Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Teman Solusi Kesepian?

18 November 2021   06:58 Diperbarui: 18 November 2021   07:16 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menulis dan belajar dalam kehidupan sekali ini saya mengambil kasus yang tidak ideal yaitu Kesepian. "Ke-tidak-ada-an teman" itu saya kira bagi banyak orang merupakan kejadian yang jarang dirasakan.

Saya percaya Yth Pembaca Kompasiana bukan orang suka kesepian. Bagi saya sendiri yang hanya seorang facebooker, dan menggunakan media messenger dan whatsapp belum dengan twitter dll. untuk berkomunikasi sudah merasa diperkaya oleh pengalaman berteman. Tetapi justru dari sana saya membaca keluhan tentang rasa kesepian, sehingga saya merenungkan hal ini.

Ketika saya bertanya kepada sesama fesbuker apa pernah merasa kesepian,saya mendapat masukan tentang kesepian itu. Teman pertama mengkaitkan kesepian dengan kerinduan. Dia merasa kesepian ketika merindukan seseorang yang dikasihi berada di tempat jauh.

Seorang taman merasa kesepian, ketika cucunya dibawa pulang ayah bundanya. Dia merasa ada sesuatu yang berkurang dan itu tidak nyaman banget, katanya. Hal yang demikian pun saya rasakan ketika saya melepas anak pertamaku setamat belajar mau bekerja di Jakarta. Tetapi saya tidak menyadari itu sebagai kesepian, rasa kehilangan, oh iya; karena saya juga menyadari ada anak kedua dan....masih ada ibunya. Saya berfikir sekarang bahwa kesepian itu ada gradasinya.

Teman yang lain mengkisahkan kesepiannya ketika memasuki masa pensiunnya. Kesehariannya bergumul dengan pekerjaan dan teman-teman kerja. Sekarang dia harus dirumah, setelah mengerjakan kerja rumah tangga dia merasa kesepian karena kurang kesibukan.. Kesepian dikaitkan dengan kegiatan dan kesibukan serta pertemanan ketika kerja. Inilah kasus lain dari pengertian kesepian saya catat.

Selanjutnya saya mencoba membuat pertanyaan terhadap kasus apakah seorang teman ini kesepian ? Dia sampai satu tahun postingannya di Facebook hanya terus menerus soal rasa sedihnya ditinggal suami. Hal itu saya konfirmasikan dan saya pertanyakan seorang teman yang dokter jiwa.

Ternyata teman ini justru dinilai sebagai memberikan sisi lain dari kesepian. Yaitu solusi yang ditemukan seseorang kesepian. Dia menilai itulah sebuah solusi yaitu membuat saluran sehat, yaitu curhat di dalam tulisan yang bagaimanapun bentuknya. Menulis salah satu obat kesepian.

Bicara soal solusi teman ini juga memberi catatan tentang dampak gangguan keseimbangan dari kesepian. Dampak yang sangat negatip adalah depresi. Ketika kesepian menjadi depresi, sungguh payah, mungkin karena terlalu lama tak ada penyaluran. Depresi berkepanjangan sungguh bisa menjadi kondisi yang disebut penyakit jiwa.

Dengan sedikit tertawa sinis dikatakan tentang stress. Yaitu akibat dari banyaknya kerja dan tanggung jawab yang belum selesai dan itu membuat tertekan dan hampir frustrasi. Dampak awal dari gejala depresi memang sama yaitu stress frustrasi berkurangnya nalar dan pertimbangan akal sehat dalam kegiatan, lebih jauh tidak bisa tidur dan rasa sedih, kehilangan semangat gerak..

Dengan catatan terakhir ini saya merasa bahwa itu juga merupakan jawaban tentang adanya fenomena omongan atau cetusan kurang pantas di media sosial yang terbuka maupun yang pribadi. Boleh dikata disana rupanya solusi yang sengaja banyak teman mengambilnya sebagai tempat dan peluang curahan hati frustrasi ataupun kesepian.

Pertemanan di facebook dan komunikasi via messenger,dan whatsapp ternyata bagi saya justru menjadi guru memahami tentang kesepian dan ketiadaan teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun