafat-ekonomi-orang/)

--------------------------------------------------------------------

Forum perbincangan burung-burung terhenti sementara diluar mulai hujan dan semakin lebat. Petir dan halilintar bersautan membuat giris burung-burung di perumahan manusia. Burung-burung itu semua, mereka belajar mengamati membaca mendengar setiap peristiwa dan mengolahnya untuk belajar berikutnya tanpa henti…(bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun