Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konsep Cinta dan Citra Lansia Mewarnai Pertemanan

20 Maret 2021   12:21 Diperbarui: 20 Maret 2021   12:31 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Disamping itu (empat) akan tampak pada tingkat kelanjutannya bahwa setiap orang mempunyai pola pertemanan : santai, rekreasional, mengisi waktu, spontanitas dikembangkan, atau ada diantaranya yang sadar tidak sadar bermaksud untuk mencapai kepentingan, seperti penawaran komoditinya, dukungan finasial seperti uang kost, pulsa dst, atau bahkan mencari jodoh. Ini antara lain tampak pada pembentukan kelompok atau grup.

Belajar dari perilaku dan citra dua tokoh politik tertentu yang mengalami masalah suka mengeluh dan atau nyinyir, saya memilih sikap tanpa mengeluh dan belajar.

Percaya pada suatu metoda dan sistem alogaritma dimana program disusun dari masukan obyektif, saya ingin menguji diri sendiri. Masukan mana dari diri saya yang tertangkap dan terrumus menjadi bahan Facebook memprogram dan mengirim kepada saya banyaknya permintaan pertemanan belakangan ini. Dan nasehat yang saya terima perbaikilah citra masukan itu.

Saya berasumsi konsep dan persepsi saya tentang Cinta mungkin membuahkan inputan yang sedemikian rupa. Persepsi tentang cinta juga dapat diperluas hingga pada bidang seksualitas dan gender, ketertarikan seksual hetero atau homoseks, persepsi tentang penilaian terhadap perkawinan dan keluarga. Dan dalam hal ini seringkali dikaitkan dengan stigma lansia kesepian, setelah menjanda, menduda.

Dengan segala upaya tidak jauh dari sikap mindfullness dan beriman saya selalu berfikir ada hukum cinta itu bagi saya. Cintailah Sesamamu seperti dirimu sendiri.  Dari itu saya biasa merumuskan cinta itu adalah sikap (bisa respon bisa proaktip), yang positip terhadap obyek sesuai dengan posisi, situasi dan kondisi nyata dan menurut kaidah sosial, waktu dan tempat yang berlaku.

Perihal Seksualitas saya mempunyai persepsi bahwa seks lebih merupakan hal yang pribadi, privat, manusiawi, ada aspek kenikmatan yang dilampiri misi suci tugas regenerasi. Karena itu seksualitas itu membawa sifat kesucian dan privat. Adapun kecenderungan saya sangat heteroseksual. Berdasarkan penghormatan kepada ibu, saya menjunjung nilai kehormatan perempuan. Suatu sikap nyata saya menghargai sekali isteri dan kesetiaannya, saya mendoakan anak cucu perempuan selalu dengan doa dan harapan kiranya mereka menjadi perempuan terhormat dan nantinya ibu yang bahagia.

Terhadap orang lain saya mengenakan prinsip "minus malum", seperti mereka yang mengaku menjalin hubungan "rumit", serumah tanpa nikah, praktik seksualitas yang menyimpang atau tidak sejalan dengan kecenderungan saya. Kendati saya merasa tidak nyaman, tetapi saya mencoba melihat itu urusan pribadi mereka. Dan mungkin itu bagi mereka minus malum daripada ditempuh jalan lain yang lebih buruk.

Belakangan saya mulai berfikir barangkali sikap tidak "menghukum" kelainan seksual itulah yang membuat citra saya terrekam biru dalam alogaritma sistem.  Dan bila itu benar maka menjadi dekat pula sesuai usia, saya tercitra sebagai lansia kesepian.

Dan atas dasar itu saya termotivasi untuk mengubah cara merespon lontaran ide, atau pembuatan pernyataan-pernyataan di media sosial itu.

Pembaca yang budiman, mungkin anda tidak mengalami atau tidak peduli akan peristiwa seperti yang saya alami. Karena pertemanan persahabatan anda jauh lebih luas didunia nyata daripada dunia maya. Dan media sosial benar hanya sekedar sarana komunikasi saja dengan segala konsekwensinya.

Namun demikian dimanapun Persepsi itu sadar tidak sadar (dibawah sadar) potensial mempengaruh perilaku dan perilaku memberi citra pada pelaku. Dan ingat memang: Mindfullness yang beriman itu adalah langkah kehudupan yang dinamis dan damai.

Tolong terima permintaan maaf bila ada salah kata, terimalah salam hormat saya.

Ganjuran, Maret 20. Emanuel Astokodatu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun