Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencintai Perbedaan

20 Juni 2021   09:48 Diperbarui: 20 Juni 2021   09:49 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini terlahir terpicu oleh pengalaman yang sama sama kita rasakan. Bukan untuk dibahas lagi tetapi cukup dirasakan saja. Dalam kurun waktu sebulan belakangan ini dunia kehidupan bangsa ini dimeriahkan (cara pandang positip) oleh opini dan berita peristiwa ini:.

Seputar KPK dan Wawasan Kebangsaan/Pancasila

Berita Timur Tengah , Palestina - Israel - Sikap Indonesia.

Opini terhadap Batalnya Naik Haji ( selesai Kemenlu Pastikan Ibadah Haji 2021 Hanya untuk Orang-orang yang Tinggal di Arab Saudi (msn.com) )

Pajak Sembako, dengan opini tanggapan dsb.

Fenomena kripto dan transaksinya dari sudut pandang Islam dibahas oleh pakar-pakar yang membidangi hal tersebut,

Sekali lagi tulisan ini bukan mau membahas dan atau mengajak diskusi tetapi mau merenung saja. Permenungan yang berbagi pengalaman batin hingga menemukan pertanyaan. Pertanyaan yang pasti juga pertanyaan reflektif. Artinya kelanjutannya terserah Yth Pembaca.

Menghadapi pengalaman peristiwa yang bertubi-tubi seperti itu seorang pendeta menarik pembelajaran tentang "dekadensi spiritual bangsa". Bagi saya kok jauh amat. Tetapi seorang pastur mengakui pandangannya pun masih diranah permenungan theologia: "Kita kurang melaksanakan yang sama apa yang Allah memperlakukan kepada kita yaitu mengasihi"  Pertemuan para pendeta, pastur dan cendekiawan Muslim pada suatu ketika mereka merumuskan perlunya : "kita harus merubah cara pandang" dan "menemukan cara nyata aktualisasi Cinta kasih Allah bagi kita kepada sesama."

Kita semua selalu merasakan kenyataan bahwa kehidupan kita berbangsa ini selalu dihadapkan pada pentingnya melihat dan sepaham terhadap adanya perbedaan keyakinan, wawasan dan nilai-nilai. Dan itu harus dilihat bukan hal yang menakutkan tetapi bagaimana semua itu dikelola untuk meraih kebahagiaan dalam kebersamaan.

Maka permenungan ini merambah pada hal-hal teologis, falsafah, tetapi harus berlanjut menuju perubahan kearah sikap-sikap yang prakmatis.

Mencintai perbedaan bukan untuk pelihara permusuhan. Memang ada banyak jenis, bentuk dan cara keberadaan perbedaan dan jenis, bentuk serta cara permusuhan. Semua itu ada didalam alam semesta maupun dalam kehidupan manusia. Bahkan didalam kepribadian manusia penuh dengan dinamika cinta dan permusuhan bersamaan dengan proses perubahan perbedaan-perbedaan yang hidup bergerak terus..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun