Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Move-on dan Transformasi Ego

21 Juni 2018   09:20 Diperbarui: 21 Juni 2018   10:40 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filosof Yunani bernama Herakletos melihat segala yang ada itu hekatnya adalah Perubahan. Seperti aliran sungai tak pernah ada posisi yang sama: permukaan air, gerak air didalamnya, semuanya bergerak.Itulah Perubahan.

Pernah saya terlibat pada satu diskusi berkepanjangan, karena saya dituduh generasi tua yang tidak mau move-on. Padahal dalam organisasi itu saya selalu dan merintis peran kaum muda, pergantian peran dan kepengurusan, saya masih dianggap tidak mau move-on. Dan saya menganggap lawan bicara saya membuat dikotomi yang tidak alami antara kaum muda dan warga yang lebih tua. 

Dan diskusi itu saya hentikan ketika saya menyadari menjurus pada argumen ad hominem.Memang tidak mudah untuk melihat kenyataan ketika kita mengalami dan terlibat pada peristiwa. Ada perlunya sekali waktu keluar dari lingkungan kita untuk refleksi untuk evaluasi, sudah sejauh mana dalam gerak perubahan itu kita dapat dan harus mentransformasi ego diri kita ini. Bagaimana, sejauhmana, dilaksanakan kaidah dan prinsip-prinsip kehidupan, bersamaan Perubahan yang mesti terjadi. 

Mengalami keterlibatan itu saya belajar dari Rm G.Utomo pr, seorang Spiritual Pastor desa yang sudah 30 tahun membina jiwa dan semangat umat di paroki kami. Dan kira-kira 3-4 kali setiap tahun melanglang buana mengunjungi atau melayani undangan dari kelompok umat di Eropa, USA, Australia.

Pada awalnya kelompok umat diajar membuat evaluasi dan perncanaan (eveperca) dengan pola Lingkaran Kepedulian, yang juga sebelum tahun 1980 diajarkan oleh dua imam Jesuit diri Prancis, yaitu dengan mengupas titik keprihatinan yang ditemukan kelompok. 

Kupasan sosial atau kemasyarakatan disusul refleksi iman dan bermuara pada perencanaan dan terujung kembali dalam evaluasi berfokus pada titik keprihatian dari tahap ke I,keII,ke III,dst demikian bagai melingkar lingkar ulang yang sama proses musyawarah dan kegiatan terselip refleksi iman yang sungguh selalu mem"bumi". Pola ini dipraktekkan dari tahun 1993 oleh umat dalam skope lebih meluas keuskupan.

Pada dekade 2000 pola itu diterapkan pada renungan alkitabiah dengan dengan kata kunci : Necep Sabda Allah (menghisap) Maneges Sabda,(bertanya mencari tahu), Memuliakan Sabda (merayakan, celebratio), Mengemban Sabda (mengaktualisasikan dalam perbuatan.).Pada dekade 2010 pola itu lebih diaplikasikan pada kehidupan dan Cinta Kasih. 

Dan kata kunci yang di lontarkan adalah demikian. Permulaan adalah Peristiwa (Kasih Allah.Panggilan, Cinta kasih Allah) dimana manusia terlibat disana menjadi sasaran kasih Allah, misalnya pada saat "kelahiran". Selanjutnya manusia sadar dan mengalami Kasih Allah.Sadar atas Pengalaman Kasih  Dari situ manusia mengakui dan mensyukuri merayakan Perayaan Kasih dan dilanjutkan dengan Pengamalan Cinta kasih itu dengan kegiatan pelaksanaan perbuatan kepada Tuhan, sesama dan alam semesta.

Bagi saya Rm Utomo pr (usia hari ini 89 th) adalah Pakar Spiritual, guru yang pantas diteladani senior yang menghayati dan menghidupi ajarannya, berproses move-on dan mentransformasikan diri berkelanjutan. 

Sebab saya melihat prinsip pemikirannya bergerak untuk hal-hal yang aktual dari membangun kelompok umat dalam kebersamaan, dilanjutkan methoda membaca Alkitab, merenungkan dan melaksanakan dilanjutkan pembekalan umat memahami setiap peristiwa apa saja yang dialami agar dilihat sebagai Peristiwa Kasih Karya Allah.

Berbicara tentang Transformasi diri membangun karakter saya belajar dari buku-buku*) kecil tulisan L.Suharyo dan tulisan J.Sudriyanto SJ , dari mana saya menarik hikmah bahwa transformasi diri yang benar itu membutuhkan keheningan dan atau pelepasan dari kesombongan Ego. Memang menghadapi semakin kompleknya situasi zaman nouw diperlukan kecerdasan batin, kecerdasan spiritual yang diperoleh dengan keheningan dan doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun