Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Sembarangan Bermain Cinta

9 Maret 2021   12:23 Diperbarui: 9 Maret 2021   12:58 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bermain Keindahan dan Indahnya Bermain awal dari permenungan ini. Bermain, Keindahan, Bermain yg indah. Itu hal yang akan saya renungkan dengan bahagia, santai, runut tanpa terikat pada satu disiplin ilmu selain rasa dan nalar sehat. Barangkali bermain cinta termasuk bermain yang indah, demikankah ?

Semula saya hanya ingin menghibur diri mencoba ingat akan lagu permainan anak-anak. Menciptakan hiburan buat diri sendiri. Saya melontar pertanyaan di Whatsapp kepada seorang sahabat yang mahir dan mencintai budaya Jawa, apa arti sebenarnya kata "geguritan". Saya pun merasa sedikit tahu tentang lagu dan sastra kejawaan itu, tetapi sudah lama tidak menyentuhnya. Ada rasa rindu pada kebahagiaan semasa masih bocah remaja.

Apa yang saya terima dari sahabat praktisi sastra itu? Seperti air sungai sedang banjir dijelaskan apa itu "geguritan", yang meliputi : Tembang, Wangsalan, Parikan,Geguritan bebas.Tembang ada 3 jenis: Besar, Menengah, Cepat/ Macapat. Ini adalah karya sastra berirama dengan aturan pasti dalam hal jumlah kata dan kalimat serta suara (a,i,u,e,o), di akhir kata. Macapat sendiri sejumlah sekitar 10 nama, masing dengan langgam yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan, sedih, gagah, sukacita, marah dlsb. Demikian pula wangsalan dan parikan lebih merupakan gaya dan  permainan makna daripada jumlah kata. Gaya wangsalan dapat masuk didalam semua bentuk geguritan. Jadi kesemua aturan gubahan karya sastra Jawa itu meliputi : Guru gatra, guru lagu, lampah, pedotan, cangkriman, batangan, purwakanthi. Itulah aturan permainan Makna, Suara, dan Jumlah kata.

Teman itu menutup dengan memperdengarkan mengirim pita suara tiga rangkai geguritan  dan mengatakan : "Mangga ma Datu sadaya panguneg uneg, pepenginan, panyandra kawontenan, panacad panyaruwe lan sanes2ipun saged kaesokaken ing seratan ingkang nama geguritan". Silahkan semua isi hati,keinginan, pelukisan keadaan, pengecaman teguran,dan lain lain curahkan dalam tulisan yang namanya Geguritan.

Semua yang saya katakan tentang Geguritan ini tadi saya peroleh dalam percakapan Whatsapp selama dua hari. Dan saya belajar tentang karya sastra penuh dengan seni permainan makna, suara, gaya, lagu dan suasana hati.  Dan disana ada selain aturan juga kreativitas dan olah-rasa.

"Semula saya hanya ingin menghibur diri mencoba ingat akan lagu permaian anak-anak." Mencoba memebuat hiburan untuk sendiri. Menghibur diri itu mencari rasa senang, suka cita,mengharap mendapatkannya dari lagu dan permainan anak.

Ada foto dalam buku yang sedang saya baca, seorang bocah berlari diatas air ditepi pantai. Dibawah foto itu tertulis : "The essence of pleasure is spontanneity", ucapan seorang Germaine Greer (1939), jurnalis Australia.  Apa yang saya lihat dalam foto dan tulisan itu sebenarnya menjawab apa yang saya harapkan. Rasa senang, suka cita, seperti dalam suasana bermain itu, bebas tanpa beban dalam langkah gerak yang spontan.

Tetapi apa kata Greer itu, 'hakiki, esensi dari kesuka hatian itu adalah spontanitas'. Yaa namanya permenungan-bebas, terpikirlah oleh saya bahwa dalam bermain itupun selain ada aturan seperti dalam permainan sastra dikatakan diatas, juga ada kebebasan, kreativitas dan spontanitas  Dipertemukan dengan  nasehat filosof kesukaan saya Prof.Drijarkara SJ : "Bermainlah dalam permainan tetapi jangan main main. Bermainlah dengan sungguh sungguh, tetapi permainan jangan dipersungguh. Kesungguhan permainan terletak dalam ketidak sungguhannya. Sehingga permainan yang dipersungguh, tidaklah sungguh lagi" (dalam bukunya "Filsafat Manusia", Penerbit Yay.Kanisius Ygk.1969 halaman 73)

Rupamya diketengahkan disitu pengertian "main-main" yang dipertentangkan dengan "kesungguhan" atau sungguh-sungguh. 'Main-main' membawa makna santai, spontan, tidak serius-serius amat. Dan "sungguh-sungguh" membawa makna adanya kesadaran penuh, tahu-dan-mau , serius dan dipertanggung jawabkan.

Pembaca yang budiman, mari kita telusuri lagi dari kehidupan sehari hari. Mudah-mudahan pembaca masih menyimpan bayangan ketika putra putri anda masih bayi. Bayi itu bila normal tidak perlu dilatih, spontan bisa menggerakkan mulut, bibir,lidah ketika dipertemukan dengan punting susu ibunya. Lebih asyik lagi bila kita sudah bisa menyaksikan matanya, dan gerak mulutnya merespon pandangan kasih kita. Bayi itu nanti menggerakkan mulutnya dan "tersenyum". Itu semua spontan, karena alami dan nanti naluri. Yaitu berkat kemampuan alami untuk menirukan dan mengulangi gerak mulut itu hingga nanti bisa berbicara.

Fungsi tubuh yang alami itu mungkin terdorong untuk memenuhi kebutuhan makan, menemukan kenyamanan, berrelasi berkomunikasi, semua spontan. Dan itu bagi bayi itu merupakan gerak dinamika yang bersungguh-sungguh, dibuktikan kalau tidak terpenuhi merespon dengan tangis dan upaya, dan bila terpenuhi bisa tenang, tidur, atau tersenyum dipuaskan. Kesungguhan yang spontan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun