Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sense of Belonging dari Tridarma

26 Februari 2020   13:04 Diperbarui: 26 Februari 2020   13:05 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sense of Belonging, Rasa ikut memiliki, sudah menjadibahasa pemeo lama yaitu "Rasa ikut handarbeni". Ajaran moral asli Indonesiasudah dicetuskan oleh tokoh bernama Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Mangkunegoro Ialias Pangeran Samber Nyawa, yang sejak th 1757 merajai sebagian wilayahkerajaan Surakarta berdasarkan Perjanjian Salatiga. Ajaran dirumuskan dalamkonteks moral keprajuritan yang dinamai Prasetya Tri Darma. Yaitu : MulatSarira Hangrasa Wani, (Lihat dirimu dan bersikaplah berani), Rumasa MeluHandarbeni, (Merasalah ikut memiliki), Wajib Melu Hangrungkebi (Wajib ikutmempertahankan).

Sense of belonging bisa ada karena rasa dan kesadaranbesar terhadap kebersamaan. Dan rasa kebersamaan yang benar memahami arti danpentingnya relasi dan komunikasi antar warga atau anggota kebersamaan itu.Terminal atau target komunikasi itu adalah kepentingan bersama, yang sepakatuntuk dipelihara bersama dan dicapai bersama. Hal itu melahirkan sikap suka dansenang terhadap kebersamaannya dan membuahkan perbuatan kerja sama salingmembantu demi tercapainya target bersama, yaitu kepentingan bersama. DemikianSend of belonging terlaksana dan terbuktikan.

Maka sebenarnya sens of belonging bisa di bangun denganperbagai cara. Dari bawah dimulai dengan tumbuhnya kesadaran atas kebersamaan,kesamaan kepercayaan, kesamaan tempat tinggal, kesamaan darah/keturunan, yangkemudian tercetus kesadaran akan kepentingan bersama.

Kita bisa menelusuri dan mengamati sejarah terjadinyakelompok yang namanya partai politik, terhimpunnya aliansi atau secretariatbersama, terbentuknya kroni-kroni, trah, suku, dan bangsa.

Kita bisa ingat Negeri kita lebih lagi Orde Barumenghimpun dari 100 partai-partai dalam 10 partai menjadi 3 kekuatan sospol :Golkar, PPP, dan PDI.  Rekayasa politikOrde Baru itu akhirnya menjadi pudar karena Sens of belonging pecah dari dalamdengan pelbagai caranya masing-masing, tetapi masing masing bisa diusut dalamhal pelbagai factor tersebut diatas.

Kita mengenal dari Golkar muncul Wiranto denganHanuranya, Prabowo dengan Gerindranya, Surya Paloh dengan Nasdem, SBY denganDemokratnya. Perpecahan timbul karena jatuhnya kewibawaan kekuasaan sehinggamuncul beberapa tokoh berwibawa yang memisahkan diri membawa pengikutnya.   

Dari PPP muncul Gus Dur dengan PKB, PAN, dst  Dari PDI menjadi PDIP dst. Sens of belongingpudar dan tumbuh kesadaran baru atas dasar kesamaan kepetingan yang terkemasdalam cita cita baru dan menumbuhkan kerjasama-karjasama baru, perjuanganbersama baru dan pada saatnya sens of belonging baru. 

Sens of belonging baru lebih diwarnai kepetingankompromistis yang kurang mendalam maka bisa dilihat dinamika pertentanganinternal yang serius, seperti kita lihat terjadi di PDI di zaman Orde Baru yangmemunculkan PDIP. Diawal bangunnya PDIP ditandai dari namanya "Perjuangan".Artinya lahir dari "perjuangan melawan..." . Juga beberapa di aspirasi olehkembalinya pada rasa kesamaan lama yang lebih nostalgis.

Dari fakta itu rupanya Sens of belonging baru tumbuhkarena ada stimulant. Stimulant dapat suatu tantangan baru yang merupakan faktakejadian nyata seperti Pageran Samber Nyawa melawan Kasunanan yang dirasa lunakterhadap Belanda dan Belanda sendiri disadari sebagai musuhnya. 

Bisa stimulant itu berupa tekanan politis, atau rekayasa politis seperti di era Orde Baru.Kiranya suatu kenyataan pula runtuhnya Rekayasa politik Orde Baru dengan "tigakekuatan sospol plus ABRI" merupakan bukti kelemahan Sens of Belonging. Hal itusaya sandingkan dengan Rasa Cinta Tanah Air yang mengakar lebih dalam sehinggadilahirkannya NKRI. Dari rasa Cinta itu muncul sens of belonging kepada NKRIyang mengobarkan api Perjuangan para perintis Kemerdekaan  melawan mau kembalinya Penjajah Belanda dkk. 

Sens of belonging dapat kita dalami dengan mengupas "lawan"atau "musuh" dari Sens itu, yaitu Egoisme. Paham, Sikap, terpusat dan terfokuskepada diri sendiri, dengan segala kepentingan dan hak miliknya itulah Egoisme.Egoisme digelar dalam hidup berrsamanya manusia menjadi yang saya suka sebutIndividualisme. Individualisme sikap mementingkan pribadi sendiri yangberseberangan dengan Altruisme sikap yang terbuka dan mementingkan orang lainlebih dari diri sendiri dalam kehidupan bersama.

Dengan proses pemikiran ini Alstruisme lebih mendukung Sens of belonging. Dan kurang didukung oleh individualism,yang disandang individu2, para insan yang egoistis. Sementara pribadi/individuyang altruis dapat beraktivitas sendiri kepada pribadi yang lain secaraperorangan, sedangkan bicara tentang Sens of belonging selalu biasanya memandangdalam kaitannya dengan kebersamaan lebih luas seperti desa, kampong, kelompok,organisasi dsb. 

Maka sens of belonging akan terbantu oleh adanyaketentuan aturan disiplin kelompok yang dijawab dengan kedisiplinan warga yangmemiliki sens of belonging. Rasa handarbeni itu menelorkan kesetia kawanan rasaseperjuangan dan pelbagai kekayaan rasa hidup bersama, seperti rela berbagi, keramahanberkomunikasi, saling membantu dan kerjasama.

Maka benar dan menjadi sikap yang utuh apa yang disebutdalam Prasetya Tri Darma pesan moral, disiplin keprajuritan dari PangeranSamber Nyawa atau Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Mangkunegoro I dari Surakarta.Yaitu : : Mulat Sarira Hangrasa Wani, (Lihat dirimu dan bersikaplah berani),Rumasa Melu Handarbeni, (Merasalah ikut memiliki), Wajib Melu Hangrungkebi(Wajib ikut mempertahankan). Dengan keberanian mawas diri, dan Rasa IkutMemiliki, rasa wajib ikut mempertahankan, itulah Sens of belonging seutuhnya. 

Demikian sekilas refleksi lanjutan dari tulisan sebelumini. Semoga memberi manfaat. Dan kami sampaikan salam hormat saya khusus kepadaanda yang berkenan membacanya.

Ganjuran, Februari 26, 2020. Emmanuel Astokodatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun