Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selera, Menulis, Ramadan...

1 Juli 2016   07:16 Diperbarui: 1 Juli 2016   08:34 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan Ramadhan ini bulan yang penuh peluang untuk memilih, makan tidak makan, istirahat dalam perjalanan di sini, disana, dirumah makan apa. Keputusan banyak diambil berdasarkan selera.

Pada tokoh politik saya boleh mengatakan Jokowi punya selera tinggi terhadap orang kecil, dengan perhatian banyak kebawah, dengan istilah populernya : “blusukan”. Ahok saya melihat punya kepekaan tinggi terhadap pelanggaran norma, responnya cepat maka bisa diistilahkan cepat marah, atau suka marah2. Polisi dan KPK seharusnya punya kepekaan terhadap korupsi dan pelbagai jenis kejahatan sehingga memiliki daya respon cepat dan tepat. Tetapi kepekaan belum bisa dikatakan dan dinilai sebagai selera sebelum kita baca tindakan dan pilihan caranya.

Selera memang bisa menjadi cirri khas seseorang karena selera tumbuh dari keseluruhan pribadi, disposisi orang, latar belakang dan wawasan (visi misi) seseorang terhadap sesuatu atau banyak hal yang menjadi kehidupannya.  Kendati demikian selera adalah sesuatu penghayatan positip, respon suka, dengan perilaku yang khas. Tetapi belum tentu seseorang bervisi tertentu selalu / otomatis konsekwen sehingga tampak seleranya yang sejalan dengan visi itu.

Saya kira suatu ilmu atau methoda pendekatan kearah keutuhan dan kematapan kepribadian banyak di tawarkan oleh motivator/trainer/choach Personal Branding.

Sementar penulis mengaku mempunyai visi ini : Bahwa Keindahan Hidup adalah dinamika damai dan syukur dalam Tuhan, Disana kita harus bertemu sebagai berkah kepada siapa saja, apa saja, termasuk dengan orang yang mau jahat kepada kita.

Tetapi pertanyaan kepada diriku dapatkah saya melakukan pesan John C.Maxwell* ini :

“Satu kata yang paling tidak penting: saya
 Satu kata yang paling penting: kita
 Dua kata yang paling penting:  terima kasih
 Tiga kata yang paling penting: semuanya sudah diampuni
 Empat kata yang paling penting: apa pendapatmu tentang ini?
 Lima kata yang paling penting: kamu telah lakukan dengan baik.
Enam kata yang paling penting: saya ingin MEMAHAMI kamu lebih baik.”

Selamat menyongsong hari Idul Fitri 1437H.

*)  John Calvin Maxwell is an American author, speaker, and pastor who has written many books, primarily focusing on leadership. Titles include The 21 Irrefutable Laws of Leadership and The 21 Indispensable Qualities of a Leader. WikipediaBorn: February 20, 1947 (age 69), Garden City, Michigan, United States.. Education: Azusa Pacific University, Ohio Christian University.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun