Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesederhanaan Itu Kaya Makna

4 November 2020   16:59 Diperbarui: 4 November 2020   17:07 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menulis hati itu sederhana saja.Yang saya baca tertulis bahwa Seni yang paling seni, ekspresi yang paling dihargai, karya tulis yang paling bersinar memberi pencerahan, adalah kesederhanaan.(Walt Whitman,1819-1892, jurnalis penulis puisi Amerika)

Saya pernah menulis lamunan mengenai kesederhanaan itu seperti kicauan burung-burung manyar. Terbang kesana kemari seperti mengisahkan cerita cerita untuk bocah bocah yang menunggu air susu ibu yang masih sibuk oleh kerja lainnya.(teringat tulisan JB.Mangunwijaya).

Diatas bukit ditepi tepi pantai kita bisa puas melepas pandang luas kelaut. Terpadu dengan dataran lembah daratan jadi suatu gelar pemandangan yang sangat indah. Begitu sederhananya kita boleh menikmati bahagia.

Kesederhanaan itu benar-benar dicapai ketika kita benar benar melihat cermat nyata realita. Kesederhanaan tidak terbatas pada literisasi atau kenikmatan paronama alam tetapi harus ada pada penghayatan visi dan sikap serta tingkah laku.

Beberapa kali saya menulis tentang sikap keterbukaan dan growth mindset. Baru saja saya baca tulisan bagus dari Tito Tri Kadafi tentang menanggapi perubahan. Salah satu istilah yang diberikan mengutip Burley adalah sikap asertif, tingkahlaku yang menunjukkan penghormatan terhadap diri sendiri dan orang lain dengan jujur terbuka komunikatif. (https://www.kompasiana.com/titokads6482/5fa0435cd541df7bfe70ac22/ jalan-panjang-menanggapi-perubahan)

Ada orang bilang bicara tentang Kesederhanaan itu bukan sama dengan  asal menyederhakan masalah . Dan itu tidak bisa sederhana. Mengamati fenomena sosial  seorang Tito menulis jalan panjang menanggapi perubahan. Saya melihat bahwa untuk mendapatkan kesederhanaan yang hahiki dan manusiawi harus membuat perubahan diri.

Kesederhanaan memang menjadi seperti misteri. Dari satu sisi ada tuntutan perubahan dari sisi lain itu suatu kemampuan seseorang yang spontan dalam melihat realita. Manusia sederhana itu seperti alami saja mampu menerobos realita melepas semua yang bukan hakiki.

Kebanyakan kita mudah kena pesona kecantikan lahiriah. Namun Manusia sederhana tersenyum melihat "inner beauty", seperti melihat indahnya pemandangan panorama alam. Tidak semua orang mampu merasakan. Manusia sederhana disatu pihak kehilangan, dilain pihak menemukan. Melepas yang bukan hakiki menemukan nilai yang berharga yaitu kesederhanaan.

Kesederhanaan adalah rasa syukur yang gandrung terpesona oleh nilai hakiki dalam realita dan fokus menikmati nilai-nilai itu. Kesederhanaan bahkan bisa menembus waktu, cenderung melupakan kekecewaan masa lalu karena mensyukuri rahmat masa kini.

Rasa syukur kesederhanaan juga terhadap kebodohan diri sendiri dalam komunikasi. Bukan orang lain yang lambat paham tetapi ungkapan dirinya yang tidak bermutu bagi yang lain itu. Dan sikap ini membuat orang selalu hati-hati dalam bersosialisasi dan karenanya orang sederhana bisa banyak relasi.

Rasa syukur kesederhanaan juga diterimanya kemudahan dalam banyak hal dan masalah, seakan akan masalahnya seperti mencair sendiri. Maka akhirnya kesederhanaan adalah kekayaan tiada ternilai dan tidak akan hilang mengikuti sepanjang jalan hidup orang sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun