Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rekam Jejak untuk Memahami Pribadi Orang

26 Januari 2021   17:07 Diperbarui: 26 Januari 2021   17:20 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada suatu pagi sambil minum kopi isteri dan anak saya berbincang membahas seorang cucu kesayangan yang sudah makin meremaja, trampil membantu ibunya ikut serta mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Cucu remaja putri ini sangat sayang pada ayah bundanya, tetapi juga sangat perhatian kepada ayahnya. 

Anak itu peramah tetapi ketus sedikit pemarah. Pembicaraan kopi pagi kami merambah mengupas membandingkan dengan cucu-cucu kemanakan dari keluarga besar lami. 

Hampir semua kami bicarakan. Hampir semua kami usut dari watak ayah bundanya hingga suasana dari keluarga mereka. Sepertinya kami membuat Rekam Jejak anak-anak itu, bagaimana terbentuk kebiasaan dan perilaku mereka.

Wartawan juga melaporkan rekam jejak Amin Raiz ketika wartawan mau mewartakan penundaan pendeklarasian partainya Amin Raiz. Seorang penulis mambahas seorang pakar pengamat politik, yang mengecam Bu Risma Mensos yang suka blusukan. Penulis itu mengecam sang pengamat politik dengan pertanyaan : apa si yang sudah dikerjakan oleh pengamat itu sendiri untuk bangsa dan negara.? (berita2 minggu lalu)

Pada Rekam jejak seseorang yang biasa disebut pada umumnya adalah atau atribut, atau jabatan, profesi, posisi, yang disandang seseorang dalam kurun waktu yang direkam.Seringkali juga kejadian yang melibatkan si terrekam. Seluruhnya jejak itu adalah Pengalaman si terrekam.

Jelas terbaca meski tidak tertulis sebenarnya yang dikritik dan yang mengkritik itupun mempunyai rekam jejak. Rekam jejak yang mungkin membentuk mindset dan memberi motivasi untuk adanya kritik dan mengkritik, menulis dan membaca. Atau semua itu sekedar pengaruh budaya politik identitas..

Mindset, saya pahami sebagai pola piker termasuk isinya,yang sudah mewujut ter struktur yang dimiliki seserorang karena pengalamannya sebelumnya jauh maupun dekat. Motivasi saya pahami sebagai daya dorong seseorang untuk mengambil sikap, berbicara maupun bertindak. 

Rekam jejak adalah Pengalaman dari orang yang direkam, sedangkan bagi perekam rekam jejak dikaksudkan menjadi bukti atau sekedar ilustrasi tentang nilai yang mau disematkan pada yang direkam. 

Mindset yang punya perspektif masa lalu dan motivasi yang menempel pada perbuatan orang menjadi unsur penting dalam memahami Rekam jejak. Rekam jejak sendiri adalah catatan pengalaman dengan perspektif waktu.

Seorang novelis Perancis Anais Nin (1903-1973), menulis : "The past, present, and future mingle and pull us backward, forward us or fix us in the present. We are made up of layers, cells, constellations." Masa lalu, masa kini, masa depan membuat kita ini campur aduk, didorong kebelakang, kedepan, atau dibenamkan dikekinian. Kita dibuat sebagai peletak dasar, unsur dan kerangka bangunan itu. 

Lebih gila lagi penulis puisi Argentina ini, Jorge Luis Borges 1899-1986,mengatakan: "Waktu, Sungai, Singa, Api dan diriku. Katakan aku ini dibuat dari bahan yang namanya waktu. Waktu itu katakan seperti sungai yang  mau menghanyutkanku, tetapi aku itulah sungai itu sendiri. Katakan waktu itu singa yang menelan diriku, tetapi aku itu singa itu sendiri. Katakan waktu itu api yang mau makan habis diriku, tetapi aku itulah api itu."

Untuk memahami pernyataan sastrawan-sastrawan gila tersebut diatas mari kita telusuri tentang pemahaman istilah pengalaman. Seorang Motivator atau mungkin Life-coach handal TauRa penulis Kompasianer juga pernah menulis disini : Ini 3 Alasan kenapa Pengalaman tidak perlu "dibanggakan"  Sebab (1) pasti ada yang lebih berpengalaman, (2) Pengalamannya belum pasti relevan.(3) Banyak Cerita Palsu.( Ini 3 Alasan Kenapa Pengalaman Tak Perlu "Dibanggakan" Halaman 1 - Kompasiana.com)) Pengalaman disini dimaknai sempit pada pengalaman orang tertentu yang mau "membanggakannya". Entah itu masa lalu entah itu pengalaman terbaru. Menengok disana ada kata cerita biasanya dikaitkan dengan pengalaman lama di masa lalu.

Bukan dimaksudkan untuk membahas artikel tersebut diatas, justru saya meminjam konsepsinya sejauh saya tangkap. Agak berbeda dengan pemahaman saya tentang Pengalaman. 

Saya sementara "melepas sedikit" dari perspektif waktu, belajar dari ajaran Dr.Greg.Utomo pr.maka Pengalaman adalah titik peristiwa seseorang melihat menyadari suatu kejadian dan lalu merasakan hingga nanti memahami. 

Awalnya ada Kejadian,lalu peristiwa berikutnya seseorang mengalami, maka dia mempunyai pengalaman. Ada Peristiwa dasar,->Pengalaman, ->Pemahaman, ->Pengakuan,-> Pengamalan. Dan proses Pengalaman dan Peristiwa itu bisa terjadi kapan saja.

Hidup itu terbentuk dari masa lalu, masa kini, dan masa depan; we are made up of... kata Anais Nin tersebut diatas. Greg Utomo juga selalu mengedepankan Globally thinking, Act locally,gaung bersambut dengan J.LBorges yang menyatu dengan waktu itu sendiri dengan mengatakan "kalau waktu itu sungai yang mau menghanyutkanku, aku ini sendiri sungai itu."

Belajar dari buku Daily Calm, penerbit National Geographic, Washinton DC. pada bagian tentang Pengalaman, Experience, saya baca ada 31 pernyataan spesifik, saya terima kesan kuat pertama-tama perspektif waktu, seperti proses perolehan pengalaman,dst. Sudut pandang kedua adalah pespektif perubahan kwalitas, dan saran untuk bagaimana menghargai pengalaman, termasuk mencari pengalaman baru..

"Berpetualang itu sesuatu untuk mencari kesenangan, atau bahkan mungkin cari keuntungan.,tetapi pengalaman adalah suatu yang sungguh terjadi pada kita pada kurun waktu yang cukup lama saat mana kebenaran akhirnya merengkuh kita." kata Katarine Anne Porter,(1890-1980.) jurnalis,novelis aktivis politik Amerika..

"Mutu hidup seseorang bukan dihitung dari jumlah tahun hidupnya tetapi lebih pada sense of life yang diperolehnya" tulis penulis puisi dam novelis  Jean Jacqes Rousseau (1712-1778). Dan memang demikianlah . "Pengalaman-mengalami" itu setiap hari kita hidupi, dan menghidupi itu dengan kebebasan kreativitas yang kita kehendaki, tertib teratur diseling permainan dan sedikit canda yang murni menyenangkan atau kesedihan dan keprihatinan seperti kita rasakan oleh Covid ini...

Berbicara tentang Rekam Jejak kalau boleh disimpulkan adalah bicara tentang kehudupan masa lalu, Pengalaman, pengakuan pentingnya Pengalaman. Pengalaman masa lalu dan masa depan. Sebab Sens of life kita peroleh dari belajar yang adalah mereorganisasi pengalaman. Termasuk pengalaman terbaru terkini.

Bagi generasi terbaru yang masih perlu belajar bebas dengan kreativitas terbarunya semoga cerdaslah menyusun pengalaman agar pengalaman demi pengalaman tertata dan efektif menjadi mindset yang tumbuh dan memotivasi semangat bertindak berbuat yang positif, sekarang dan kedepannya..

Dan bagaimana anda menghargai pengalaman orang lain atau diri sendiri, tanyakan dulu bagaimana Rekam jejak anda. Amin.Tolong terima permintaan maaf saya bila ada yang tidak berkenan. Dan tolong terima salam hormat saya.

Ganjuran,Januari 26, 2021.  Emmanuel Astokodatu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun