Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penalaran dan Perasaan Melahirkan Semangat

2 Juni 2020   11:45 Diperbarui: 2 Juni 2020   11:57 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Permenungan ini memang dipicu oleh membaca Berita Peristiwa. Membaca dari sumber www.msn.com lima artikel tentang tindakan intimidasi dan ancaman yang berujung dengan pembatalan suatu kegiatan di UGM. Hal itu dinilai melawan HAM , UUD 1945, dan UU.No.12.th.2012.

Peristiwa itu berlanjut dengan pernyataan penyesalan dan penjelasan Dekan Fakultas Hukum, dilanjutkan oleh klarifikasi Kabak Humas dan Protokol UGM Iva Ariani. Belakangan UGM menegaskan pembatalan acara juga bukan oleh Institusi UGM.Dan: TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM Mahfud Md mendorong korban teror dalam diskusi Constitutional Law Society (CLS) Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (UGM) untuk membuat laporan ke kepolisian agar dapat diusut. 

JAKARTA, KOMPAS.com  Mahfud MD menilai diskusi bertema pemberhentian presiden yang diinisiasi oleh Constitutional Law Society (CLS) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tidak perlu dipersoalkan. Belakangan masih mengatakan adanya salah paham.  Dan bagi saya pertanyaannya adalah ada penalaran dan perasaan apa sehingga menimbulkan  juga semangat yang saling bertentangan.

Dalam semangat tidak perlu mempersoalkan itu saya hanya ingin mengambil pelajaran. Pelajaran bahwa pada umumnya Penalaran dan Perasaan melahirkan Semangat. Dengan dilatar belakangi Hari Raya keagamaan yang saya rayakan hari Minggu ini (31/5) mari bersama saya menimba hikmah dari setiap peristiwa manapun itu.

Dalam setiap peristiwa pada umumnya kita bisa melihat berapa orang atau pihak saja pemegang perannya dengan pemikiran dan penalaraanya lebih lagi perasaannya. Dari sana kita bisa belajar Semangat macam apa kemudian menggerakan suatu tindakan.

Semangat biasa disinonimkan dengan Roh, Jiwa. Jiwa atau Jiva berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya "benih kehidupan". Dalam berbagai agama dan filsafat, jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan perasaan pribadi, kepribadian. Dan pribadi atau Akunya orang itu akan tampak pada warna tindakan dan perbuatan.

Warna perbuatan itu ditentukan oleh Semangat, prinsip sesuatu yang sudah menjadi miliknya bahkan sampai dibawah sadar. Warna nampak pada intensitas kecepatan, keras lambat suara, ketegasan pilihan, keputusan tegas atau ragu.Memang warna perbuatan kadang sangat nyata dan membuat perilaku menjadi signifikan. Maka semangat bisa dibaca oleh orang lain dari perbuatan tata lahir seseorang

Semangat punya sisi terang meningkatnya mutu perbuatan, dan ada sisi gelapnya. Semangat yang menggebu bisa-bisa bagi orang lain menjadi apa yang oleh orang lain itu biasa sebut Gelagat. Gelagat itu indikator dari semangat, pemikiran, perasaan orang dalam penilaian orang lain. Dari sisi yang bisa "negatip" biasa menjadi sasaran bidik para sandiawan, atau petugas kepolisian dan intelegen.

Sisi yang positip biasanya terlahir seperti pada kesenian seni penampilan, seni suara, seni lukis khususnya yang aliran abstrak atau kuatnya simbolisasi. Seni itu buah karya yang sangat dijiwai atau buah karya roh. Saya pernah posting kutipan satu dua hal tentang seni di Facebook ini :

 "Seni itu indah lagi menghibur, tetapi seniman besar Pablo Picasso bilang: Seni itu suatu kebohongan, yang membuat kita mengalami kebenaran.

Seniman lain mengatakan : Barang siapa bisa memelihara kemampuan melihat keindahan ia akan panjang usia. Sementara George Eliot mengatakan nalar yang sempit tak akan bisa melihat sesuatu dari sudut pandang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun