Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mau Cuek Ataukah Hobi Menilai Orang

9 Januari 2021   10:54 Diperbarui: 9 Januari 2021   11:04 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa mau Cuek apa mau peduli apa mau hoby menilai orang itu suatu pilihan. Sebatas menilai orang lain, Siapa bisa melarang. Tetapi membuat penilaian orang lain didepan publik itu ada pasalnya di UU ITE, dan bisa jadi dijemput polisi dan dinilai oleh hakim pengadilan.

Menilai orang itu sungguh hal sangat biasa. Sekitar tahun 1950 pada radius 200m x 400m didusunku masih jarang ada rumah, Halaman rumah rata-rata cukup luas. Disanalah kami anak-anak lelaki perempuan seumuran antara 8-12 tahun bermain setiap harinya.

Diujung timur dihalaman rumah pak Pawiro, peramah, suka sama anak-anak, dua anak gadisnya teman kami. Diujung barat rumah pak Josentono, gayanya santai tetapi cuek pada anak, punya seorang anak lelaki berumur 8 tahun, sangat dilindungi dan dijaga oleh kakak perempuan yang sudah dewasa. Dibagian sebelah utara adalah rumah dua orang tua mantan lurah (kades), dan mantan jogoboyo (kabag keamanan desa) Mereka ini orang-orang terhormat.Dan bagi bocah-bocah rombongan permaianan kami ini tampak sangar dan merasa seperti segan untuk bertemu.

Kami bocah bocah spontan bersama menilai dan bersikap memilih, kebiasaan arah bermain cenderung ketimur. Dihalaman rumah pak Pawiro,yang ramah, bapak dan simbok (ibu) gadis gadis teman kami murah hati, kami kerap dibagi snack bersama anak mereka. Tetapi seperasaan anak-anak itu jelas-jelas menilai tokoh-tokoh desa kami.

Menilai orang lain itu biasa, kebiasaan bagi semua orang. Termasuk anak-anak. Apalagi yang namanya legislator, pengamat politik, seperti Mujiyono,dari DKI, Hendri Satrio, pengamat politik,politisi Hasto, (PDIP), lebih lagi Fadli Son yang terkenal mengomen Mensos Risma. (sekarang bahkan sibuk mengklarifikasi kasusnya). Menilai orang sangat berbeda-beda oleh siapa terhadap siapa.

Orang tua,guru, peneliti, polisi, jaksa, hakim adalah profesi penilai yang mempunyai sudut pandang beda terhadap orang lain. Obyek penilaian orang pada umumnya dikaitkan dengan peristiwa, perbuatan dari obyek penilaian maupun situasi kondisi lingkungannya. Lebih menukik lagi keadaan kepribadiannya, seperti kesehatan fisik, mental, motivasi, emosi, mindset, watak. Penilaian kepribadian sedalam-dalamnya adalah tugas ortu dan atau pendidik. Yang lain biasa lebih terbatas pada perbuatan, perilaku dan motivasinya,kondisi kesehatan, sepanjang untuk menilai kesungguhan sebagai manusia dalam kesewajarannya atau dihadapan hukum.

Berbicara mengenai watak, karakter, mindset,dan motivasi saya mencatat, pertama bahwa watak karakter dan mindset banyak dibangun oleh situasi sebelumnya, sementara motivasi dapat terbangun oleh masa lalu maupun masa yang akan datang.

Catatan kedua adalah bahwa pada umumnya manusia sulit mengakui mindset dan motivasi perilakunya. karena mungkin semua itu bisa terwujut dibawah sadarnya. Atau itu memang mau disimpan  menjadi privacy-nya.

Catatan ketiga yaitu bahwa watak dan motivasi oleh adanya kepelbagaian unsur pengaruh memang seperti nuansa garis pelangi. Mau menilai orang jangan lupakan itu. Penilaian yang hitam putih saja tentu mengundang kontroversi. Bisa jadi penilai yang akan dinilai punya kepentingan lain selain yang seharusnya.

Berbicara mengenai Penilai tentu masuk pula kejalur pikir tentang Cara menilai. Guru untuk memberi raport, atau Laporan Hasil Belajar ada methodanya; polisi, jaksa mempunyai protokolnya sendiri, apa lagi hakim. Tetapi orang bebas pada umumnya bicara dengan fakta dan saksi, plus pendapat umum yang tertulis dengan kata : praduga (su'udzon), dan tudingan "nyinyir".

Nyinyir ditudingkan kepada seseorang yang suka menjelek-jelekkan orang lain yang tidak dia sukai, kendati orang yang dijelekjelakan itu kerap kali melakukan hal-hal yang positif.Tetapi untuk yang dibenci ada saja lontaran hal negatif buatnya , sebab sadar atau tidak pelaku nyinyir mau menjatuhkan orang bila bisa mau membunuhnya dengan halus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun