Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi yang Berbuah

4 Mei 2021   16:51 Diperbarui: 4 Mei 2021   16:56 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Untuk pilihan hidup dengar suara hatimu dalam refleksi, sebab realitas yang sama menjadi dasar kata bijak dari orang berkehendak baik, tetapi juga menjadi dasar trik dan hoack orang jahat."  (saya tulis 29 April 2021, di Facebook)

Kalau kita berfikir positip pun kita bisa gagal dalam penentuan pilihan, apalagi ragu2 mana kata bijak mana trik. Dan kemana arahnya tentu dalam kebebasan kita sebaiknya berrefleksi dan mendengar suara hati sendiri.

Rekan Kompasianer Pebrianov menulis : "Mampu bagi presiden bukan semata latar belakang ilmu tertentu dan strata pendidikan tertinggi yang terkait langsung dengan bidang kementerian, namun lebih dari itu, yakni bersifat multi dimensional. Cara pandang presiden tersebut yang seringkali sulit dipahami orang awam, bahkan para ilmuwan atau pakar." ( Kehebatan Mas Menteri Nadiem Langkahi Para Profesor Doktor Halaman 1 - Kompasiana.com )

Peristiwa, berita, opini , selain sering simpang siur, banyak hal tampak sederhana dan rutin biasa, tetapi perlu ada pendalaman seperti dilontarkan rekan Pebrianov tentang sikap dan cara pandang presiden. Kiranya pengkajian itu bermanfaat kalaupun orang itu bukan presiden. Sebab Kesan Pertama Itu Baru Mengirim Gelagat

Awalnya kita terima kesan dari orang, kejadian, atau apapun yang dihadapkan kepada kita. Kesan itu positip bila memberi kenyamanan, kesenangan, dan sejenisnya. Kesan itu negatip bila memberi ketakutan kekuatiran ataupun rasa tidak nyaman. Kita bisa bersikap spontan bisa juga tenang dan bertimbang rasa dan menemukan "gelagat". Gelagat itu pesan yang dipertimbangkan atau buah pertimbangan berdasarkan kesan.

Itu semua sebuah proses awal. Sedangkan untuk hal yang lebih penting diperlukan pertimbangan lebih serius tidak cukup disikapi secara spontan yang biasa dianggap kurang mendalam kurang serius, apa lagi memang tidak ilmiah.

Dalam pertemanan misalnya biasanya orang menangkap gelagat. Gelagat yang bagi orang tertentu negatip : lelaki cengeng, perempuan posesif, egois, pelbagai penyimpangan seksual /non hetero/over dsb. Gelagat yang positip, itu misalnya yang menyamankan yaitu semua yang relative normal,konsisten, syukur cerdas, mandiri, tulus komunikatif, sederhana. Memang ajung-ujungnya pertemanan harusnya bisa saling mengerti dan berbagi.

Dalam berteman sebaiknya berproses kearah yang positip. Terhadap diri sendiri tuntutlah selalu prima, sebaik mungkin yang terbaik. Terhadap orang lain terpaksanya diterima apa adanya pada sisi yang paling kurang buruknya.(minus malum)  .

Jadi berfikir ulang, berfikir lebih matang, berfikir lebih dalam itu suatu cara yang biasa digunakan lebih-lebih menyangkut keputusan yang berdampak panjang. Secara umum saya gunakan istilah refleksi.

Refleksi adalah kata kunci jawaban atas problematikanya. Refleksi berasal dari kata reflectere, bahasa Latin yang berarti membekuk kembali, menilai, melihat kembali, berfikir ulang. Dalam bahasa Jawa ada kata "nguda-rasa", yang bermakna melepas rasa dengan bicara pada diri sendiri, meskipun orang dekatnya mendengar, namun tidak diharap tanggapannya.

Seorang Coach Dwiarko yang sangat saya kenal menawarkan cara mengurai problematka hidup dengan "Selftalk". Yang bagi saya berarti sederhana saja permenungan dan kendati mungkin ada perbedaan tetapi semua mengandung makna komunikasi dengan diri sendiri. Maka awalnya harus benar belajar tahu tentang diri sendiri. Meskipun bisa ada Selftalk itu di laksanakan bersama untuk ada selingan berbagi rasa dan penghayatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun