Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Transisi-Edukasi dan Terminalnya

9 Juni 2020   19:00 Diperbarui: 9 Juni 2020   19:04 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Normal Baru harus menjadi Kembalinya keseimbangan bermasyarakat bernegara. Baru setelah carut marut masa lalu digoyang diberi peringatan bukan oleh agresor suatu negara atau pihak manapun tetapi oleh bencana yang disebut pandemi Covid 19.

Covid 19 membuat peran Pemerintah sangat intensip ditingkatkan dan peran masyarakat termasuk cara hidup bermasyarakat sehari hari dikurangi dengan PSBB. Program ini membuat Pembatasan Sosial Berskala Besar demi mengurangi penularan penyebaran covid19 itu. 

Sehingga ada peningkatan luar biasa kerja Pemerintah dan segenap aparaturnya lebih2 di bidang kesehatan, dalam hal pemikiran, pembeayaan dan pelbagai tindakan. Masyarakat dirumahkan, dengan dampak roda ekonomi dilumpuhkan. Terjadi perubahan kinerja dan tanggungjawab dalam masyarakat bernegara ini.Dan itu memberi banyak pembelajaran.

Masa Transisi.

Dalam upaya membuat Persiapan Normalisasi, PSBB sebagai Ketentuan yang masih berlaku maka kita melihat dengan ketentuan yang macam apa saja oleh siapa saja pejabat pusat,daerah, PSBB dan New Normal masih dalam Masa Transisi.

Masa Transisi itu saya letakkan di semacam episentrum, yang diujung kanan ada Norma Kesehatan untuk Covid19. Dan diujung kiri ada Norma Langkah Ekonomi. Situasi yang masih menjadi sasaran pandang dan sasaran beda pendapat. Dan beda pendapat itu dilontar dari luar dari dalam, dengan alat dasar aspirasi, warna politis, visi, profesi. bahkan konspirasi.

Juru bicara Pemerintah  Achmad Yurianto, sendiri berkilah bahwa "Penyakit menular basisnya adalah masyarakat, kalau masyarakat tidak ditempatkan sebagai subjek dari penanganannya maka akan sulit. PSBB di beberapa daerah maka harus jadi subjek, kalau masyarakat jadi objek maka hanya jadi kucing-kucingan," Ini suatu pernyataan yang mendasar untuk situasi dan kondisi kini menghadapi Covid19. 

Maka logis bila dilanjutkan dengan mengatakan: Pemerintah melakukan intervensi dengan memberlakukan pembatasan sosial, menerapkan protokol kesehatan, dan menjalankan upaya-upaya lain  tidak lain semata untuk mengendalikan penularan Covid-19. Tetapi masyarakat tidak bisa terus menerus diam di rumah dan tidak melakukan kegiatan produktif sampai vaksin ditemukan.

Maka terjadilah kesadaran untuk mengambil langkah edukasi masyarakat untuk mengubah perilaku masyarakat yang harus tahu lebih banyak tentang Covid 19 Penyakit itu menyerang pernapasan maka jaga jarak, jadi tidak cukup aman pakai masker, kalau droplet ini kena benda lain lalu tersentuh, maka cuci tangan,dst diperlukan. Nah masuklah lebih urgen Edukasi Masyarakat. msn.com

Selain itu seorang Manko,Luhut Binsar Panjaitan,mengungkapkan bahwa  pemerintah sedang berupaya membenahi koordinasi atau integrasi kebijakan menggunakan teknologi. Ia menilai Indonesia masih lemah terkait hal ini.Ia mengatakan, salah satu langkah memperbaiki koordinasi sudah dilakukan pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19. (msn.com)

Jadi memang logis Indonesia segera menerapkan tatanan hidup baru atau new normal. Sejumlah aturan dan protokol kesehatan ketat pun disusun pemerintah untuk ditaati oleh setiap warga masyarakat agar kasus COVID-19 dapat ditekan jumlahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun