Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Bahagia Hari Ini, Setiap Hari

7 Juli 2020   13:28 Diperbarui: 7 Juli 2020   13:30 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mau menulis di Kompasiana,apa yang aktual, bermanfaat, inspiratif, terlintas dibenakku dua alternatif yang harus saya pilih. Dasarnya pertanyaan awal di Facebook yang berbunyi : "Apa yang anda pikirkan ?"

Alternatif pertama menjawab pertanyaan "bisakah Protokol Kesehatan" di masa pandemi Covid-19 ini nantinya dijadikan materi hukum adat, hukum moral atau bahan hukum negara dengan UU?  

Khususnya dalam cuci tangan, menjaga jarak, tidak bersalaman, antrean 1,50 meter.menjadi etiket pergaulan, atau itu adat istadat serta hukum etika, ranah agama dan syarat kebahagiaan sorga?  Ataukah yang ada sekarang sudah final jangan dibahas lagi, sebagai protokol kesehatan selama pandemi ?.

Alternatif kedua  adalah pertanyaan tersebut dalam judul. Dan itu yang saya pilih. Sebab bagi banyak orang biasa pasti aktual, inspiratif pertanyaan bagaimana bisa bahagia hari ini dan itu setiap hari. Bahwa pembahasan ini bermanfaat atau menarik, tidak menarik, itu lebih relatif, tergantung sikap orang merasa dirinya orang biasa atau orang istimewa.

Apa itu bahagia? Sekali peristiwa saya berkunjung kerumah seorang pemahat patung, Bp. Henni di Muntilan (Jateng). Dia berasal dari Bali, katanya merantau ke Muntilan bersama seluruh keluarga, untuk tinggal dimana mudah mendapat batu hitam bahan pahatannya. 

Memang kawasan itu dekat sungai yang memuntahkan pasir dan batu dari gn.Merapi. Ketika saya datang kerumahnya di tahun 1984 tidak sengaja dia baru berkabung karena isterinya meninggal.

Dalam percakapan kami, dia beberapa kali menyatakan menyesal dan bersedih karena dia belum berhasil membuat isterinya bahagia. Dia belum berhasil membuatkan keluarganya sebuah istana yang megah, kendati sudah merantau ke dekat gunung berapi Merapi meninggalkan Bali. Itulah pengertian bahagia Pak Henni bagi isterinya.

Dalam keseharian sering kita mendengar ucapan Selamat Bahagia dihari ulang tahun, pesta pengantin dan lainnya. Yang tidak jarang pula, ucapan orang menghibur saudara yang ditinggal keluarganya meninggal karena sakit dikatakan: Sudahlah saudaramu sudah tidak menderita lagi dia bahagia sudah disorga, bahkan ada yang mengatakan bahagia dihadaan Tuhan.

Tetapi disamping itu ada ucapan singkat pada peristiwa bahagia: Proficiat. Artinya Semoga terjadi (padamu) yang positip. "Pro" padamu, terjadilah! Bagiku itu juga peringatan agar aku juga bersikap positip : gembira, sukacita, damai, puas, lega. Apa itu yang namanya bahagia? 

Rupanya ini dekat dengan pemikiran Pak Henni dari Bali itu dalam kerangka membahagiakan isterinya sebelum meninggal. Bukan setelah disurga menghadap Tuhan. Tetapi Bahagia aktual dibumi dan sekarang, hari ini.

Anne Lamott (+1954), seorang penulis Amerika Serikat tercatat pernah munulis bahwa damai itu sukacita dalam diam, dan sukacita itu damai dalam menari.(Daily Calm. NatG. Washinton DC 2008. hal.02.05)  Itu mengajarkan bagi saya bahwa damai dan sukacita adalah sama suasana batin yang positip pada kondisi, yang satu hening yang satu dinamis. Dan gembira karena kepuasan itu dinamis, sementara lega itu kepuasan yang mengendap mendarat dihati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun