Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benang Merah Senandung Diskusi Kehidupan

30 Desember 2021   18:38 Diperbarui: 30 Desember 2021   18:45 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rasa ingin menemani mereka yang menyambut pergantian tahun 2021,memasuki tahun 2022, saya membayangkan ada yang penuh syukur mengenang masa silam, ada yang menghitung dan mengukur target prestasi saat ini, tentu ada yang manjalin impian masa mendatang.

Pada tahun 2014 saya pernah menulis dengan judul "Benang merah dalam diskusi". Saat itu kita ingat awal masa jabatan presiden Jokowi yang dunia perpolitikan penuh suasana "diskusi". 

Serasa menyongsong 2024 nanti ini pun akan makin hangat beda pendapat, tukar pendapat, transaksi pendapat dan sejenisnya. Mari kita juga mulai berfikir tentang diskusi kehidupan dengan mendalami beberapa akar beda pendapat, bahkan konflik pendapat internal dalam diskusi kehidupan ini. Kesemuanya untuk menemukan solusi atas dasar realita..

Pada tulisan saya itu saya mengutip salah satunya pendapat Kompasianer senior ini. Dan saya ambil saja inti dari pesannya Pak Tjiptadinata Effendi di Fb 13/14 Des 2014 yl. : "Jangan pernah berpikir, karena kita sudah membayar sesuatu nilai nominal untuk ikut belajar/seminar, maka kita merasa berhak untuk melemparkan kritik sana sini. Sesungguhnya setiap tindakan yang diambil,adalah cermin dari kepribadian kita masing masing".

Pesan Pak Tjipta ini tentu bisa dirasa baik oleh penulis, atau pada thema perihal tulis menulis dan komentar seperti di bock dan sebangsanya, termasuk Kompasiana. Seringkali kritik dan komentar  dirasa kurang enak karena keberangkatan pandang terhadap suatu peristiwa atau topik oleh penulis berbeda dengan penilai/pelontar kritik, termasuk kompasianers dan Admin Kompasiana.

Semestinya siapa yang lebih paham dan lebih mampu menukik serta menganalisa lebih tajam akan bisa lebih melihat benang-benang merah yang terhubung, serta akan lebih toleran melihat perbedaan.  Sedangkan orang yang kurang tajam analisanya sering bahkan merasa paling/lebih tahu dan merasa seakan dia yang bertanggungjawab kepada kebenaran.

Tetapi ujung dari cerita Bp. Tjiptadinata saya hanya ingin mengambil pesan bahwa melihat realita itu menjadi cerah dengan melihat perbedaan pengamatan dan pendapat orang lain.

Suatu hal yang banyak dialami, dirasakan dan  menemukan realita dengan penghayatan atas karya seni. Buah kreativitas seniman biasa menyamarkan realitas atau pesan dan maknanya dalam keindahan wujud, jalinan kata sastra, nada, gerak dan lagu atau media yang lain.Yang kita lihat, dengar, sentuh berbicara tentang realita lain dan itu yang kemudian kita hayati.

Kreativitas seniman mengajak kita pun lalu berkreasi, dan melihat dengan sanubari dan daya jiwa kreatip kita sendiri. Sudah banyak kita mendengar saran "berfikirlah yang kreatip, positip, optimistik". Kali ini ingin saya mengajak berfikir-paradoks.

Berfikir dan mendengar, melihat, realita dan memikirkannya semacam ada dua hal yang bertentangan terjadi bersamaan. Dan itu benar kita alami. Dalam seni tari kita betul betul melihat keindahan lentur tubuh tetapi dalam pesan cerita tentang suatu kejahatan.

Lebih dahsyat lagi kita membaca peristiwa masa lalu. Pendemo, penentang kebijakan pemerintah yang syah, kritisi terhadap Presiden. Katakan Presiden Sukarno, de fakto kehilagan kekuasaan, tetapi dia sebenarnya menyelamatkan bangsa dari perang saudara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun