Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Dialog Antar Agama Diaspora Indonesia di Roma

19 Juli 2018   12:24 Diperbarui: 20 Juli 2018   20:00 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta & Pembicara Dialog Antaragama Masyarakat Indonesia di Eropa, 30 Juni - 2 Juli 2018 di Roma

Puluhan orang berbaju batik warna-warni berkerumun di depan ruang rapat Villa Aurelia, Roma, Italia. Saling sapa dan berkenalan dalam Bahasa Indonesia. Bertukar pengalaman tentang suka duka hidup di negeri orang, meskipun baru saling kenal. Perasaan senasib sebagai satu bangsa Indonesia di perantauan, membuat segera akrab satu sama lain, bagai kawan lama.

Sebanyak 47 orang perwakilan diaspora Indonesia dari 22 negara di Eropa, mengikuti Dialog Antaragama Masyarakat Indonesia di Eropa pada 30 Juni hingga 2 Juli 2018 yang diprakarsai oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Takhta Suci Vatikan. "Dialog Antaragama seyogyanya harus membumi. Bukan hanya dilakukan oleh segelintir elit masyarakat Indonesia. Namun juga melibatkan perwakilan masyarakat Indonesia untuk lebih mengakomodir masukan dari akar rumput," ujar Duta Besar Antonius Agus Sriyono dalam sambutan pembukaannya.

"Dialog Antaragama ini bertujuan untuk memperkuat semangat toleransi beragama, saling menghargai, supaya masyarakat Indonesia di manapun, hidup saling berdampingan antar pemeluk agama yang berbeda-beda," tegasnya. KBRI untuk Takhta Suci Vatikan aktif menyelenggarakan Dialog Antaragama sebagai agenda rutin untuk mengatasi ancaman terhadap kemajemukan di Indonesia dan dunia.

Meskipun jauh di Roma, nampak ciri khas keragaman umat beragama Indonesia dalam kegiatan Dialog Antaragama ini. Ni Ketut Sri Wahyuni, perempuan Bali beragama Hindu, yang telah menetap selama 23 tahun di Italia, cantik memakai kebaya dan kain Bali, lengkap dengan semanggi emas, tusuk sanggul khas Bali, menghiasi rambutnya.

Di belakangnya, Suster Nurhayati Wiguno dari Purwokerto, Jawa Tengah, yang tengah mengabdikan diri di Vatikan, anggun mengenakan penutup kepala khas biarawati Katolik. Indah Rahayu, Muslimah berjilbab dari Jakarta yang bekerja dan tinggal di Stockholm, Swedia bersama keluarga kecilnya, serius mendengarkan arahan para pembicara.

Di sisi lain, Ayang Utriza Yakin, tokoh muda Nahdlatul Ulama dan dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tengah mengambil program postdoctoral di Universitas Katolik de Louvain, Belgia, gagah mengenakan peci hitam, simbol Muslim Nusantara sekaligus identitas bangsa Indonesia.

"Dunia mengakui Indonesia merupakan contoh terbaik kehidupan toleransi beragama di tengah masyarakat yang majemuk," ujar Dewi Sawitri Wahab, Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia di Luar Negeri.

"Bhinneka Tunggal Ika, semboyan bangsa Indonesia yang berarti Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu, merupakan aset penting untuk mengelola keberagaman. Apalagi di tahun politik jelang Pemilihan Umum 2019, dimana isu Suku, Agama, Ras dijadikan kendaraan untuk pemenangan politik sesaat," tegasnya. "Diaspora Indonesia, be a part of solutions. Perkenalkan keragaman bangsa Indonesia. Tunjukkan indahnya saling toleransi antar umat beragama untuk mewujudkan hidup aman, damai dan harmonis," himbaunya lagi.

Diaspora Indonesia, orang Indonesia yang merantau di berbagai penjuru dunia, selayaknya selalu memperkuat rasa cinta dan bangga sebagai bagian dari bangsa dan tanah air Indonesia. Menjaga kerukunan, persatuan dan kesatuan di manapun berada. Saling berinteraksi, bersinergi, berkontribusi, membangun negeri, Indonesia tercinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun